64. Selamat Tinggal

979 98 3
                                    

Apa?

Apa yang Valentio katakan?

"Yang mulia itu tidak benar! Arnold tidak membunuh saya, dia ksatria saya! Dia juga kekasih saya, lihat ini! Lihat! Dia akan menjadi selir saya!" Aku menunjukkan surat pengangkatan kebangsawanan Arnold.

"Kau sudah ditipu Ava! Dia menipumu! Saat malam pengantin kita, dia adalah pembunuh bayaran untuk membunuhmu! Dia pembunuh bayaran!" Terang Valentio.

"Yang mulia! Saya tahu itu! Tapi Arnold sudah menjadi ksatria saya saat ini. Dia sudah bersumpah setia kepada saya! Anda tidak bisa melakukan hal seperti ini!" Aku meraih tangan Arnold tapi Valentio menarik tubuhku.

Tubuh Arnold mengeluarkan darah. Begitu banyak. Aku menahan tangis yang akan meledak. Bagaimana dia bisa kalah? Apakah dia tidak melawan? Kenapa dia bisa seperti ini? Dia laki-laki kuat! Dia sangat kuat!

"Pelayan! Cepat bantu dia! Hey! Rafael, apa yang kau lakukan padanya? Apakah kau menusuknya dari belakang? Hah?" Tanyaku parau.

Rafael memalingkan wajahnya dariku, para pelayan tidak satupun yang bergerak, begitu juga semua orang disini. Mereka diam terkejut atas apa yang terjadi.

Kenapa tidak ada yang membantu kami?

"Arnold!"

"Ya...ng mu...lia..."

"Kenapa? Kenapa bisa seperti ini?"

"Maaf..."

"Hiskk... Cepat bantu dia! Yang mulia, Arnold tidak salah! Dia ksatria saya!" Teriakku marah.

"Tidak Ava! Dia seorang pembunuh tidak pantas untukmu, apakah aku mau membuat orang sepertinya menjadi selirmu? Hah? Tidak! Dia bukan selir yang pantas untuk seorang permaisuri kekaisaran! Jika seorang maju membantunya, dia akan menjadi musuh kekaisaran ini! Bahkan bukan hanya dia saja yang akan mati!" Teriak Valentio.

Aku menatap wajah Arnold yang menunduk dalam.

"Kumohon yang mulia! Jangan lakukan! Jangan hukum dia! Tolong bantu dia!" Aku berlutut di kaki Valentio.

Sialan! Kenapa tubuh ini sangat berat! Ayo, bantu Arnold! Ayo bantu dia!

"Tidak bisa Ava! Dia sudah terbukti bersalah!" Valentio mengambil pedangnya.

"Tidak! Jangan!" Aku berlari dan berdiri di depan tubuh Arnold.

"Minggir Ava!" Teriak Valentio lagi.

"Jangan bunuh dia! Arnold? Kau baik-baik? Apakah sakit? Tunggu sebentar saja, aku akan menolongmu..." Aku memeriksa tubuh Arnold dan menemukan pisau tajam di dadanya.

Mataku menatap mata hitamnya yang kian menutup.

"A...ku ba...ik... Jangan sedih! Arghttt..." Darah keluar dari mulut Arnold.

"Jangan pergi! Jangan pergi!" Aku mengambil tangannya yang begitu dingin.

Tidak!

Tidak!

Tidak!

Dimana dokter? Dimana dia?

"Hah... Lin...ka... Aku... Sakit..."

"Sakit? Sakit? Maaf! Maaf! Maafkan aku! Arnold! Hiskkk... Tolong bertahan! Pelayan! Tolong! Tolong kami! Hiskkk... Tolong..."

"A...ku sangat men...cintai...mu, Lin...ka. Ka...u ingat a...pa yang se...lalu ku...kata...kan pada...mu? Ingat...lah a...ku!"

"Hiskkk... Aku juga mencintaimu! Sungguh mencintaimu! Mana mungkin aku lupa padamu! Kau laki-laki terakhir untukku! Aku akan menemuimu lagi! Tolong, aku akan pergi denganmu lagi! Hiskk..."

True Love Mister ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang