EPILOG

4K 173 13
                                    


Happy reading guys❤️






"Boneka beruang untuk terakhir kalinya, panggilan nama 'kakak' untuk pertama dan terakhir."

Ini tentang anak lelaki, yang hidup sederhana dengan Bunda nya dulu. Tapi sayang nya, bundanya harus berhenti di tengah jalan. Di saat, lelaki bertubuh mungil itu genap 15 tahun, Ia harus berhenti sekolah dan mau tak mau, suka ngak suka ia berjualan Donat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Alvaro.....

Ya, dia Alvaro. Ia tak menyangka jika sebenarnya ia adalah anak orang kaya raya, dan keturunan seorang Mafia.

Dulu, ia berpikir kenapa Tuhan nggak adil dalam hidup nya? Ia ingin keluarga Cemara seperti teman-teman nya. Tapi, seiring berjalannya waktu Alvaro sadar! Bahwa, kehidupan itu mempunyai porosnya nya masing-masing.

Seperti Matahari. Jika, di dunia ini semuanya Matahari pasti tidak ada akan adanya kehidupan. Sedangkan, planet mars saja yang di dekat matahari, tak ada tanda-tanda kehidupan. Begitulah, contohnya.

Jadi,jangan menyerah!

Ingat!
"Kehidupan itu, seperti roda.
Kadang di bawah, kadang di atas."

kalau bisa? buat jalan baru, Kalau tidak bisa? Cukup jalan yang sudah ada saja.

Hidup itu banyak plot wist nya, siap nggak siap harus siap.


Baiklah! Segitu,doang.










Di koridor rumah sakit, Arkan berlari bak kesetanan. Mengendong putranya yang sudah berlumuran darah, mata bulat itu, sudah tertutup sangat rapat. Seakan-akan,tak akan terbuka lagi.

Darah terus saja keluar dari dadanya.
Bahkan, sampai menetes ke lantai rumah sakit.

Mata Arkan berulang kali melihat Alvaro, berharap putranya bertahan.

"Daddy... Mo-hon bertahanlah. Ja-ja ngan tinggalkan daddy," lirih Arkan pilu.

Arkan dan yang lainnya pun sampai di depan ruang operasi, Leon yang sudah di beri tahu, bergerak cepat mengambil alih tubuh rengkuh itu. Tapi, di saat tubuh mungil di baringkan ke bangsal, 'keajaiban' datang.

Mata bulat itu terbuka, walaupun hanya segaris saja. Dengan kata yang sangat lirih, mampu membuat Orang yang mendengar suara lirihan itu  menangis.

Ia mengatakan "kak, Aldo." Kata yang tak pernah ia ucapkan, sekarang ia ucapkan. Apa itu untuk pertama dan terakhir kalinya?

Lalu setelah itu, terdengar suara erangan Keluarga nya yang terus-menerus memanggil namanya. Tapi apa boleh buat, Alvaro sudah tak merasakan apapun lagi setelah nya. gelap! Itulah yang Alvaro rasakan.

Pintu ruang operasi, tertutup rapat. Arkan menangis sejadi-jadinya. Tak jauh berbeda, Aldo pun begitu. Putra ketiga Arkan itu, menangis di pelukan Arden dan Axel.

Sarah menangis penuh penyesalan, Reyhan lebih memilih menembakkan dirinya sendiri. Felix? Sudah mati, dengan keadaan semua anggota tubuhnya terpisah.

Agra, Aslan, Adit dan Aldi. Mereka terduduk lemas di depan ruang operasi,dengan tatapan kosong.

Grep

Arkan tak kuat,sungguh! Akhirnya,ia juga ikut masuk ke dalam pelukan ke tiga putra nya.

Rafael dan Ruby kini sedang berada di ruang bawah tanah. Menyiksa tahanan, demi meluapkan rasa emosional mereka berdua.

Di ruang operasi suasananya tak kalah jauh dari suasana di luar. masker oksigen bertengger di dagu dan mulut nya, dan infus di tangan kirinya. Detak jantung Alvaro,kian menurun. Tak jauh berbeda, tekanan darah Alvaro juga ikut rendah. Dan......

Tingggg

Suara monitor berbunyi nyaring, Menekan telinga semua Dokter yang ada di ruangan Operasi itu, dan beberapa suster.

Leon memberikan Alvaro  CPR, tapi sayang nya tak membuahkan hasil.

"DEFIBRILLATOR," teriak Leon panik.

Salah satu suster di sana, mengambil Defibrillator tersebut. Sudah tiga kali Leon menempel kan Defibrillator itu ke dada Alvaro. Namun, tetap. Jantung Alvaro berhenti. Begitu pun, waktu nya.

Ia menyerah.

"Catat tanggal kematian nya."

Leon tak baik-baik saja. Memang bertemu Alvaro baru pertama kali, tapi rasa sayang nya ke Alvaro tak bisa bohong. Leon, juga menyayangi Alvaro.

Ceklek

Mendengar pintu terbuka, mereka semua mengalikan tatapan nya ke arah Leon,yang berantakan juga.
Arden yang melihat itu,tahu.

"Bagaimana keadaan Al...,"

Ucapan Aldo terpotong oleh Leon. Rasanya mereka seperti di sambar petir di siang bolong, mendengar perkataan Leon.

"Alvaro menyerah! Ia, tak bisa di selamat kan."

Arrrrrrrrgh

Sarah berteriak sekencang mungkin, dan menyebut nama Alvaro. Tak lama pun ia tertawa dengan sendiri,lalu menangis. Gila! Kejiwaan Sarah ke nganggu.

Setelah nya, Sarah berlari tak tahu arah. Dengan cekikan ngak jelas.

Axel,Arden dan Aldo berlari masuk ke dalam ruang operasi. Di saat Arkan ingin menyusul ingin masuk ke dalam, ia berpesan ke Agra dan ke tiganya anak Agra.

"Jangan pernah temuin Alvaro," ucap Arkan penuh tekanan, bercampur dengan perasaan sakit yang amat dalam.

Mereka berhenti, tepat di depan tubuh pendek yang sudah di tutupin dengan kain putih.

Arkan pertama kali yang mendekati tubuh tak bernyawa itu, ia mengengam tangan dingin Bungsunya.

Baru lah Axel, Arden dan Aldo mendekati tubuh kaku Alvaro. Mereka bertiga memeluk tubuh itu erat, hanya isakan tangis dari mereka yang terdengar.

Alat-alat yang ada di ruangan Operasi itu,menjadi saksi bisu akan kehancuran Arkan dan ketiga putranya.





Finally

































ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang