45.hatimu tempat berlindungku.

26.9K 1.5K 107
                                    

Pagi ini di dapur terdapat Umma, Fiza juga Tania yang turun lebih awal untuk menyiapkan sarapan pagi. Namun kali ini Tania seperti agak terburu-buru.

"Umma, nanti ajarin Nia masak, ya, biar Nia biasa masakin buat A'a," pinta Tania pada umma.

Umma mengiyakan dengan senang hati. "Pasti, Nak, nanti Umma ajarin."

"Umma, makanan kesukaan A'a apa?"

"Sayur asem sama udang tepung,
Tan, Abang suka banget," Fiza menjawabi.

Tania mengangguk paham. "Oh, thank,
Za, nanti ajarin gue, ya."

Setelah selesai dengan pekerjaannya, mereka pun membawa makananya ke meja, dan tak lama Gus imam, Gus Hafiz, juga Abah datang lalu duduk.

Tania yang merasa sudah telat segera berpamitan sebab hari ini jadwalnya piket kelas.

"A', aku langsung berangkat, ya." Tania mengulurkan tangannya untuk salim.

"Kenapa nggak sarapan dulu, sayang?"

"Iya Nak, nanti kamu lemes loh," tambah Umma.

Tania melirik sekilas jam dinding, dan sepertinya jika sarapan tidak akan keburu.

"Hari ini Nia piket kelas jadi biar nggak telat, nanti malah di hukum lagi." Sengaja Tania menekankan kata hukum dan melirik suaminya, dan Gus imam menjadi merasa bersalah.

"Tapi A'a nggak mau kamu sakit, sayang, makan ya beberapa suap aja, nih A'a suapin." Bujuk Gus imam.

"Nggak usah, A', nanti aku bisa makan di kantin, yaudah aku ambil tas dulu ya." Tania langsung berlari ke kamar mengambil tasnya. Dan yang lain masih menatap kepergiannya.

Namun Gus imam tidak membiarkannya, jujur ia khawatir dengan istrinya. Dan dengan cepat ia mengambil sepiring nasi dan menyusul Tania ke kamar.

"Abang nyusul Tania dulu, ya."

Setelah itu Gus imam beranjak ke kamar, dan saat membuka pintu, terlihat Tania sudah siap untuk berangkat, namun lagi-lagi Gus imam menghentikan.

"A'a nggak mengizinkan kamu berangkat sebelum sarapan, kata Bunda kamu punya magh, jadi sarapan dulu ya, sayang, A'a suapin."

Tania tak bergeming. Lalu Gus imam mendudukkan Tania di sofa dan ia duduk di samping istrinya.

"Ayo buka mulutnya, sayang."

Tania akhirnya pasrah dan menerima suapan dari Gus imam.

"Ya Allah, rasanya saya ingin sekali menggigit pipi istri saya."

"A'a, kok lihatin aku terus sih?"

Gus imam tersenyum manis. "A'a ingin mendapat pahala, yaudah nih, lagi."

"A'a, nanti habis ashar simak hafalan aku,
ya."

"Dengan senang hati, sayang, nanti jika lancar A'a beri hadiah."

Mendengar itupun Tania menjadi penasaran. "Mau kasih apa, A'?"

"Nanti juga tau, makannya semangat menghafalnya ya, jika sudah selesai 30 juz nanti A'a akan bawa kamu ke suatu tempat."

Suapan demi suapan masuk ke mulut Tania. Dan tak di sangka hanya membutuhkan waktu lima menit saja untuk menghabiskan makanan di piring, karena biasanya jika Tania makan sendiri bisa sampai setengah jam.

"Bentar sayang, ada sisa nasi."

Gus imam tanpa jijik mengelap sisa nasi pada bibir Tania, sementara Tania yang mendapat perlakuan itu pun melongo.

"A'a, kok nggak jijik sih?"

"Kenapa harus jijik hm? Ini baru dengan tangan, belum nanti dengan bibir."

TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang