k25: Muncul Pertanyaan Yang Menggangu

173 25 11
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Akh! Sakit, bego!" Bian mengerang kesaktian saat Raka menekan luka di tangannya dengan kapas berlumur antiseptik.

"Diem, atau gue sumpel mulut lo pakai kapas!" sahut Raka dengan nada setengah kesal. Tangannya tetap bekerja, meski wajahnya menunjukkan rasa prihatin.

"Tapi... bener nggak sih yang di bilang Geo tadi?" tanya Raka tiba-tiba, suaranya lebih pelan, tapi penuh dengan tanda tanya.

Bian memutar bola matanya, jelas-jelas menunjukkan kekesalan. "Serius? Lu percaya sama omongan dia?"

Raka menggeleng, meski keraguan terlihat di wajahnya. "Cuma... kalau emang bener, dia tau dari mana? Ayah kita kan udah nggak ada sejak kita bayi. Gue sama lu aja nggak tau siapa Ayah kita, wajahnya... namanya..., karena Bunda gak pernah bahas soal itu."

Bian menghela napas panjang, matanya memandang lurus ke arah Raka. "Gak mungkin itu bener. Bunda sendiri pernah bilang kalau Ayah sangat mencintai Bunda dan Bunda pun seperti itu. Kamu pikir orang kayak Ayah tega ngelakuin itu?" katanya dengan nada penuh keyakinan.

Raka terdiam beberapa saat, lalu menyerahkan kapas ke tangan Bian. "Gue ke toilet dulu. Nih, lu obati sendiri," tanpa menunggu jawaban, Raka melangkah pergi, meninggalkan Bian yang
Masih sibuk dengan pikirannya.

***

Di toilet, Raka membuka keran air dan mencuci tangannya. Air dingin yang mengalir terasa menenangkan, tapi pikirannya tetap kalut. Ia membasuh wajahnya, lalu mengangkat kepala, menatap bayangan dirinya di cermin.

"Kalau itu bener... kenapa Bunda nggak pernah cerita apa-apa? Apa ada sesuatu yang selama ini Bunda sembunyikan? Apa Bunda punya rahasia yang gue sama Bian nggak tau?" pertanyaan-pertanyaan itu terus bergema di pikirannya, seperti gelombang yang tak kunjung reda.

Raka memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan dirinya. Tapi perasaan resah itu terlalu kuat. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke UKS.

Tapi langkahnya terhenti begitu matanya menangkap pemandangan di depan ruang kepala sekolah.

ia melihat Geo berdiri dengan kepala menunduk. Di hadapannya, seorang pria-yang ia duga adalah ayah Geo-sedang memarahinya tanpa ampun.

"terus aja bikin masalah. kamu, Geo! Kalau gini terus, Papa nggak akan segan-segan kirim kamu ke luar negeri!" suara pria itu menggema cukup jelas hingga ke telinga Raka, meskipun ia berdiri agak jauh, bersembunyi di balik loker lemari.

Di sisi pria itu, berdiri seorang wanita-istri sekaligus ibu Geo. Wanita itu mencoba membela Geo, suaranya terdengar lirih tapi penuh protes.

Raka menghela napas panjang, sorot matanya berubah sendu. Diam-diam, ada rasa iri yang menghampiri hatinya.

"Enak banget... punya keluarga lengkap. Bahkan dimarahi Papa pun rasanya kayak sesuatu yang gue pengen rasain," pikirnya.

Hatinya terasa berat. Kerinduannya pada sosok seorang ayah yang tak pernah ia kenal mencuat lagi. Tapi di balik itu, ada sesuatu yang lebih menyakitkan.

Ia rindu Bunda.

Next...

Ig: wp_ayayti1
Tt: ayayti

Jangan lupa votmenfoll, terimakasih.

KARAFERNELIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang