Happy reading ❤️
Alvaro, dan Aldo hanya duduk di ayunan. Sambil menikmati indahnya Taman Mansion, di depan mereka berdua, Ada Arkan yang juga ikut duduk di kursi taman.
Mata Alvaro menahan rasa geram nya, setelah melihat Arzan di gendongan Aslan. seperti nya mereka mau pergi.
"Kak, Dodol!" Panggil Alvaro. Aldo melirik Alvaro, penuh tanda tanya.
"Kenapa?"
"Nggak jadi. Al, tanya Daddy saja." Alvaro pun turun dari ayunan, kemudian berlari kecil ke dekat Arkan, Aldo juga ikut beranjak dari duduknya.
"DAD." Alvaro duduk di samping Daddy nya, dan meraih jari jemari Arkan, lalu ia letakkan di paha nya terkena tumpahan Kopi panas tadi pagi.
"Paha Al, sakit loh Daddy!" Rengek Alvaro, dengan bibir yang melengkung ke bawah.
Aldo dan Arkan saling pandang, seolah olah menanyakan apa maksud Alvaro. Aldo hanya mengangkat ke pundaknya "Aldo tidak tahu, Dad."
"Ya,udah. Kita minta obat nya ke kak, Arden lagi." Arkan berdiri dari duduknya.
"Dasar tidak peka," spontan Alvaro menyilang kan ke dua tangannya di dada.
"Ya, terus adek mau nya, apa? Kak, Aldo dan Daddy tidak mengerti kodean seperti ini." Aldo duduk bersimpuh di rumput taman, sambil mengelus kaki mulus Alvaro yang berjuntai.
"Janji, jangan marah." Alvaro mengulur kan keliling pendek nya ke depan, Aldo dan Arkan yang melihat itu ingin rasanya tertawa tapi takutnya Alvaro malah ngambek dengan mereka.
"Janji apa,Al. Daddy kalau Al macam macam, Daddy ngak mau."
"Nggak macam macam kok, cuma satu macam." Arkan kembali duduk di samping Alvaro, dan menatap lekat wajah putra bungsunya itu.
"Al, ingin..." Alvaro melihat wajah Aldo dan Arkan bergantian, "kepo ya? Pengen tahu, apa pengen tahu banget?"
Huft
"Kakak nggak mau main-main, Alvaro." Aldo sudah mengeluarkan aura gelap nya. Alvaro yang melihat itu, bukan nya takut malah semakin membuat dua pawang nya naik darah.
"Siapa juga yang ngajak Kak Dodol main, Kan Al cuma tanya tadi. Nanti cepat tua loh, kalau marah marah."
"Baiklah. Yang waras ngalah." Aldo berdiri dari duduknya dan ingin beranjak pergi untuk meluapkan emosi nya, tapi tidak jadi setelah mendengar suara Alvaro.
"Al ingin balas dendam dengan bocah songong itu."
Aldo membalikkan badannya, "Arzan?"
"Siapa lagi,kalau bukan dia."
Arkan mencubit pipi Alvaro pelan, "kenapa Anak Daddy ini ingin membalas Arzan?"
Alvaro mencubit paha Arkan, dan itu tidak main-main rasanya. Namun, Arkan bersikap seolah biasanya saja.
"Jangan sebut namanya, pamali. Sebut nama itu, di dekat Alvaro," Ucap Alvaro kesal.
"Iya,ya."
"Jadi, apa yang ingin Al lakukan?" Tanya Arkan, sambil mengelus elus pahanya yang di cubit Alvaro, ibaratkan kecil kecil cabe rawit. Itu sepertinya pantas di tunjukkan ke Alvaro.
"Sini Al bisikin." Aldo yang tidak mau ketinggalan topik terhangat itu, mendekatkan telinganya ke Alvaro dan Arkan.
"Begitulah Daddy." Setelah memberi tahu rencana nya, Aldo dan Arkan hanya mangut - mangut.
"Siap," sahut Aldo menyodorkan jati jempolnya ke depan.
"Yeayyyy," seru Alvaro senang.
..............................................................
Aldo dan Alvaro sudah siap di posisi masing-masing, Arkan hanya memantau begitu juga dengan Axel dan Arden yang sudah di beri tahu oleh Alvaro tadi.
sebenarnya, Arkan dan ketiga kakak Alvaro yang ingin membalas perbuatan Arzan, karena sudah berani melukai kesayangan mereka. Tapi Alvaro menghalanginya.
"Biar Alvaro saja Dad,kak. Kalau Al butuh bantuan baru Daddy dan kakak bantu Al." Itulah perkataan Alvaro ke Daddy nya dan ke tiga kakaknya.
Aldo memengang ujung tali transparan belahan kiri, sedangkan Alvaro ujung kanan nya. Lantai luar sudah mereka kasih minyak, agar licin.
"1...2...3..." Alvaro memberi kode ke arah Aldo dengan jari jemari nya yang mungil, Aldo menganggukan kepalanya mengerti. Melihat Sarah dan Arzan sudah mulai dekat, Aldo dan Alvaro kompak mengangkat tali transparan itu sebatas mata kaki dewasa.
Sarah, dan Arzan mulai melangkah kakinya untuk masuk ke Mansion, namun sayangnya...
Sarah dan Arzan jatuh dengan tidak elitnya, wajah mereka berdua mencium lantai Mansion,yang sudah Alvaro dan Aldo beri minyak tadi. Sedangkan pelakunya sudah pergi berlari terbirit-birit, dengan menahan ketawa melihat Sarah dan Arzan terjatuh.
Huaaaaaaaaaaa
Arzan menangis dengan kencang, Aslan yang mendengar itu segera mendekati Arzan.
"Kenapa,dek?" Aslan langsung mengendong Arzan dan mengelus punggung bergetar itu, "Oma, ada apa?"
"Oma pun tidak tahu. Seperti ada yang menyandung tadi, dan ini ada minyak. Seperti nya maid di sini mau di hukum.
Sarah ingin maju ke depan tapi naas jatuh untuk ke dua kalinya.
"Hati hati Oma!" Tegur Aslan.
Aslan dan Arzan masuk ke Mansion melalui pintu belakang Mansion, Sarah juga mengikuti Aslan, dengan kesal untung saja tidak ada bodyguard di sana.
Karena memang itu bagian rencana Alvaro tadi, agar tidak ada bodyguard di depan dan maid juga Alvaro suruh untuk pergi dulu. Jadi, tidak ada maid di Mansion satu pun, toh,kerja mereka juga sudah selesai.
Tanpa Sarah,Aslan dan Arzan sadari, mereka sudah menjadi tontonan gratis oleh Arkan dan keempat anaknya, yang berada di balkon kamar Arkan.
Hahahhahahah
"Rasain,itu belom apa apa loh, nenek lampir." Alvaro tertawa puas rencananya berhasil.
Arkan hanya menyimak, bagi nya kebahagiaan anak anaknya lebih penting walaupun dengan cara yang salah, Arkan tidak peduli itu.
Lagi pula, mommy nya itu lebih peduli dengan orang lain dari pada cucunya sendiri, padahal dulu ia yang sering melindungi Alvaro kalau Al buat salah. Tapi sekarang? Namun, Arkan tidak memperdulikan itu."Al, senang." Arkan mencubit hidung pesek Alvaro, "tentu, Dad." Alvaro memeluk pinggang ramping Arkan.
Arkan sedikit menundukkan tubuhnya, untuk menyamakan tinggi Alvaro yang hanya 153cm sedangkan ke empat pawang nya memiliki tinggi badan 175-181cm.
Lalu kemudian mereka berlima berpelukan seperti Teletubbies.
TBC
.
.
.Jangan lupa voment
Jari kelingking Alvaro
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...