48.meredakan amarah

28.1K 1.3K 118
                                    

"Saya memang tidak bisa semulia Rasulullah,tapi Insyaallah saya akan menjadikanmu Khadijahku yang hanya ia saja yang di cintai Rasulullah semasa hidupnya."

_Imam Airuz Bilfaqhi_

Keesokan hari pertama di rumah baru mereka, Tania semalaman masih tetap mendiamkan Gus imam lantaran karena masih marah dan kesal, bahkan semalam ia sampai tidur memunggunginya, namun Gus imam sama sekali tak memarahi balik maupun berbicara kasar padanya, justru Gus imam masih tetap memanjakan dan memberikan hal yang romantis.

Pagi-pagi sekali Saat sudah siap dengan seragam serta tas sekolahnya, Tania ingin segera keluar untuk membuat sarapan untuknya dan untuk Gus imam, memang ia tak pernah memasak sebelumnya, tapi sadar jika saat ini sudah menjadi seorang istri dan bagaimanapun harus bisa melayani suami dengan baik.

Namun kali ini ia tak mendapati suaminya sama sekali, karena tak ingin ambil pusing , Tania pun segera ke dapur.

"Gue masak apa ya?" Gumam Tania sembari berjalan.

"Nasi goreng aja deh, pake bumbu instan biar nggak ribet." Pikir Tania, tapi ia sedikit heran ketika sampai di meja makan sudah melihat makanan kesukaannya yang tak lain adalah asem-asem daging sapi.

"Loh kok?" Tania menunjuk dengan keheranan.

"Jangan-jangan, di rumah ini ada penunggunya lagi."

"Sambil komat kamit mbah dukun baca mantra,dengan segelas air putih lalu pasien di sembur."

"Byurrr, gitu gasih?"

Entah kerasukan apa tiba-tiba saja Tania bernyanyi dengan tangan yang seperti ingin merukyah orang.

"Sudah bangun, zawjati?" Entah dari mana tiba-tiba saja Gus imam menyahut dan menghampiri Tania ke meja makan.

"Tadi setelah A'a sholat subuh, A'a kamu masih tidur, jadi A'a masak aja biar zawjatinya A'a nggak capek-capek."

Tania terdiam kikuk, Sekarang ia jadi merasa bersalah.

"Oh."

"Tapi seharusnya aku aja, A', yang masak, nanti di kira aku jadiin A'a babu lagi," Ujar Tania, namun wajahnya masih terlihat kesal.

"Tapi kok A'a tau sih makanan kesukaan aku?"

"Yang A'a tidak tau itu cara agar kamu tidak marah lagi."

Ucapan Gus imam barusan membuat Tania tersindir, namun ia seperti seolah-olah tak merasa.

Setelah itu Gus imam pun ikut duduk di depan Tania lalu mengambil nasi, dan keduanya memulai sarapannya dengan berdoa.

Sepanjang Tania menyantap makanan, Gus imam terus memandangi wajahnya tanpa henti sambil tersenyum.

"Gue nggak buruk rupa, kan?"

Sepersekian menit akhirnya keduanya telah selesai, Tania ingin beranjak mencuci piring bekas mereka, namun Gus imam menahannya.

"Udah, sayang, biar A'a aja, nanti kamu telat loh."

"Ihh udah deh biar aku aja, A', biar ada gunanya sedikit jadi istri," bantahnya.

TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang