60.Kelepasan

19.4K 1.1K 49
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Hati perempuan itu sangat lembut, sekecil apapun luka yang mengenainya akan membuatnya tergores. Karena hakikatnya mendidik perempuan itu tidak bisa dengan kekerasan. Seperti tulang rusuknya yang Allah ciptakan secara bengkok, maka harus dengan kesabaran penuh untuk meluruskannya secara pelan-pelan."

—Imam Airuz Bilfaqhi—

"Sekeras kepala apapun seorang perempuan, tapi jika sebuah bentakan mengenai hatinya, maka pasti akan membuatnya terluka meskipun tak di rasa. Karena pada dasarnya perempuan itu butuh kelembutan."

—Tania Shaqueenna Azzahra—

Bulan demi bulan berlalu. Tak terasa usia kehamilan Tania sudah masuk delapan bulan. Walau banyak rintangan dan cobaan seperti ngidamnya Tania yang di luar nalar, meski begitu Gus imam begitu sabar menghadapi dan menuruti apapun kemauan Tania.

Di malam hari, Gadis itu sekarang tengah santai dan menunggu suaminya pulang. Kebetulan di minggu terakhir ini Gus imam begitu sibuk dan lelah karena salah satu Ustadz di pesantren sedang cuti, dan Gus imam lah yang harus menggantikan, artinya jadwalnya mengajar otomatis di tambah.

"Asaalamualaikum," salam Gus imam ketika memasuki rumah.

"Waalaikumsalam, A'a udah pulang." Tania langsung menghampiri dan menyalami tangan Gus imam.

Tapi kali ini perempuan itu seperti punya keinginan yang ingin ia minta pada suaminya.

"A', ke alun-alun, yuk, aku bosen di rumah terus," ajaknya.

"Sayang, lain kali, ya, A'a capek banget, sehari ini ada jadwal empat mapel sekaligus," tolak Gus imam secara halus.

Tapi Tania begitu menginginkan. "A', sebentar aja, ini kemauan adek kembarnya loh." Tania memaksa sambil menarik-narik tangan Gus imam.

Gus imam menghela nafas. "Hei, sayang, besok ya, sekarang A'a cepek banget."

"Tapi maunya sekarang!"

"TANIA! TOLONG NGERTIIN A'A, JANGAN KAYAK ANAK KECIL!" tanpa di sadari, Gus imam baru saja membentak Tania.

Tania begitu kaget dengan suaminya yang menindikan suaranya, ini pertamakali ia mendengar bentakan dari Gus imam selama pernikahan.

"Maaf, Gus." Perempuan itu menunduk seperti menahan air matanya. "Istirahat aja, udah saya siapin makannya."

Selepas itu, Tania langsung berlalu masuk kamar, masih tak percaya jika tadi Gus imam telah membentaknya. Di tambah lagi hormon wanita hamil yang begitu sensitif membuatnya langsung menangis.

Dan di tempat, Gus imam sadar jika tadi ia kelepasan. Laki-laki itu memejamkan matanya dan beristighfar.

"Astaghfirullahalazim...maafkan A'a ya zawjati..."

Kemudian Gus imam memilih pergi ke ndalem untuk menenangkan dirinya.

Saat sudah sampai ndalem, Gus imam langsung duduk, tak menghiraukan Umma dan Abahnya yang berada di depannya.

"Kamu kenapa toh, Lee?" Tanya Abah heran. Karena putranya datang-datang tak mengatakan apa-apa.

"Imam kelepasan, Abah."

"Maksud kamu?" Tanya keduanya.

Gus imam menatap Umma dan Abah. "Tadi imam membentak Tania karena dia mau ngajakin ke alun-alun, tapi imam cape karena seharian ini jadwal mengajarnya full."

TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang