Empat hari kemudian....
"Kini telah kubuktikan keseriusanku dengan melamarmu.
Dengan memantapkan hatiku, mengistikharahkan namamu, merayu tuhanmu dan memintamu kepada orang tuamu, kini aku siap menjadi nahkodamu."Imam Airuz Bilfaqhi.
Gus imam baru saja pulang dari rumah sakit setelah di rawat beberapa hari, sekarang ia tengah mondar-mandir memikirkan seperti memikirkan sesuatu, dan tak lama, lelaki itu memanggil kedua orang tuanya.
"Umma...Abah...!"
Gus imam, tanpa aba-aba langsung duduk di tengah umma dan Abahnya yang tengah duduk di sofa. Sedangkan Umma dan Abah yang melihat kedatangan putranya secara tiba-tiba pun di buat bingung.
"Eh, kamu kenapa toh Lee?" heran Umma saat putranya langsung duduk di tengah-tengah mereka.
Gus imam menatap wajah orang tuanya dan ingin mengatakan sesuatu, ia menarik napas dalam-dalam.
"Bismillah, imam mau mengkhitbah Tania hari ini."
Sontak umma dan Abah pun saling bertatapan beberapa detik. mengingat Gus imam baru saja pulang dari rumah sakit dan Tania juga baru saja memaafkannya.
"Yang bener aja toh Lee, nanti kalo di tolak gimana?" tanya Abah khawatir.
Gus imam menggenggam tangan Abah untuk meyakinkan mereka.
"Soal di terima atau di tolak nanti biar Allah yang mengatur umma, Abah, niat imam hanya satu, yaitu ingin menyempurnakan separuh agama."
Umma memegang pundak putranya untuk memintanya memikirkan lagi. "Jangan buru-buru toh Lee, Tania itu kan baru aja maafin kamu, terus apa ini nggak kecepatan?"
Gus imam tetap bersikeras. "Nggak, imam mau sekarang umma, pliss temenin yaaa."
Gus imam memohon dengan menarik bibirnya ke bawah dan mengedip-ngedipkan matanya, dan itu membuat umma dan Abah tak bisa menahan tawanya.
"Ya Allah Lee, kalo adik kamu ada di sini pasti udah di ketawain loh kamu."
"Iya, pasti kita temenin, tapi jangan sekarang lah yang bener aja kamu." Umma mencoba membujuk putranya.
"Huaaa umma...imam mau sekarang." entah ketempelan apa tiba-tiba saja Gus imam menangis dengan kencang.
Umma dan Abah pun kebingungan dengan putranya ini yang kelakuannya sangat di luar dugaan mereka.
"Loh loh loh, kok nangis toh Lee? Tania nggak kemana-mana kok," kata Abah sambil menggaruk tengkuknya.
"Imam mau nepati janji umma... Abah... Waktu itu kan imam udah janji sama pak Faris kalo imam akan serius sama Tania."
Umma dan Abah mengangguk paham dengan keinginan putranya. mereka juga kagum dengan sifatnya yang sangat bertanggung jawab.
"Umma, Abah, tadi siapa yang nangis?" tanya Gus Hafiz yang baru datang bersama Fiza.
"Loh, Abang kok hidungnya merah sih?" Tambah Fiza.
Umma dan Abah tak bisa menahan tawa mereka melihat wajah Gus imam yang benar-benar seperti bayi besar itu.
"Abang mau lamar Tania," jawab Abah.
"What!"
Sontak Gus Hafiz dan Fiza terbelalak dan diam beberapa saat mendengar itu. mereka senang, tapi juga was-was sebenarnya.
"Gak bahaya ta?"
Gus imam memandangi adik-adiknya keheranan, mengapa mereka terlihat begitu syok? bukannya dulu sangat mendukung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
RandomMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...