VandZ•chapter11

438 10 0
                                    

Halo everyone, gimana chapter kemarin? Memuaskan atau ngga, nih?

Tenang, ini lanjutan nya kok.

Don't forget to vote yaaa

Happy reading, selamat membacaaa💙

*
*

Varo, pria itu mengetuk pintu kamar Zea setelah mengantarkan kekasihnya pulang. Varo masih memakai Kimono yang dia pakai tadi, belum ganti sama sekali.

Zea membuka pintu itu, wanita itu memasang wajahnya yang datar kepada Varo. Wajah itu tak pernah dilihat Varo sebelumnya, kenapa hari ini tiba tiba? Varo menatap tajam Zea lalu mencekik leher Zea dan di bawa kedalam.

Tak lupa juga dia menutup pintunya, tubuh Zea didorong ke ranjang dengan kasar. Zea tentunya tak diam saja, dia bangun lagi lalu menatap tak kalah tajam kepada Varo.

" Saya sudah bilang, kan? Jangan mengatakan kata cerai lagi. I really don't like that, Ze! "

Zea terkekeh, " Kenapa saya harus melanjutkan pernikahan ini? Kamu keterlaluan, Mas! "

"Keterlaluan bagaimana, Zeannario Zhinsacila?!"

"Kamu melakukan itu dengan perempuan yang bukan mahram kamu, itu fatal, Mas. Dan harus dihukum!" Bentaknya.

Varo terkekeh," Kamu cemburu? "

"Bukan cemburu, Mas. Ini berbeda, benar benar salah besar. Kamu melakukan itu dengan Ayra, dia belum halal untuk kamu!"

" Seperti yang saya bilang tadi, Mas boleh menikah dengan Ayra. Tapi Mas harus ceraikan saya, kita hidup masing masing. "

Plak.

Varo dengan tega menampar pipi Zea, " Jangan katakan cerai lagi, Zeannario Zhinsacila! "

" SAYA MAU CERAI! " Sentak Zea

" Saya ngga mau terus hidup dengan pria kasar dan tidak tau menghargai wanita! "

Varo mengangguk, " Saya akan menikah dengan Ayra, tapi saya ngga akan melepaskan kamu. "

"Are you crazy?! "

"Ngga, saya waras. Saya mengatakan ini dengan kesadaran diri saya, Zeannario Zhinsacila. "

Varo kembali mencekik leher Zea, dengan kedua tangan miliknya. Sangat kencang, membuat Zea tak bisa bernafas.

" Kenapa kamu keluar tanpa seizin saya?! "

Zea menggeleng, " Lepp—pas, M-mas! "

" JAWAB SAYA! "

"M-maaf,Mas." lirihnya.

Varo melepaskan cekikan itu, dia membuka hijab yang Zea pakai dengan kasar. Bahkan, jarum yang ada di hijab itu menggores dagu Zea.

"Kamu pergi dengan pria sialan itu?!"

Zea mengangguk lemah, " Maaf, Mas..."

" Saya kurang apa, hah?! Ngga cukup hanya saya? Kenapa kamu sangat suka dengan pria itu?! "

Zea mengernyit, " Mas mau apa?! Apa ngga cukup juga tadi Mas dengan perempuan itu? "

POSESSIVE MAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang