38.BERLANJUT

2.4K 140 0
                                    


Happy reading ❤️

Leon tak henti hentinya menggulum bibir nya, menahan ketawa melihat, Axel yang pucat pasi. Bukan karena sakit, melainkan kelaparan.

"Seorang Axel Javier Gabriel, kelaparan." Leon hanya melihat sekilas wajahnya Axel, yang menatap tajam ke arah nya.

"Dari pada,kamu ngomel di sana. Mendingan panggil kan siapapun, ke sini." Telapak tangan Axel, terus menepuk pelan pundak Alvaro.

"Jangan pergi,kak Axel. "Alvaro memegang pergelangan tangan Axel, Leon yang melihat itu sungguh ingin rasanya ia ketawa terbahak-bahak.
Tapi Leon, masih sayang dengan nyawa nya. Belom lagi hukuman ia, yang akan mendatang. Karena, sudah bilang permata Gabriel anak punggut.

"Nggak, kakak di sini,kok."

Axel menghela nafas panjang, beginilah sedari tadi Alvaro kepadanya. Bergerak sedikit saja, pasti Alvaro langsung merengek dan memengang pergelangan tangan Axel erat. Padahal mata Alvaro tertutup rapat, tapi ia tidak tidur.

Ceklek

Pintu terbuka lebar, memperlihatkan sosok gagah berani Arkan, dan di belakang nya ada Arden. Arkan dan Arden mendekati ranjang Alvaro.

"Bawa ke rumah sakit saja," ucap Arkan. Setelah punggung tangannya, menempel pada kening Alvaro.

Mendengar itu,sontak Alvaro kembali merengek, "nggak. Al, nggak mau."

"Kenapa? Badan Adek panas,gini." Arkan duduk di samping kiri Alvaro, dan di kanan nya ada Axel.

"Kak, Axel. Nggak mau." Alvaro memeluk tubuh Axel dari samping. Yang hanya bisa Axel lakukan menepuk pelan punggung hangat Alvaro, padahal ia memakai baju bulu yang tebal.

"Kak, Axel sakit?" Tanya Arden. Melihat wajah kakak sulungnya itu, pucat.

Leon yang di samping Arden, hanya terkekeh kecil. Lalu ia membisikkan kata yang membuat Arden tersenyum mengejek.

"Oh. Ternyata kelaparan." Mendengar itu Arkan melihat wajah Alvaro dan Axel bergantian.

"Ya, sudah. Pergi saja makan dulu," ujar Arkan enteng. Ia tidak tahu saja, bergerak sedikit saja. Alvaro merengek.

"Kalau bisa, sudah dari tadi, dad."

"Kenapa?" Arkan menaikan sebelah alisnya. Axel yang melihat itu , menatap jengah daddy nya.

"Daddy, lihat," tunjuk Axel dengan dagunya ke Arah Alvaro,"adek menempel dengan Axel."

"Al. Sayangnya, daddy. Sama, daddy aja." Arkan ingin melepaskan pelukan Alvaro dan Axel. Namun,tidak bisa.

"Nggak mau," rengek Alvaro dengan sedikit isakan.

"Seperti nya kak Axel, akan mati dalam keadaan kelaparan." Arden yang mendengar ucapan Leon, melihat nya dengan tatapan tak bersahabat. Mulut Leon memang tidak bisa di rem, tidak tahu situasi pikir Arden.

"Kau, yang akan mati." Arkan mengarah kan revolver ke Leon, yang berdiri kaku melihat Arkan.

"Jangan berisik! Kepala,Al pusing." Alvaro kesal sungguh,ia ingin tidur tapi tidak bisa.

"Dek. Kak Axel, nya mau makan. Adek, dengan Daddy,ya." Arkan masih saja berusaha membujuk Alvaro, kasihan juga melihat wajah pucat putra sulungnya itu.

Mendengar suara Arkan, Alvaro pelan pelan membuka matanya. "Daddy."
Alvaro langsung menerjang tubuh Arkan,"kak, Axel jahat."

Axel yang masih di samping Alvaro, membulatkan matanya, 'apa jahat'.

"Kapan, kak Axel, jahat dek." Axel tentu saja tidak terima.

"Ya, jahat. Nggak mau dekat Al." Sambung Alvaro. Yang masih memeluk Arkan.

"Oke. Kak Axel jahat, kakak pergi,nih." Ancam Axel. Berharap Alvaro akan merengek lagi. Tapi, sayang tidak sesuai harapan.

"Pergi saja. Daddy ada." Alvaro sedikit mengangkat tangan kirinya dan memaju mundur kan seolah olah mengusir Axel.

"Definisi habis manis, sampah di buang," celutuk Arden  dan berlalu keluar. Setelah mendengar ucapan Leon, kalau Alvaro hanya demam Biasa.

"Untung sayang." Axel pun berlalu juga keluar untuk mengisi perutnya yang sedari tadi mendemo.

"Dan kau, Leon. Mau pergi sendiri atau di paksa?" Tawar Arkan dengan smirk nya.

Leon yang mengerti apa maksud Arkan,"sendiri aja,om."

"Pilihan yang bijak, 100 kali,"jawab Arkan tanpa berdosa mengucapkan kata itu.

Leon meneguk Salivanya kasar, 100 kali. Dulu saja, di cambuk 50 kali saja,Leon sudah tumbang. Karena, berkelahi dengan Arden sewaktu mereka berdua dulu masih SMA.

Arden dan Leon dulu nya adalah musuh bebuyutan, yang sama-sama memiliki kekuasaan di sekolah.
Dan Arden mengajak Leon berkelahi Secara jantan, tak lupa membuat perjanjian. Siapa yang kalah akan di hukum oleh bokap lawan. Sayangnya, Leon yang kalah.

Mau tak mau Leon harus terima, Arkan pun memilih ngehukum Leon dengan di cambuk 50 kali saja. Semenjak itu,pula Leon dan Arden dekat dan sampai menjadi sahabat.

"Om,itu....,"

"Membantah, Om tambah." Potong Arkan.

Leon mendegus kesal, dan berlalu keluar dari kamar Alvaro.


TBC.

.

..


ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang