Di pagi yang cerah, Tania dan Gus imam tengah melakukan kegiatan mencuci bersama, setelah selesai membagi tugas untuk bersih-bersih rumah.
Sebenarnya Gus imam begitu melarang Tania untuk melakukan pekerjaan apapun, mengingat HPL nya sebentar lagi. Namun perempuan itu terus memaksa, dan Alhasil sekarang, Gus imam yang mencuci dan Tania yang menjemur.
"Sayang, nanti kalo capek bilang, ya," teriak Gus imam karena khawatir.
Tania menjawab sembari menjemur pakaiannya. "Iya, kalo gak lupa."
"Hei, awas ya, nanti kalo sambat A'a cuekin."
Tania cengengesan. "Bodoh amat wlee."
Saat sedang asik-asiknya menjemur, sebuah angin kencang datang dan menjatuhkan semua pakaian yang sudah Tania jemur.
Wushhhhh....
"Aduh, Angin sialan! Jadi kotor semua kan," gerutu Tania kesal.
Gus imam yang mendengar itu langsung berhenti dari pekerjaannya. "Sayang, nggak boleh gitu, ayo istighfar."
Tania menoleh. "Kok istighfar sih, kan emang anginnya yang salah."
Gus imam mendekati istrinya dan mencoba menjelaskan.
"A'a tanya, apa angin itu bisa bergerak sendiri?"
"Enggak."
"Terus siapa yang menggerakkan angin?"
"Allah."
"Jadi tadi siapa yang kamu marahin?"
Tania mulai paham, dan sadar jika tadi ia baru saja memarahi Tuhan.
"Eh iya, astaghfirullahaladzim, maafin Nia ya Allah."
Gus imam mengulum senyumnya. "Jangan di ulangi lagi, ya, secara tidak sadar kamu baru saja memarahi Allah, dan ini bisa menjadi murtad kecil."
"Iya A', janji nggak akan ngulangi lagi."
Tangan Gus imam bergerak mengelus rambut panjang Tania.
"Yaudah, biar A'a cuci lagi, kalo capek istirahat aja, ya."
"Aku nggak capek kok, A', kita kerjain sama-sama, ya," pinta Tania.
Gus imam tiba-tiba teringat sesuatu yang belum ia beritahu pada istrinya.
"Sayang, nanti A'a izin pergi bentar, ya, mau nganterin santri yang mau ikut porseni sama Asatidz yang lain," izin Gus imam.
"Tapi jangan lama-lama, ya." Tania sedikit takut.
"Iya, sayang, nanti A'a langsung pulang, nanti kalo kamu kesepian ke ndalem aja," Kata Gus imam.
Tania hanya bisa mengiyakan, karena itu sudah jadi tugas suaminya menjadi salah satu anggota dan pengurus pesantren.
Kemudian keduanya melanjutkan kegiatannya.
Gus imam sudah pergi menjalankan tugasnya, meninggalkan sendiri Tania di rumah yang sepi. Sekarang perempuan itu sedang duduk santai sambil bermain ponsel karena merasa begitu lelah.
Sesekali Tania bermain dengan perutnya yang sudah sangat besar.
"Anak umi lagi apa di dalam? Nanti kalo udah lahir umi nggak sabar buat peluk cium kalian deh." Tania berbicara pada calon anak kembarnya.
"Bentar lagi kalian bakal hadir di dunia, umi janji akan menjadi madrasah yang baik untuk kalian, nanti kalian jangan jadi kayak umi, ya, yang baru sekarang sempet belajar agama dan baru mengenal Tuhan."
Dari luar, terdengar suara ketukan pintu entah siapa yang datang. Tania yang mendengar itu pun buru-buru membukakan.
Ceklek.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
RandomMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...