Guys aku mau kasih sedikit bocoran dikit kalo konflik konflik selanjutnya bakal agak berat tapi insyaallah endingnya akan memuaskan kalian semua kok
Ikuti terus ceritaku jangan lupa vote dan komen
Happy reading
Bukannya aku tidak ingin berteman,hanya saja aku tidak mau hanya sekedar di manfaatkan.
Hafiza Habibah Bilfaqhi.
Tania masih berada berada di kamar Fiza, di sana terdapat Umma, Fiza dan juga salah satu abdi ndalem bernama Amel yang datang membawakan makanan untuknya.
"Bunda... papa...," Lirih gadis itu dengan mata yang masih terpejam.
Mereka bertiga menoleh ke Tania yang sepertinya sudah sadar.
"Amel, tolong panggilan Dokter Tania sudah sadar," perintah Umma.
"Na'am Umma." Amel langsung memanggil dokter yang masih berada di ndalem karena menunggu Tania sadar.
Dokter segera datang untuk memeriksa keadaan Tania yang masih setengah sadar.
"Alhamdulillah Bu Nyai, Ning kondisi pasien sudah lebih baik, tapi saya sarankan untuk pasien tidak banyak gerak dulu," jelas Dokter tersebut.
"Alhamdulillah terimakasih banyak Dok," syukur Umma.
"Sudah menjadi tugas saya Bu Nyai, kalo begitu saya pamit dulu."
Umma melirik Amel dan mengkodenya untuk mengantarkan dokter tersebut.
"Amel saya minta tolong sama kamu, tadi banyak Santriwati yang melihat imam membawa Tania ke ndalem, tolong jelaskan kepada mereka ya kondisi yang sebenarnya, agar tidak timbul fitnah," perintah Umma.
" Na'am Umma, Mari saya antar Dok," ucap Amel.
Dokter tersebut mengangguk dan menyalami tangan Umma untuk pamit.
"Saya duluan ya Bu Nyai, Ning assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Umma dan Fiza mendekati Tania untuk menanyakan keadaannya.
"Gue dimana ini?" tanyanya sambil memegangi kepalanya.
"Alhamdulillah Nak, kamu sudah sadar, kamu tenang aja ya, sekarang kamu lagi di kamar anak saya."
"Hai Tania, kenalin nama aku Hafiza Habibah Bilfaqhi, panggil aja Fiza, aku adiknya Bang imam yang paling bungsu," sapa Fiza.
Tania tersenyum kikuk.
"Nama aku Tania shaqueenna azzahra, panggil aja Tania."
"Udah tau."
Tania mengerutkan keningnya heran, karena ia baru pertama kali bertemu Fiza tapi bagaimana Fiza sudah mengenalnya.
"Nggak usah bingung gitu Tan, aku tau kamu dari Abang sama Umma."
Tania hanya mengangguk dan berusaha bangun, tapi Umma menahannya karena kondisinya baru pulih.
"Eh Nak kamu tiduran aja jangan banyak gerak dulu."
"Nih makan dulu Tan biar kamu nggak lemes." Fiza sambil mengambilkan piring di nakas.
"Aku suapin ya?"
Tania merasa tidak enak. karena ia bukan siapa-siapa di sini, takutnya banyak santri yang iri.
"Tapi Ning saya kan san-
Belum selesai Tania berbicara Fiza sudah memotongnya.
"Udah nggak ada penolakan, ayo buka mulutnya aaaa." Fiza menyuapi Tania seperti anak kecil, dan Tania hanya pasrah menerima suapan dari Fiza sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
AléatoireMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...