Happy reading ❤️"Hallo, guys. Hari ini, Al mau mandi bersama Daddy-nya Al. Kalian mandi sendiri,ya? Kasihan!" Alvaro mencipratkan air yang ada di dalam bathtub itu ke badannya, sambil mengomel seperti YouTubers.
Arkan yang melihat Alvaro tak mampu menahan senyumannya, apapun tingkah Alvaro bagi Arkan itu menggemaskan kecuali kabur.
"Daddy. Tidak mandi?"
"Tentu. Daddy masih mau taro batrhope ini." Arkan menaro batrhope putih itu, ke gantungan yang dekat dengan wastafel. Lalu membuka seluruh pakaiannya, dan masuk ke bathup.
"Sini, Daddy yang sabunin Al." Alvaro dengan senang hati menerima tawaran Arkan.
Arkan pun kemudian, memulai membersihkan keseluruhan tubuh Alvaro, tapi ada yang membuat Arkan tak bisa menahan ketawa nya.
Hahahhahah
Arkan tertawa dengan lepasnya, setelah melihat kaki Alvaro yang mungil. Ini pertama kalinya Alvaro dan Arkan mandi bareng, selama tinggal di Mansion Alvaro belom pernah di mandiin Arkan.
Melihat Daddy nya tertawa,tentu membuat Alvaro keheranan. "Daddy, ngetawain ap..."
Belom sempat ucapan Alvaro selesai, barulah bocah imut itu sadar, kalau Daddy nya menertawakan jari jemari kaki nya yang mungil.
"DADDY," teriak Alvaro
"Apa, Al." Arkan memberhentikan ketawa nya. Lalu ingin memeluk tubuh Alvaro, tapi di tolak.
"Nggak mau, nggak kawan kita." Alvaro membelakangi tubuh Arkan, dengan memainkan jari jari kakinya.
"Al..." Arkan memengang pergelangan tangan kanan Al. Namun, langsung Alvaro tepis. "Daddy, minta maaf."
Terdengar sedikit aneh bagi telinga Arkan, 'maaf' ayolah! Seorang Arkan Yohanes Gabriel minta maaf? Tapi bagi Arkan terkecuali kesayangan nya bisa di bicarakan baik baik.
"Kemaren, Daddy juga minta maaf!"
"Karena Daddy salah. Makanya, Daddy minta maaf, son." Alvaro mendengar suara lembut Arkan, membalikkan badannya lalu memeluk tubuh Arkan.
"Al. Bersyukur punya Daddy," lirih Alvaro. Ia merasa malu sendiri, kemaren waktu ia kabur dari Mansion Alvaro tidak meminta maaf. melainkan Daddy nya yang minta maaf.
"Begitu pun dengan Daddy, nak! Terima kasih telah lahir ke dunia ini, dan menjadi putra bungsunya, Daddy." Arkan mengelus punggung bergetar anaknya itu, yang sudah menangis.
"Sudah ya, jangan nangis. Nanti, Al nggak bisa nafas."
Alvaro melepaskan pelukan nya, dan menghapus kasar air mata itu. "Daddy... Al ha-nya bilang... Maaf kemaren Al, kabur. Dan maaf juga... Kalau Alvaro belom bisa membanggakan Daddy..." Ujar Alvaro terbata bata, karena masih sesenggukan.
Arkan mendaratkan tangannya, untuk menghapus air mata Alvaro.
"Siapa yang bilang putra Daddy, tidak membanggakan?! Daddy bangga dengan Al, sangat bangga malahan."
Alvaro menyandarkan punggungnya ke dada bidang Arkan."Daddy bohong," jawab Alvaro, sambil memainkan jari tangan Arkan.
"Dengar ini ya, Anak nakal." Baru saja Arkan ingin mengutarakan isi hatinya, Alvaro mengaplok pipi Arkan.
"Lah? Kenapa Daddy di gaplok, son?"
"Al nakal karena Daddy."
