Obsessed with My Older Sister ✔️

OWMOS⏤17

mau ngingetin, jgn panggil aku author/thor/min. panggil nama aku aja biar lebih akrab gitu hehehhe

so, panggil aku kale

-oOo-

"Yah,"

"Iya bunda cantik,"

Bunda membenarkan duduknya agar lebih nyaman.

"Kalingga makin kesini makin manja nggak sih sama kakak?" tanya bunda.

Ayah mengalihkan atensinya dari koran yang tengah ia baca. Pria paruh baya itu kemudian menatap bunda.

"Kebiasaan dari kecilnya nggak bisa hilang kayaknya, bun." jawab ayah.

Bunda menghela napas. "Kalau gini terus, kapan kakak nikah? Bunda juga pengen gendong cucu."

Ayah tertawa ringan, "suruh aja kakak nikah cepet-cepet sama pacarnya."

"Ayah yakin kakak punya pacar? Bunda ragu karena kakak sibuk ngurusin Kalingga yang nempel terus ke dia." sungut bunda.

"Yakin deh bun, kakak pasti lagi suka sama cowok." ayah mencoba positif thinkin' saja.

"Apa kita jodohin kakak aja ya, yah? Maksud bunda biar sama-sama enak." usul bunda.

Ayah nampak berpikir, "emang mau jodohin kakak sama siapa?"

"Itu anaknya temen bunda. Kayaknya cocok sama kakak. Ganteng, tinggi, ramah lagi." bunda menerawang ke depan.

"Hmm, kayaknya boleh aja. Bilang kakak dulu deh biar kakak nggak kaget. Sekalian, ayah mau ketemu sama anaknya temen bunda itu." balas ayah.

Bunda tersenyum merekah mendapat feedback baik dari ayah. Nah, kalau seperti ini pasti Kalingga akan lebih mandiri karena kakaknya akan menjadi milik orang.

-o0o-

"Lo kemana aja sih dasar! Nggak balik ke rumah gue. Nggak ngabarin lagi," sengit Celin.

Resta meringis, gadis itu merasa bersalah sekarang. Dia memang tidak mengabari Celin, karena dia pikir Celin tidak akan mencarinya karena tahu dia pergi bersama David.

Mendudukkan bokongnya ke bangku depan Celin, Resta meletakkan tas laptopnya ke atas meja.

"Sorry, gue pikir lo nggak bakal nyari gue." ringisnya.

Celin mencebik, "bilang aja lupa sama gue."

"Nggak gitu juga. Gue balik ke rumah nggak sengaja ketemu Kalingga pas di mall sama David." curhat Resta.

"Serius? Terus terus???" tanya Celin.

Tingkat kekepoan Celin tiba-tiba datang.

"Bentar, mau pesen minum dulu."

Resta memanggil salah satu waiters disana, lalu memesan minumannya. Celin mengajak Resta bertemu di Cafe dekat kampus mereka karena Celin khawatir dengan Resta.

Ya tentu saja khawatir, sebagai seorang teman yang baik Celin khawatir Resta kenapa-napa sampai tidak pulang ke rumahnya.

"Lanjut lanjut," titah Celin.