بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Kenapa dia memilihku? sedangkan di luar sana masih banyak perempuan yang menyukainya dan lebih baik dariku."
_Nana Olivia_
"Sebanyak apapun perempuan yang menyukaiku, namun jika hatiku tertuju padamu mereka bisa apa?"
_Hafiz Habibi Bilfaqhi_
Hari ini adalah tepat hari kelulusan Zaki yang akan segera menyandang gelar SH setelah empat tahun lamanya berjuang di jurusan hukum. Tepat di sebuah gedung rektor, sudah terdapat puluhan mahasiswa jurusan hukum yang tengah menunggu namanya di panggil sebagai tanda kelulusan dan gelar baru masing-masing.
Tak terkecuali Zaki yang sama sudah duduk bersama dua keluarga cemaranya menunggu namanya di panggil.
"Muhammad Zaki Athaillah Ar-rayyan, putra bapak Muhammad Faris Ar-rayyan S. H.,."
Suara panggilan MC dari atas panggung membuat Zaki serta keempat orang tuanya seketika bangga mendengarnya.
"Abang, ayo cepetan naik," ucap Papa bahagia.
"Pa, jangan lupa fotoin Abang, ya." Papa mengangguk. Lalu dengan wibawanya Zaki naik ke atas panggung untuk di pindahkan tali toga dan si pasangkan sleber.
"Masyaallah, putra kita hebat, ya," bisik Umi Alma yang merasa bangga. Dan tak lama, Zaki kembali turun lalu menghampiri keempat orang tuanya dan memeluk mereka dengan rasa bahagia bercampur haru.
Yang pertama kali Zaki ucapkan terimakasih yaitu orang tua kandungnya, yang tak lain Bunda Dira dan Papa Faris.
"Bunda...Papa...Abang berhasil, ini semua karena doa kalian, walaupun Abang baru merasakan kasih sayang kalian, tapi wallahi, Abang bangga di lahirkan sama Bunda, makasih Bunda sayang." tutur Zaki menyalami tangan sang Bundanya lama lalu memeluknya
"Bunda juga sayang sama Abang, Hamasah ya, sholehnya Bunda."
"Papanya nggak di ajak, nih?"
Spontan Zaki melepas pelukan Bundanya dan menatap ke sebelahnya. "Ehm...iya, Abang sayang Papa juga."
Papa mengode Zaki untuk menalimi tangan Umi dan Abi juga.
"Abang, salim juga sama Umi Abi, mereka juga orang tua Abang."
Dengan senang hati juga, Zaki menyalimi keduanya dan memeluknya secara bersamaan.
"Umi, Abi, makasih juga, ya, udah besarin Zaki dan anggap Zaki seperti anak kalian sendiri."
"Iya, Nak, kami juga orang tua kamu," balas Abi. Lalu Papa mendekat ke mereka.
"Pak syarir, ibu Alma, kalian berdualah yang mempunyai peran paling banyak di hidup Zaki, kami tidak tau lagi harus membalas jasa kalian yang telah berhasil mendidik Zaki."
"Pak Faris, itu sudah tugas kami, tidak perlu ada hutang budi seperti ini, kita sama-sama orang tua Zaki," balas Abi.
Dan Zaki yang mengingat jika ia belum bertemu dengan adiknya. Lalu buru-buru ia mengajak keempat orang tuanya segera keluar dari gedung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
AcakMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...