Arkan sedikit menundukkan kepalanya, menatap bingung ke wajah Alvaro cemberut, "kok, Daddy yang salah? Al yang nakal!"
"Perkataan adalah do'a. Jadi, Al nakal karena do'a Daddy, titik pokoknya."
Al melengkung kan bibir nya lucu."Baik,baik. Daddy yang salah."
Alvaro terkekeh geli, mendengar ucapan pasrah dari Arkan.
"Mau. Dengar hati ketika bicara tidak?" Arkan ngak tahu kenapa, bucin nya dulu di saat bersama Alya kumat.
"Emang hati bisa bicara?"
"Bisa dong, melalui mulut." Tunjuk nya ke arah bibir manyun Alvaro.
"Sok kenal deh!" Alvaro memalingkan wajahnya ke arah lain. Arkan lagi lagi di buat tenang.
"Ya sudah, mari kita bilas. Lihat Al, badan mu sudah mulai dingin." Saking asyiknya mengobrol, sampai tidak sadar tubuh Alvaro yang sudah dingin, dan sedikit memucat.
Dengan gerakan cepat, Arkan membilas tubuh Alvaro. Tapi, walaupun begitu Arkan masih tetap dengan gerakan lembut.
Setelah ia memandikan bayi nya itu, Arkan langsung mengeluarkan Alvaro dari bathub yang sedang menggigil kedinginan.
Arkan memasang kan batrhope ke tubuh Alvaro, dan menduduki kesayangan di kursi yang ada di kamar mandi.
"Tunggu bentar,ya. Daddy mandi dulu.
Alvaro hanya menganggukkan kepalanya,tak mampu lagi mengeluarkan sepatah kata pun.
Arkan pun menuntaskan kegiatannya,selang beberapa menit Arkan selesai dan sudah memakai batrhope seperti yang Alvaro kenakan.Arkan menggendong Alvaro ala koala, dan keluar dari kamar mandi.
............................
Arzan melihat lihat, setiap sudut kamar nya, Yang juga luas. Namun, tak seluas kamar Alvaro.
"Ini seperti mimpi." Arzan duduk di tepian kasur, "kasur nya, mana empuk banget. Kalau di jalanan, boro boro ada kasur kek gini, tidur dengan di alasi kotak saja, bersyukur itu,mah."
Arzan mengingat kembali, bagaimana ia hidup di jalanan beberapa hari yang lalu. Sebelum bertemu Felix, dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam Mansion Arkan. Dengan jaminan, hidup Arzan bakalan di tanggung Felix. Tidak tahu saja Arzan, kalau Felix hanya memanfaatkan nya.
"Kalau gini, betah gue di sini."
....................
Arkan sedang menimang nimang Alvaro, di gendongan koala Arkan. Setelah tadi, memakai baju piyama bergambar beruang, Alvaro minta di gendong sampai ia tertidur.
"Sudah pejamkan mata nya,"Arkan menatap mata sayu Alvaro yang sudah mengantuk.
Dengan lirih Alvaro berkata, "tadi Daddy mau bilang apa? Sewaktu masih di kamar mandi tadi."
"Daddy bangga dengan Al, Al anak yang kuat, Al bisa membuat Mansion ini hidup kembali, Al mampu membuang masalah Daddy kalau Dady ada masalah di kantor. Dan masih banyak, tak mampu di ucapkan. Intinya Daddy bangga memiliki putra seperti Alvaro," ungkapan jujur Arkan.
Setelah melihat ke arah Alvaro ternyata putra bungsunya itu sudah tertidur pulas.
"Percuma tadi. Sudah panjang lebar eh, malah tidur."
Arkan membaringkan tubuh Alvaro ke kasur king size, Secara perlahan lahan takut nanti, Alvaro terbangun.
Setelah memastikan Alvaro tertidur dengan nyaman, Arkan juga ikut mengrebahkan badan nya ke kasur, dan tidur bersama Alvaro.
TBC.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...