Sekitar pukul tujuh pagi, seorang laki-laki bergegas pulang menuju rumahnya. Ya, Gus imam begitu khawatir dengan istrinya sebab dari azan subuh tadi meninggalkan Tania ke masjid dan mengisi pengisian materi.
Saat kakinya semakin mendekati rumah, entah darimana, terdengar suara nyanyian seseorang yang begitu sumbang bak kaleng yang di tendang.
"Cikini ke Gondang dia..."
"Ku jadi begini gara-gara dia..."
Saat kakinya melangkah masuk ke rumah, mata Gus imam mendapati ternyata istrinya sedang menyanyi ria dengan earphone di telinga.
"Ekhm, asaalamualaikum," potong Gus imam.
Dari tempat, Tania yang mendengar pun langsung menoleh, tapi masih melanjutkan liriknya.
"Cikampek Tasikmalaya..."
"Perutku buncit gara-gara A'a..."
Gus imam melotot mendengar itu. Lalu laki-laki itu menghampiri istrinya.
"Eh, salah lirik."
"Waalaikumsalam suami aku," balas Tania dengan menyengir. Setelah itu melepas earphone nya dan menyalami tangan Gus imam.
"Kenapa bilang gara-gara A'a hm? Bukannya kamu yang minta dulu?"
Ucapan Gus imam membuat Tania kikuk sendiri dan malu jika mengingat itu.
"Masa sih? Lupa aku."
Gus imam menyentil kening Tania dengan jarinya. Kemudian mencium perut buncitnya.
"Sayang, selama kamu hamil kok ngidamnya normal sih, ayo dong ngidam lagi, yang agak susah gitu, biar A'a bisa ngerasain berjuang juga," ucap Gus imam tiba-tiba.
Tapi mungkin ini akan menjadi petaka hidup Gus imam. Perlahan, senyum jahil muncul dari perempuan itu, dan menatap sinis Gus imam.
"Yakin A'a mau nurutin?" Tanya Tania menantang.
"Yakin, sayang, ayo ngomong, kamu mau ngidam apa? Janji A'a pasti turutin."
"Aku ngidam A'a cosplay jadi pulu-pulu di Upin ipin pake topeng Doraemon, sama ngomong bahasa pulu-pulu juga sambil bawa tongkat."
Dan hanya dalam hitungan detik, wajah Gus imam yang tadi sangat bersemangat seketika berubah menjadi tertekan. Laki-laki itu terdiam kaku mendengar ngidam istrinya yang sangat di luar akal pikiran.
"S-sayang, jangan bercanda ya, nggak lucu lo, nanti image A'a anjlok," bantah Gus imam yang sudah sangat takut.
Tapi malah sekarang Tania menangis sepoerti anak kecil.
"Hiks, A'a jahat! Nggak sayang sama Dedek twins nya, ini kan anak A'a juga yang minta." Tangis Tania semakin kencang sambil memukuli Gus imam dengan bantal.
"Cintanya imam, jangan gini dong, masa A'a jadi pulu-pulu sih, yang ada nanti A'a jadi tontonan satu pesantren dong."
Tania tetap menggeleng sambil menangis. "Jahat! Tadi nanya, sekarang malah nggak mau, Yaudah aku mau minggat aja, sana pergi!"
Tapi bukan Gus imam yang pergi, melainkan Tania yang sudah berjalan keluar sambil menangis. Sementara Gus imam di tempat mengusap wajahnya kasar lalu mengikuti istrinya dari belakang.
Ternyata Tania menuju ke ndalem. Saat berjalan, banyak pasang mata yang melihatnya heran, tapi tidak ia peduliakan. Perempuan itu langsung mencari Umma sambil menangis.
"Assalamualaikum, Umma..."
Karena mendengar suara tangisan, bukan hanya Umma saja yang datang, tapi Abah, Gus Hafiz, juga Fiza juga yang ingin melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
De TodoMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...