Alvaro terkekeh kecil, membuat Arkan dan Rafael, yang sedang tengah sibuk memasak nasi goreng, terseyum tipis.
Alvaro terus menatap Daddy nya. tapi kemudian, tatapan mata Alvaro beralih ke Maid-maid, yang membawa sisa makan malam tadi, ke tempat pembuangan sampah. Melihat itu, Alvaro segera turun dari kursi nya, dan berlari kecil ke arah Maid tersebut.
"Bibi, jangan di buang makanannya,masih bagus 'kan bi?" ucap Alvaro. Membuat maid itu mengurungkan niatnya.
"Tuan muda,tapi ini makanan sisa. Dan memang, selalu di buang," jelas kepala pelayan.
Alvaro yang mendengar itu, menatap tak percaya satu persatu maid. "Ya udah, bungkus saja semuanya, Bi. Di bikin satu porsi ya bi, terus di masukin ke kontak makanan, dan jangan lupa air mineral nya."
Arkan yang mendengar ucapan Alvaro, segera memberi kode kepada pelayan, agar menuruti perintah putra bungsu nya itu.
"Baiklah tuan muda." Maid pun melaksanakan perintah dari tuan kecilnya.
"Dek, sini. Makanannya sudah jadi," panggil Arkan lembut.
Alvaro mendekati Arkan, "Dad, makan di mobil gimana?" pinta Alvaro. Mencium pipi kiri Arkan. Hal,yang sering ia lakukan dengan Bunda nya dulu, kalau ingin sesuatu.
"Kenapa?" tanya Arkan. Yang sudah tidak karuan, setelah di cium Alvaro.
"Nanti Daddy, akan tahu sendiri. Tapi sebelum itu Alvaro ingin suapin 3 kakak Al dulu,yang kelebihan imunisasi itu," Seru Alvaro. Arkan hanya menuruti keinginan Alvaro.
"DODOL," teriak Alvaro, yang sedang berjalan santai,ke tempat ruang keluarga.
"Kak Aldo, Alvaro," sahut Arkan. Arkan membawa satu piring nasi goreng buatannya,yang di bantu Rafael tadi.
Alvaro tak memperdulikan perkataan Arkan, dan duduk di samping Aldo. Axel dan Arden hanya menahan ketawa nya, "dodol?" Gumamnya
"Cobain deh, Dol. Masakan Daddy, enak loh," seru Alvaro. Memberikan sesuap nasi goreng ke arah mulut Aldo,yang dengan senang hati Aldo merima suapan itu.
"Kenapa, Adek panggil kak Aldo dengan sebutan dodol?" tanya Arden.
Alvaro menoleh ke arah Arden "namanya kan Aldo. Jadi,ngak salah dong! kalau gue panggil Dodol."
"Sekali lagi, kakak mendengar mu memakai kata 'Gue, lo'. Kakak hukum!" Sahut Axel, Yang duduk berhadapan dengan Alvaro.
"AC dingin," gumam Alvaro,tapi sayangnya Mereka mendengar itu.
"Siapa yang kau panggil AC dingin?"
"Bagi yang ngerasa aja. Ya, kan kak sarden," cibir Alvaro, menyenggol lengan Arden dan Aldo. Karena Alvaro di tengah-tengah mereka berdua duduk.
"Siapa lagi kak 'sarden'? Nggak ada di sini yang namanya sarden dek."
Alvaro menghela nafas panjang, seperti banyak pekerjaan aja. "Kak Ac, itu kak Axel. Kak sarden,kak Arden dan kak dodol ya, si Aldo."
"Axel bukan AC," cetus Axel tidak terima.
"Kalau ngak mau ya sudah, Alvaro mah...," Alvaro menjeda ucapannya, saat melihat tatapan tajam Axel. "nggak jadi, oke, kak Axel."
Alvaro segera mencari perlindungan, dengan mendekati Arkan, dan memeluknya erat. "Dad,kak Ac kok serem sih."
"Makanya jangan nakal."
"Tuan ini pesanan tuan kecil tadi," ucap Maid itu. Sembari memberikan beberapa kotak yang di dalamnya terdapat makanan yang baru.
Makanan sisa Gabriel Family tadi, sudah di buang. Dan di bikin yang baru, atas perintah Arkan.
"Masuk 'kan, ke dalam mobil saja."
Mendengar perkataan Arkan, Maid pun langsung melaksanakan perintah tuan besar nya itu. Di bantu, beberapa Bodyguard juga.
"Mau ke mana?" tanya Aldo binggung. Apa ada acara? tapi kenapa pakai nasi kotak? pikir Aldo.
"Mau bagi-bagi makanan!" balas Alvaro.
Axel, Arden dan Aldo. Menatap tak percaya. "Apa itu benar,Dad?" ujar mereka bersamaan.
Arkan hanya menggangukan kepalanya pelan. "Iya"
"Saya terkejut. Sejak kapan, Gabriel peduli dengan orang lain?" Aldo menatap curiga Arkan.
"Emangnya kenapa? ' kan, berbagi. Tidak ada salahnya! Kalau, Dodol nggak mau, Al sama Daddy aja." Alvaro pun, menarik tangan Arkan dengan tak sabaran.
"Kakak, ikut."
Akhirnya mereka bertiga pun, mengikuti Arkan dan Alvaro. Sebenarnya, mereka malas. Namun, karena ada Alvaro makanya mau!
Papai
Jangan lupa voment ya
Selalu jaga kesehatan
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...