Happy reading
Senja pun datang, menghampiri semua orang yang masih di luar rumah. Jalan raya yang tadi sore rame, semakin rame. Banyak orang yang baru pulang dari kerja nya, dan ada juga yang baru pergi kerja shift malam mungkin.
Alvaro memegang perutnya, dengan ringisan kecil keluar dari mulut tipis Alvaro, "Laper banget, Wir. Niat ingin kabur eh, malah kelaparan."
Alvaro terus berjalan tanpa tujuan, dia saja tidak tahu di mana sekarang. Yang Alvaro tahu hanya di jalan, sedang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang ke rumah nya dulu.
"Ini di mana lagi? Bunda, bantuin Al dong. Al pengen pulang ke rumah kita dulu, bukan ke rumah pak tua itu. Eh, Daddy maksudnya bunda."
Karena cape berjalan, Alvaro memutuskan untuk istirahat sejenak di depan ruko penjual baju, "harab bersabar ya, perut. Ini ujian! Tahan, sebentar lagi." Mata Alvaro menatap semua keliling berharap ada orang yang mengasihi nya.
Samar-samar Alvaro mendengar suara nyanyian, di irigi tepuk tangan dan petikan gitar. Alvaro mencari sumber suara itu yang ternyata suara pengamen. tiba-tiba terlintas dipikiran Alvaro untuk ikut gabung gamen juga, "ikut, Boleh nggak ya? Untuk makan. Al, Laper banget." Gumam Alvaro sebelum mendekati 3 anak lelaki yang berumur 13 tahun.
Alvaro bimbang untuk gabung dengan mereka,bukan nya Alvaro malu buat ngamen tapi takutnya Alvaro ditolak oleh mereka.
"Bang." Panggil Alvaro lembut
Tiga anak remaja tadi pun menoleh karena merasa di panggil, "ya, kenapa?" Jawab salah satu lelaki itu yang memengang gitar."Al. Boleh gabung nggak? Al bisa nyanyi kok," ungkap Alvaro berharap diterima oleh mereka.
Lelaki tadi pun menatap Alvaro dari ujung kaki sampai kepala nya,"Lo kalau di lihat lihat orang kaya. Oh! Gue tahu. Lo kabur ya?"
Deg
Alvaro menjadi kikuk sendiri, "iya - ya bang. Al kabur."
"Lo seharusnya bersyukur, ada tempat tinggal. Hidup sudah enak, malah milih hidup nggak enak."
"Ya udah ayok, semoga aja hari ini dapat banyak," ucap lelaki yang di sebelah nya Abang yang bawa gitar.
"Terima kasih,bang."
Mereka berempat pun, melakukan kegiatannya dengan bernyanyi di saat lampu lalu lintas sudah merah. Bukan hanya mereka, ada juga ibu-ibu penjual koran, bapak-bapak penjual tisu, badut dan manusia silver.
Suara Alvaro memang tak main-main, banyak pengendara motor dan mobil menikmati suara emas nya Alvaro. Ke tiga temannya Alvaro yang melihat itu, semakin bersemangat.
***
Malam pun tiba, tepat pukul 20:45. Arkan dan yang lainnya masih belom menemukan Alvaro. Mereka kesulitan menemukan Alvaro, apalagi Alvaro tak memakai jam tangan yang ada pelacak nya.
"Di mana kamu dek?" Axel begitu frustasi di buat nya. Sudah empat jam mencari Alvaro belom juga menemukan Alvaro.
Arden melihat ke kanan dan ke kiri berharap bisa menemukan Alvaro. Arden bersama Aldi satu mobil, Aldi yang menyetir.
Dan pada akhirnya, mata elang Arden melihat empat anak remaja beda usia yang satu 15 tahun dan tiga nya 13 tahun,"itu Adek bang." Tunjuk Arden ke Aldi.
Aldi pun mengikuti arah tunjuk Arden, dan benar saja itu Alvaro, yang sedang makan nasi Padang di tepi jalan.
"Silau banget gila, gue tahu Kalian orang kaya." Ujar temannya Alvaro melihat mobil Lamborghini, hitam. Berhenti beberapa langkah dari mereka.
"Seperti kenal tu plat mobil." Batin Alvaro.
Aldi dan Arden keluar dari mobil, Dan mendekati Alvaro. Alvaro yang melihat dua pawang nya berniat ingin kabur tapi sayang kalah cepat. Aldi memengang pergelangan tangan Alvaro erat, "ingin kemana lagi,Al? Siap untuk hukuman mu."
Alvaro memberontak ingin kabur,"lepas bang, sakit."
Tiga teman Alvaro langsung berdiri,ingin membantu. "Jangan ikut campur, dia adek kami." Ujar Arden dingin.
"Ayok Al,kita pulang." Aldi menarik paksa Alvaro untuk masuk mobil.
"Al nggak mau pulang, lepas bang."
Mau tak mau Alvaro tetap masuk dalam mobil, Arden dan Aldi juga ikut masuk. Masih posisi yang sama, Aldi menyetir di sebelah Aldi Arden yang memangku Alvaro. Mata Alvaro berkaca-kaca sambil memegang pergelangan tangan kanannya yang meninggalkan jejak kebiruan di sana.
"Al, bilang Daddy nanti. Bang Aldi, jahat," lirih Alvaro. Yang siap kapan saja menumpahkan air mata nya.
"Bilang saja, Abang tidak takut."
Aldi mengeluarkan ponselnya di balik saku celana, dan membuka room chat Gabriel's setelah itu mengetik sesuatu.
Dan kemudian, baru lah Aldi mengendarai mobil nya lagi ke mansion.TBC.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...