17.OMELAN KAK, AXEL

6.4K 307 3
                                    

Happy Reading Luv ❤️

Arkan berlari bak kesetanan, setelah mendengar putra bungsunya kembali masuk rumah sakit. Diikuti Agra, dan orang tuanya. Sedangkan Alice, tak Arkan izin untuk menemui Alvaro.

Dari kejauhan, terlihat ke dua Anak Arkan dan tiga ponakannya. Sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit, dengan harap harap cemas.

"Bagaimana, keadaan Alvaro?" tanya Arkan ke Axel.

"Masih di dalam." Axel tetap fokus memandang ke depan, tanpa menoleh ke arah Arkan.

Ceklek

Pintu ruang Alvaro terbuka,lalu keluar beberapa suster yang membantu menangani Alvaro tadi. Barulah, Arden keluar dari ruang Alvaro.

"Baga-

"Al, hanya kecapean," potong Arden cepat,tahu akan pertanyaan yang akan diberikan Aldo itu.

Mereka yang mendengar ucapan Arden, bernafas lega kesayangan Gabriel baik baik saja.

***

"Dia, sangat lucu." Alice sibuk mengelus Poto Alvaro, yang sedang tersenyum manis, dengan dua jari di arahkan ke depan.

"Nyonya, ini minumannya," ujar maid. Mengantar segelas jus jeruk lalu meletakkannya di atas meja.

"Hmmm"

Maid pun pergi meninggalkan Alice, yang masih senantiasa mengelus Poto Alvaro. "Maafin, Mama ya,sayang. Daddy mu benar! Seandainya mama tidak membantu orang itu dulu,pasti bunda Alya masih bersama kita."

Alice sungguh, Sangat menyesal atas perbuatannya dulu. Sekarang, hanya kata seandainya,yang Alice mampu ucapkan. Selebihnya, berdoa agar Arkan merupakan masa lalu yang kelam itu, walaupun kecil kemungkinan Arkan akan melupakan masa lalu.

Waktu terus berjalan,tak sadar Alice sudah duduk lama di ruang tamu. Bahkan, jus jeruk pesanan nya, sudah mulai mencair. Saking lamanya, Alice menatap Alvaro walaupun hanya gambar,itu sudah lebih dari cukup bagi Alice.

***

Tah, sudah berapa kali Alvaro menghela nafas panjang, mendengar omelan kakak  pertama nya itu, Axel.
Yang lainnya tadi, lebih memilih keluar dari ruang Alvaro.

"Sudah, kakak bilang tadi bocah nakal. Jangan, banyak makan es krim. Jangan, berlarian. Ini tadi! Berlari ke sana ke sini di Playground. Nggak mau dengarin, ucapan kakak dan Abang," omel Axel. Yang pertama kalinya dia berucap panjang lebar,dan yang pasti berlaku hanya untuk bunda nya dan bocah nakal yang sedang terbaring di brankar rumah sakit.

"Omelan kakak itu, semakin membuat Al sakit tahu," sahut Alvaro kesal.

"Makanya jangan nakal." Axel tak mau kalah dengan Alvaro.

"Ya,ya Al salah. Puas!"

"Nggak, Al harus melakukan sesuatu dulu." Axel, mengangkat sebelah alisnya,tak lupa senyuman mengejeknya yang ia arah kan ke Alvaro.

Alvaro yang melihat senyuman ejekan dari Axel, jadi was was sendiri. Dan, benar saja, baru saja Alvaro meyakinkan di hatinya,bahwa permintaan Axel tidak aneh. Namun, sayang nya ekspetasi tak seindah realita.

"Al harus, tidur di kamar kakak. Dan, berlaku selama satu Minggu saja kok."

"Ogah, Al masih normal." Alvaro, memalingkan wajahnya ke arah jendela,tak mau melihat wajah datar Axel.

"Kalau nggak mau,kakak akan terus mengomel nih."

Sabar Al, hanya satu Minggu kok. Nggak lama! Batin Alvaro. "Baiklah."

"Gitu dong, sekarang istirahat adek manis."

Axel mengelus pipi putih Alvaro, Alvaro hanya menutup ke dua matanya menikmati usapan lembut dari Axel. "Gini, rasanya punya kakak, tapi sayang nya kebalik. Biasanya, adek yang nistain kakak nya, lalu kenapa malah Al yang di nistain Titan ini." Gerutu Alvaro di dalam hati nya.

"Sudah, tidur. Kakak tahu, kau mengomel di hati."

"Apa sih, sok indigo."

Axel mengangkat kedua bahunya,tanda acuh. "Kakak tunggu."





TBC
.
.
.















ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang