57. Rasa Aneh Dari Pria Itu

900 90 0
                                    

"Kau kejam! Kau kejam!" Aku memukul tubuh Valentio berulang kali.

Mungkin dia akan kesakitan tapi apa peduliku? Bahkan aku tidak mabuk saat ini. Tanganku dihentikan Valentio dengan erat. Dia menutup pintu dan melihatku seperti seekor serigala.

"Ah... Tampan? Kau pasti terpesona olehku kan? Tapi kau suka pria tampan juga! Dasar bajingan!" Aku bersandar pada jendela.

"Kenapa kau bisa mabuk, Ava?"

"Ya minum! Kau minum tidak! Minum itu seperti gluk...gluk... Begitu! Bodoh! Mana! Aku mau lagi!" Pintaku dengan tubuh sok linglung.

"Cukup Ava! Apa kau ingin mempermalukanku?"

"Hiskkk... Aku mau lagi! Valen, mana! Mana minumku?" Aku mencengkram  bajunya.

Valentio menghembuskan napasnya lelah. Sebenarnya aku ingin memukul, menendang, mencubit, atau membunuhnya. Mungkin aku tidak akan disalahkan karena mabuk berat. Tapi pasti akan sangat menyenangkan bisa membunuh orang ini!

Apa yang dia katakan pada Ilario tadi?

Aku miliknya? Hahaha...

Aku milik Arnold!

Aku menjadi merasa bersalah pada Arnold tadi. Dia melihatku dengan wajah terkejut. Mungkin kami akan sedikit bertengkar.

"Tidak!"

"Hiskkk... Kau jahat! Kau pria jahat! Hiskk..."

"Diamlah, Ava!"

"Tapi kau... Kau... Hiskkk... Kau suka pria lalu kau tidak boleh aku memiliki selir, sekarang kau juga tidak mau memberiku minum! Hiskk... Kau jahat! Kau pria jahat di seluruh dunia ini!" Teriakku membahana.

"Aku memang jahat lalu kenapa?"

"Apa? Hiskkk... Benar kata ibu, pria tampan itu jahat."

"Ibumu sudah mati!"

"Huahhhh... Ibuku hidup tahu!"

Valentio menutup wajahnya dan menarik tubuhku untuk dipeluknya. Apa kau laki-laki ini? Aku mencoba mendorongnya tapi tidak bisa. Dia sangat kuat sampai aku juga lelah untuk melawannya.

Aku merasakan seseorang mengusap punggungku lembut. Apakah ini Valentio? Ataukah dia kerasukan setan?

"Tenang, Ava! Jangan menangis!"

"Hiskkk... Ibuku masih hidup Valen! Dia masih hidup! Jangan katakan jika dia mati! Hiskk..."

"Maafkan aku!"

Hah?

Apa?

Apakah dunia mulai kiamat?

Kenapa kata maaf bisa keluar dari dalam mulutnya? Aku mendongak dan menatap mata merahnya. Dia meminta maaf padaku? Seumur hidupku disini, ini dia yang kucari-cari. Sangat sulit menemukan maaf dari pria buruk ini.

"Aku tidak menangis!"

"Ini apa?" Valentio mengusap pipiku dan tersenyum.

Apakah dia memiliki kepribadian ganda?

"Hiskk... Aku tidak menangis! Valen!"

"Aku suka saat kau seperti ini, panggil aku Valen!"

"Mana minumnya!"

"Tidak, ini terakhir kalinya kau mabuk!"

"Mabuk apa? Lihat aku sehat tahu! Valen, dimana minumnya yang enak itu? Aku mau!"

"Nanti aku kirim banyak anggur untukmu!"

"Benarkah? Aku pasti berbohong! Kau sering bohong padaku dan menyuruhku mengerjakan ini itu! Aku lelah! Aku ingin liburan! Hiskkk... Benjamin dan Angelo juga lelah. Kami lelah!" Aku memeluk tubuh Valentio dan menangis lagi.

Ini hanya keluh kesahku selama ini bajingan! Apa kau tidak tahu betapa kami lelah dengan semua pekerjaan itu? Hah? Aku juga harus mempersiapkan pesta kekaisaran, menghadiri banyak acara, pergi kesana-kemari, melakukan banyak hal yang harusnya dia kerjakan selama ini, dan dia hanya menikmati waktu untuk bersenang-senang saja.

Dia hanya ingin perang dan membunuh!

Itulah kesenangan bagi Valentio.

"Tapi kau bisa melakukannya!"

"Hmm... Mana ada! Lihat wajahku!" Aku memegang wajah Valentio.

"Ada apa dengan wajahmu?"

"Wajahku jelek! Kantung mataku juga! Hiskkk..."

"Siapa yang mengatakan bahwa kau jelek?"

"Kau! Katamu aku jelek dan aku tidak tertarik padaku! Hiskk..." Aku mengusap mata buaya ini.

Masuklah ke dalam kandang singa Valentio! Aku akan membuatmu terperdaya! Aku mengusap wajah Valentio lembut. Wajahnya kasar dan aku merasakan bulu-bulu halus disekitar rahangnya. Harusnya dia memilihku saja dulu tapi dia selalu memilih Ilario untuk menentukan jalan hidupnya dan dia percaya itu.

"Kau cantik, Ava. Kau adalah wanita tercantik di kekaisaran ini!"

"Bohong!"

"Aku serius! Hanya saja aku tidak bisa mengatakannya. Saat pertama kali aku melihatmu memakai gaun putih itu. Kau sungguh cantik terutama saat kau memilih tidak menciumku saat itu. Kau seolah tahu bahwa aku tidak mau melakukannya. Kau tahu kenapa?" Tanya Valentio menarik tubuhku ke dalam pangkuannya.

"Kenapa?" Aku memiringkan wajahku.

"Karena aku sangat gugup. Kau akan menjadi istriku, wanitaku, tapi aku tidak bisa menyentuhmu sebelum Ilario mengizinkannya. Sungguh aku ingin melakukannya denganmu!" Valentio mengambil tanganku dan menciumnya.

Menjijikan! Aku akan mandi dengan bunga tujuh rupa saat kembali nanti!

"Kenapa harus meminta izin Ilario? Aku istrimu tahu!" Aku maju dan mengikis jarak wajah kami.

"Karena belum saatnya aku bisa melakukannya, kami memiliki perjanjian! Sebelum dia merebut Greensky, aku tidak bisa menjadi suami yang baik untukmu. Kau akan terluka jika aku terus dekat dengan Ilario. Maka tunggu aku sampai kami berhasil mendapatkan Greensky, aku akan datang padamu dan kita akan bahagia bersama!" Valentio menyentuh daguku.

Jadi begitu?

Jadi Ilario hanya ingin merebut Greensky? Tapi kenapa pada hidup sebelumnya aku selalu mati ditangan laki-laki ini? Apakah karena aku mengusik seseorang yang bisa mengeluarkan dari marabahaya? Atau karena dia selama kelima kehidupan tidak menyukaiku? Apakah sekarang aku berhasil merebut hatinya? Sayangnya aku tidak mau berakhir seperti itu! Aku hanya ingin Arnold!

Tidak ada pria lain!

"Tapi kau tidak mencintaiku! Kau pasti bohong!"

"Aku suka padamu, Ava!"

"Kenapa? Kenapa kau suka aku?" Tanyaku mengusap wajahnya lagi.

"Karena kau adalah permaisuri yang sempurna untukku. Kau kuat, kau pintar, kau cantik, kau membuatku tergila-gila padamu setiap malam. Kau sangat berani membunuh musuhmu tanpa rasa takut bahkan kau bertarung dengan Rafael dan mengalahkannya. Itu luar biasa, Ava! Kau wanita luar biasa sampai aku ingin memilikimu detik ini juga. Jadilah wanitaku Ava!"

Mungkin tipe wanitanya adalah perempuan kuat sepertinya. Aku jadi sedikit paham kenapa aku bisa mati selama lima kali. Aku tersenyum dan mengalungkan tanganku pada lehernya. Wajah Valentio begitu merah, matanya sayu, dan bibirnya seakan ingin meraih sesuatu.

"Kau sangat cantik!" Puji Valentio.

"Terima kasih yang mulia!" Aku tersenyum senang.

Valentio meraih wajahku, semakin dekat jarak diantara kami berdua. Aroma alkohol menguar di seluruh tempat ini. Hawa panas keluar dari hembusan napas Valentio.

Sialan, aku mau muntah!

"Hoekkk..."

🗡️🗡️🗡️

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

True Love Mister ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang