Di meja cafe outdoor, Alvaro, Nicholas,Askara dan satu pria paruh baya. Kenzo Alexander, Papi Askara. Niat hati tadi ingin santai di cafe Alvaro. Eh? malah ketemu dengan anak bungsu nya.
"Om, Alvaro minta maaf ya Om. Ini salah Alvaro Om, jangan marahin Askara," ucap Alvaro merasa bersalah. Saking rame nya Cafe tadi, ternyata sudah pukul 15:55. Yang bearti Anak-anak Sekolah sudah pulang, Pengunjung juga sudah pulang semuanya.
Kenzo hanya menghela nafas nya, setelah mendengar alasan dari Askara langsung.
"sebenarnya Pi, Askara dan Nicholas, hanya cuma sebentar tadi. Tapi melihat Cafe Alvaro rame, ngak mungkin kita tinggalin,pi."
"Sudah, Al. Tak perlu menyalahkan diri sendiri, Om nggak marah kok," balas Kenzo dengan lembut, mengusap tangan mungil Alvaro, yang keringat dingin,takut Askara di marahin.
"Udah ya Al, Papi Gue nggak marah kok," seru Askara menenangkan Alvaro.
"As, bahasa mu," tegur Kenzo yang mendengar Askara memakai kata 'Gue'.
"Ya,Pi."
"Mari kita pulang, hari pun sudah sore juga," ajak Kenzo kepada Askara, lalu menatap Alvaro yang masih menundukkan kepalanya. "Om, pulang dulu ya Al. Sudah, 'kan Om sudah bilang,kalau Om tidak marah," lanjut Kenzo mengelus rambut Alvaro.
Alvaro mendongakkan kepalanya, dengan mata yang sudah berair. Kenzo yang melihat itu,segera memeluk Alvaro. "Kok nangis, anak cowok itu harus kuat," bisik Kenzo lembut. Alvaro yang mendapatkan pelukan itu merasakan kehangatan pada dirinya. "Seperti inikah rasanya di peluk oleh sang ayah," Batin Alvaro.
Ekhem!!
"Kok Askara iri ya," ungkap Askara dengan tawa kecil.
Kenzo dan Alvaro yang mendengar itu,melepaskan pelukan nya. Lalu,Alvaro menatap Askara tajam,tapi bagi mereka bertiga yang melihat tatapan itu,bukannya takut. Namun,malah menggemaskan.
"Ya elah, nganggu aja si karat," cibir Alvaro kesal. 'Karat' adalah panggilan Alvaro ke Askara. Kenzo hanya menggelengkan kepala nya pelan, melihat itu. Kemudian,ia bangkit dari duduknya.
"Om pulang dulu ya."
"Ya, Om hati hati di jalan," balas Alvaro. Askara pun menyusul Papi nya untuk pulang,tinggal lah Alvaro dan Nicholas.
"Al, Lo masih jualan donat di persimpangan ya?" tanya Nicholas hati hati,takut menyinggung hati Alvaro.
"Masih dong, Nic. Dari awal, Gue buka ini Cafe,gue kan dah bilang. Cafe ini buka nya dari 09:30 tutup 15:00. Dan ya,malam nya Gue jualan donat dong. Gue ngak mau usaha Bunda Gue dulu harus berhenti," jelas Alvaro dengan air mata yang kembali keluar,dari pelupuk matanya,kala mengingat bagaimana bundanya,dulu berjualan demi menghidupi kebutuhan sehari-hari mereka berdua.
"Sorry, Al. Gue ngak ada maksud buat bikin lo sedih gini," ucap Nicholas lembut.
Alvaro menghapus air mata nya yang masih mengalir di pipi chubby nya tersebut.
"Santai aja, oh ya. Lo mau pulang atau gimana nih?" Tanya Alvaro, "soalnya gue masih mau bikin donat nya di rumah," lanjut Alvaro lagi.
"Gue pulang aja Al, nanti malam kita ke Rumah lo ya."
"Yoi."
🐻🐻🐻
Malam yang indah, di pinggir jalan raya. Hampir penuh dengan orang jualan makanan dan minuman, termasuk Alvaro, Alvaro mulai sibuk mempersiapkan dagangan donat kentang nya. Tapi sebelum itu, Alvaro membersihkan meja nya dulu, melebarkan spanduk kecil, dengan tulisan 'donat kentang bunda Alvaro.'
Alvaro taro di samping kanan meja nya."Al, Gue turut berduka cita ya, atas kepergian Bunda lo. Dan maaf, gue kemaren nggak datang," ucap Ridho. Yang berjualan kacang rebus, Ridho adalah anak yatim piatu, 5 tahun yang lalu, orang tua Ridho mengalami kecelakaan tunggal, di jalan tol. Usai dari kebun kacang nya. Usia Ridho sekarang, 17 tahun. Berbeda 2 tahun dari Alvaro.
"Ya bang, nggak papa kok," balas Alvaro, yang masih sibuk membuka tutup tempat donat kentang nya," sudah ada pembeli belom bang?" Sambung Alvaro.
"Ada tadi,3 orang baru."
Alvaro hanya menggangukan kepalanya, setelah merasa selesai dengan dagangannya, Alvaro hanya duduk menunggu pembeli.
"Oh ya Al, bukan nya lo baru buka Cafe, ya?" Heran Ridho. "Terus kenapa masih jualan donat? 'kan lo bisa taro donat lo di cafe. Biar Lo juga ngak cape Al."
"Nggak papa bang, ini usaha Bunda dulu, Al ngak mau berhentiin usaha Bunda. Walaupun Bunda sudah pergi, tapi Alvaro akan berusaha,donat kentang ini, akan terus berjualan di sini. Biar semua orang tahu, kalau Bunda Al itu, Sangat pintar bikin donat," tutur Alvaro, sekuat tenaga menahan liquid bening itu tidak keluar, dari kelopak mata nya yang bulat itu.
"Gitu ya, semangat ya. Buat kita Anak Anak pejuang rupiah." Jawab Ridho antusias.
Waktu terus berjalan,sedang kan donat kentang Alvaro baru saja laku 10. Dari 50 donat, bearti sisa 40 donat lagi. Ridho dan pendangang yang lain sudah pulang duluan,tinggal Alvaro sendiri. Sampai ada mobil mewah, berhenti di pinggir jalan.
Pemuda dengan seragam sekolah SMA, keluar dari mobil mewah itu. Melangkah kakinya ke tempat jualan Alvaro.
"Jadi, anak haram ini. Masih jualan donat ya?" sindirnya. Menatap tak suka ke Alvaro.
Alvaro menoleh ke arah nya. Setelah tahu siapa orang nya. Lelaki bertubuh pendek itu,hanya membereskan dagangannya, kerena tak ingin berurusan dengan anak pemilik sekolah tempat ia dulu mencari ilmu
Jangan lupa voment ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...