43.walimatul ursy

30.7K 1.6K 153
                                    

Hari ini bertepatan hari resepsi pernikahan sepasang kekasih yang baru saja halal beberapa waktu lalu, juga bersamaan usainya liburan semester satu. para santri maupun Santriwati sudah berdatangan mulai pagi hari, dan sekarang menjelang siang akan di adakan walimatul ursy di pesantren Nurul Mustofa.

Untuk walimatul ursy ini, kedua pihak mengundang agak banyak tamu yang tidak hadir saat akad nikah kemarin, seperti teman-teman Gus imam saat SMA, keluarga dekat, juga Denta yang ikut serta.

Di kamar Fiza, Tania daritadi terus bertengkar dengan MUA sebab riasan kali ini lebih rempong daripada akad kemarin.

"Mbak, blush on nya jangan tebel-tebel dong, nanti saya jadi kaya ondel-ondel," protes Tania terus dan membuat kedua MUA yang menanganinya kuwalahan.

"Ning, nanti kan pake cadar, jadi nggak akan kelihatan," ujar MUA tersebut yang sudah frustasi.

"Ning? nama saya Tania mbak, bukan Nining surining tagonjring," balas Tania membernarkan.

Bunda dan Fara yang yang melihat Tania di rias itu memijat pelipisnya pusing, sebab daritadi mendengar celotehan gadis itu.

"Kamu istri Gus, Nia, jadi sekarang kamu itu Ning, udah nurut aja kenapa sih," kesal Bunda.

Tania berpikir dan benar, ia lupa jika suaminya adalah seorang Gus.

"Ya pokoknya nggak mau,'yaudahlah mbak buruan."

MUA itu menurut pasrah dengan Tania yang terus menyingkirkan kuas make up dan menghapus blush on di pipinya. sementara Bunda menjadi geram sendiri pada putrinya.

"Far, ambilin tali, Far." perintah Bunda.
dan Fara hanya menurut walau tidak tau untuk apa.

Fara mengambil sebuah tali rafia yang kebetulan ada di samping ranjang Fiza dan memberikannya pada Bunda. lalu Bunda mendekat ke Putrinya yang sedang di riasi lalu menali tangannya.

"Loh, Bun, kok di tali sih? lepasin ih, Bun." Tania berusaha membuka ikatannya, namun Bundanya malah memarahinya.

"Diem, atau mulut kamu sekalian Bunda lakban," ancam Bunda, dan membuat Tania terdiam dengan kedua tangannya yang diikat.

MUA kembali melanjutkan tugasnya dengan agak tenang setelah Tania sedikit menurut.

Olesan make up demi olesan telah menghiasi wajah Tania, dan akhirnya selesai juga. Sekarang tinggal memasang mahkota kecil di kepalanya dan tak lupa juga dengan cadar yang akan menutupi setengah wajah Tania.

"Alhamdulillah, selesai juga, Ning, saya pasang mahkota sama cadarnya ya."

Tanpa mendapatkan jawaban, MUA itu pun memasangkan sehelai kain menutupi setengah wajah Tania juga mahkota kecil yang membuatnya lebih cantik dan anggun.

"Udah selesai, Bun, lepasin talinya dong, sekarang Nia mau beralih kepribadian."

Lalu Bunda pun melepaskan sebuah tali di tangan putrinya.

"Masyaallah, Tania, kamu cantik banget." Puji Fara membuat Tania merasa pede.

"Ekhm, udah dari pabriknya kak, jadi kapan kakak nyusul nih?"

Fara tersedak ludahnya sendiri mendengar itu. "Jodoh kakak belum ada hilal."

"Sama Bang Zaki aja lah, ngapain nungguin hilal orang pelac-

Plak.

Belum selesai Tania berbicara, Bunda sudah menamparnya dulu, sebab sudah tau apa yang akan putrinya katakan.

"Jangan nodai Fara." tegas Bunda, dan Tania hanya cengengesan.

"Yasudah saya keluar dulu ya, membereskan barang-barang di luar." izin MUA itu dan di balas anggukan oleh ketiganya.

TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang