Tanganku menyeret pedang yang begitu berat ditanganku. Semua ksatria menunduk begitu juga dengan pelayan. Mereka seperti mengantarkanku kepada sebuah kematian yang sangat indah. Hari yang gelap ini! Aku sangat menyukainya.
Aku menatap para orang-orang yang kukenal. Mereka memberiku jalan begitu juga dengan ayah. Ayah tersenyum dan mengucapkan bahwa dia mencintaiku.
Aku juga cinta dia!
Kakiku terus melangkah pergi menuju tempat orang itu berada. Hanya orang itu yang bisa membunuhku! Hanya dia yang bisa membuatku bertemu Arnold lagi. Hanya dia!
Jadi, aku akan mati lagi, lagi, dan lagi.
Kehidupan keenamku akan segera berakhir.
"Berhenti yang mulia!" Rafael menghentikan langkahku.
"Apa kau diperintahkan orang itu untuk membunuhku?"
"Saya melakukannya sendiri. Lebih baik anda kembali! Anda bisa terluka yang mulia!"
Terluka? Apa dia tahu arti terluka sebenarnya? Apa dia paham itu? Aku menggeleng dan tertawa. Gila saja!
Aku akan jadi gila saja!
"Hahaha... Apa? Terluka? Oleh apa? Hahaha... Kau tahu luka apa yang kau berikan padaku, Rafael? Sakit! Sangat sakit! Disini!" Aku menepuk dadaku yang begitu sesak.
"Hentikanlah perbuatan anda ini!"
"Tidak! Tidak! Bagaimana caramu membunuh Arnold? Membantunya memakai baju itu dan membunuhnya diam-diam? Atau menikamnya? Atau apa? Beritahu aku! Aku ingin tahu caramu membunuh kekasihku? Beritahu aku Rafael?"
"Maafkan saya yang mulia!" Rafael mengeluarkan pedangnya.
Dia tidak mau memberitahuku? Baiklah! Tidak apa!
Arnold pasti akan senang jika aku bisa membunuhnya demi balas dendamnya.
Pranggg...
Aku maju dan menyerang Rafael lebih dulu. Secara cepat dan membabi-buta. Bukan dia yang ingin kulawan! Bukan dia! Aku tidak peduli luka pada tubuhku! Aku tidak peduli akan hal itu!
Aku ingin membunuh orang itu! Aku ingin membunuhnya!
Jangan halangi aku! Jangan!
"Arghttt..." Rafael mundur dengan darah keluar dari tubuhnya.
Aku juga! Perutku berdarah sekarang.
Tapi tidak sakit!
Kenapa?
Kenapa tidak sakit?
"Pergilah Rafael! Aku ingin pergi!"
"Yang mulia!" Rafael memegangi tanganku.
"Matilah Rafael, matilah sendiri. Aku sudah percaya padamu tapi kau membunuhku kekasihku. Aku pikir kau adalah pria yang bisa dipercaya tapi nyatanya tidak. Aku salah. Harusnya dulu, aku biarkan saja kau mati karena ular dari Valentci. Bagiku Rafael, kau tidak pantas sama sekali menjadi ksatria! Oh tidak, bahkan manusia saja itu tidak berhasil. Pergi saja ke neraka!" Aku menghempaskan tangan Rafael.
Aku tidak ingin membunuhnya! Untuk apa?
Arnold tidak akan hidup kembali.
Dia sudah mati.
Dia sudah mati.
Tubuhku kembali menyeret pedang menuju tempat seseorang. Orang itu harus tahu sebelum aku mati.
Setidaknya aku tidak akan gila sendirian!
"Kau disini Ilario?" Tanyaku menatap Ilario yang sedang membaca buku jelek itu di taman penuh Peony.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love Mister ( END )
FantasyAku telah hidup lebih dari satu kali. Selalu mati dan mati. Jadi apa yang kuharapkan lagi selain sebuah kematian yang tidak memiliki ujung? 🗡️🗡️🗡️ Sebuah kisah tentang seorang permaisuri telah hidup selama lima kali. Kali ini kehidupan keenamnya...