Happy Reading
.
.
(Selesai di Revisi)
"Mengapa kau menangis?" Tanya Vion kepada Liana.
Lima belas menit telah berlalu, mereka berdua masih dengan posisi seperti itu, yaitu berpelukan satu sama lain.
"Liana?" Panggil Vion.
Liana tidak merespon panggilan itu malahan ia semakin mengeratkan pelukannya, jari-jemari mungilnya begitu erat memegang pinggang Vion.
Sejenak Vion menghela napas, ia akan membiarkan Liana memeluknya, setelah itu ia akan bertanya lagi.
Detik demi detik berlalu, hingga menit, lalu-satu jam. Akhirnya Liana melepaskan pelukannya, ia merasa pegal, kakinya sakit karena terlalu lama berdiri. Liana merasa aneh karena ia tidak mau melepaskan pelukan Vion.
"Vion! Kenapa kamu tidak menjawab panggilanku?!" Pertanyaan yang di nadai dengan pernyataan membuat Vion meringis.
"Aku kan sudah memberitahumu tadi, jika aku sedang mandi ketika kamu memanggilku." Jelas Vion.
Perlahan alis Liana berhenti berkerut, wajahnya terlihat lega, "aku khawatir, aku takut terjadi sesuatu padamu." Terangnya.
Vion terkekeh, hatinya terasa hangat saat ia tahu jika Liana akan sepanik itu pada kondisinya, "aku baik-baik saja, kamu tidak perlu sepanik itu." Vion memberikan senyuman lembut pada Liana, agar Liana tahu jika Vion baik-baik saja. "Apa ada alasan kamu ke mari?" Pertanyaan yang sudah diulang Vion beberapa kali namun tidak terlalu ditanggapi oleh Liana diulang lagi.
Kali ini Liana menanggapinya, ia tersentak kala ia ingat alasannya untuk menemui Vion, "aku ingin belajar!"
"Hah? Belajar?" Mata Vion berkedip lebih cepat, ia sedikit bingung dengan perkataan Liana.
Liana mengangguk, "tolong ajari aku. Kurasa jika Vion yang mengajariku maka aku mau belajar." Ucap Liana dengan penuh semangat, bahkan matanya terlihat berbinar penuh harap.
Melihat wajah penuh semangat yang ditunjukkan oleh Liana membuat Vion tersenyum, ia mengelus puncak kepala Liana dengan lembut.
"Baiklah, aku akan mengajarimu, tapi setelah aku mengganti pakaianku."
"Siap!"
Vion berjalan ke arah ruang ganti.
Hingga lima menit berlalu.
Keluarlah Vion dengan memakai celana hitam dan kemeja putih. Vion berjalan lurus ke arah meja belajarnya lalu kemudian mengambil beberapa buku.
"Ini."
Ia pun menyerahkan beberapa buku kepada Liana. Dengan antusias Liana menerima buku-buku itu.
Mata Liana berbinar menatap buku yang di berikan oleh Vion, buku itu cukup tebal dan berat, dan Liana yakin jika buku yang dipegangnya jauh lebih membosankan daripada buku yang diberikan oleh guru privat-nya tetapi ia tidak peduli asalkan yang mengajarinya adalah Vion. Walau pun buku itu setebal langit, Liana akan tetap membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forsythia and Gladiol (first) END
FantasyIni adalah cerita tentang seorang gadis kecil yang berpetualang dalam dimensi yang berbeda melalui sebuah pintu usang dengan simbol-simbol berbentuk abstrak yang sulit dipahami apalagi oleh gadis kecil itu. Tetapi herannya, mengapa gadis itu dapat m...