bagian #39

15.1K 596 1
                                    

 
  "Lg ngapain lo cil?"tanya seorang lelaki jangkung itu pada anak lelaki usia lima tahun itu

Bocah itu menoleh kebawah. "Ngambil mangga dong."ujarnya dengan bangga.ia sudah meminta izin pada pemiliknya pagi tadi.

"Bagi abang ya."pintanya.

"Enggak."ujarnya dengan songongnya.pemuda itu tersenyum miring menatap adik bontotnya itu.

"Belagu lo,gausah panggil gue kalo gak bisa turun."ujarnya seraya pergi dari tempat itu.

Adiknya itu memang bisa memanjat pohon tapi sayangnya tidak bisa turun lg.aneh memang tapi nyata.

"El kamu liat adik kmu gak?"tanyanya saat bujangnya itu baru saja masuk rumah.

"Yg mana?"tanyanya karena ia punya dua adik.satu perempuan dan si bontot yg suka mencari gara gara dengannya.

"Arvin."ujarnya.Arvin Al Kendra fabian nama anak terakhir Arisha dan kenzo.sejak tadi ia mencari si bungsu untuk menyuruh nya belajar.anaknya yg satu itu memang sangat susah jika di suruh belajar,harus di marahi papanya baru nurut.tapi sejak tadi ia tidak melihat anak itu.

"Oh si bontot,liat ma lg manjat pohon tetangga."balasnya santai santai aja.

"Terus kmu tinggalin?kmu kan tau dia bisa manjat tapi gak bisa turun."omelnya membuat El menyengir tanpa dosa.

"Ya maaf ma, abisnya dia ngeselin jadi ya El tinggalin."balasnya.

"Mau gimana pun dia,dia tetap adik kmu.bawa pulang adik kmu sekarang."ujarnya.pemuda itu menghela nafasnya lalu mengangguk dan pamit untuk menjemput adiknya yg menyebalkan itu.

Ia berjalan dengan ogah ogahan ke tempat Arvin berada,ia yakin sekarang adiknya itu pasti sedang menangis di atas pohon tetangga itu karena tidak bisa turun, karena si pemilik rumah pasti belum pulang bekerja.

"Abang hiks.. bantu.. turun hiks.."jeritnya saat melihat sang kakak dibawah pohon itu.

"Heleh tadi aja lo songong bgt sekarang nangis nangis minta tolong."ketusnya.

Bukannya diam Arvin malah makin kejer mendengarnya,membuat El mengusap wajahnya prustasi karena memiliki adik seperti Arvin ini.

Pemuda itu merentangkan tangannya seolah siap menyangga adiknya itu.bukannya loncat Arvin malah diam membuatnya makin geram.

"Loncat cil bukan malah diem."kesalnya.

"Takut."cicitnya.

"Ck... kan gue tangkap ngapain takut,buruan loncat atau gue tinggal lg nih."ancamnya.Arvin menggelengkan kepalanya mau tidak mau ia memberanikan diri untuk melompat.

Arvin mengambil satu mangga yg ia bawa didalam ujung kaosnya lalu memberikannya pada El.

"Apa?"tanyanya galak.

"Buat abang,aku ikhlas ko."ujarnya yg kini berjalan beriringan dengan abangnya itu.

"Gue yg gak ikhlas,pelit bgt lo ngambil delapan mangga cuma ngasih gue satu doang."gerutunya apa susahnya ngasih empat atau tiga ke gitu.

"Ih abang mah dikasih hati malah minta jantung,kata mama kalo berbuat baik itu yg ikhlas,mau diberi imbalan atau enggak atau dikasihnya banyak atau enggak harus tetap ikhlas."ujar Arvin sok bijak.

"Serah."balasnya.

Setelah itu tidak ada lg obrolan diantara keduanya sampai tiba dirumah.saat keduanya tiba diwaktu yg sama pula sang papa baru saja pulang dari kantor nya.

Kedua lelaki itu mencium punggung tangan papanya bergantian.

"Dari mana boy?tumbenan akur."celetuknya.

"Ngambil mangga dong pa,tadi pagi Aku udah izin sama yg punya dan baru ngambil nih."ujarnya antusias.

"Kamu ini,lain kali kalo mau mangga beli aja ya,jgan minta terus kasian yg punya nya ntar gak kebagian."peringatnya.bukannya apa apa masalah nya jika Arvin meminta mangga selalu seenaknya ngambil banyak tanpa memikirkan apapun.

"Iya papa.tapi seru tau pa manjat manjat pohon kayak Spiderman."ujarnya.

"Spiderman mah manjat tembok kali yg manjat pohon mah  onyet."koreksi sang kakak.

"Ih ada tau Spiderman yg manjat pohon jga."keukeuhnya.

"Serah lo deh cil, lagian kalo Spiderman tuh bisa manjat tapi jga bisa turun gak kayak lo bisa manjat gak bisa turun."ujarnya dibarengi dengan tawanya seolah puas menertawakan adik songong nya itu."

"Papa abang ko jahat ya sama aku,apa jagan jgan abang anak pungut ya pa,makanya jahat sama aku biar kuasain harta papa."pertanyaan absurt itu keluar dari mulut Arvin dengan sedihnya.

"Hus kmu ini kmu ini ngomong apa si,abang itu anak kandung papa jga tapi emang rada lemes aja mulut nya."ujarnya.

__

     Malamnya setelah shalat isya Kenzo menghabiskan waktunya untuk menonton tv ditemani oleh istrinya.jujur saja setelah memiliki tiga anak waktu berduanya sangat sulit untuk didapati selalu saja ada pengaggu.

"Pa."panggil Elziano membuat kenzo mendengus kesal.jika bukan adik adiknya ya abangnya yg menjadi pengganggu.

"Apasi,ganggu aja."kesalnya.

"Biasa aja dong apa,El manggilnya baik baik lho.btw minta uang dong."pintanya dengan senyumnya.

Lelaki tiga anak itu menghela nafasnya lalu memberikan selembar uang pada anaknya itu.

"Ko cuma satu si pa,tambah lg atuh papa kan ganteng."ujarnya sengaja memuji bapaknya agar uangnya ditambah lg.

"Enggak,kalo mau ambil kalo enggak balikin lg sini."balasnya.

"Ish si papa mah gitu, yaudahlah gpp,sekalian pamit main ya papa mamaku."ujarnya seraya mencium punggung tangan orang tuanya.

"Jam sepuluh belum pulang papa kunci pintu nya."peringatnya sebelum anak itu pergi.

Membolehkan anaknya main malam bukan berarti ia lepas tanggung jawab.ia selalu memantau hal apa yg selalu dilakukan semua anak anaknya.

"Sayang."

"Hm."

"Kayaknya saya berubah pikiran deh."ujarnya seraya mengelus tangan istrinya itu.

"Berubah pikiran apa?"tanyanya tak mengerti dengan ucapan suaminya itu.

"Tiga anak udah cukup,gausah nambah lg "ujarnya.awalnya ia ingin memiliki anak lima namun sepertinya tiga anak saja sudah cukup membuat nya pusing.

"Knpa tiba tiba berubah pikiran?"

"Saya udah cukup pusing ngadepin tiga anak itu,eh ralat cuma dua si yg bikin pusing Aretha Enggak."ujarnya.diantara tiga anaknya memang hanya Aretha yg tidak banyak ulah tidak seperti kedua anak laki lakinya yg selalu membuat masalah.
























Assalamualaikum man teman semuanya,maaf kalo alurnya gini gini aja tapi author berharap kalian menyukainya.

Yg mau next chapter ayo komen ya banyak biar bisa up cepet.







ARISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang