Happy reading 🐻
para maid dan bodyguard hanya bisa pasrah dengan keadaan nya sekarang. Melihat bagaimana, tuan besar dan tuan mudanya memasang wajah datar, menatap satu persatu dengan tatapan tajam seolah olah di mata mereka ada laser yang kapan saja bisa menembus jantung.
"Di mana Alice ?" ujar Arkan dengan suara bariton nya.
"Maaf tuan, kami tidak tahu," jawab kepala pelayan dengan rasa gugup yang menjalar di tubuh nya.
"Agra..." Arkan menoleh ke arah Agra, meminta penjelasan.
"Sudah ku bilang, istriku ke rumah temannya." Agra pun, juga sudah geram dengan pertanyaan yang terus saja Arkan ucapkan.
"Apa kau tidak dengar tadi. Semua teman teman istri mu, sudah di telpon. Namun, nihil mereka semuanya juga tidak tahu."
"Papa bilang saja pa. Aldo, nggak mau lihat Alvaro terus terusan bilang takut, dan tadi papa dengarkan jangan Mama."
Agra diam seribu bahasa, ia pun juga bingung kenapa Alvaro bilang jangan Mama, apa yang sebenarnya terjadi?
"Tidak mampu untuk menjawab, lebih baik papa dan yang lainnya pergi saja dari Mansion." Arden yang terkenal sangat dekat dengan Agra, kini berani untuk mengusir Agra.
"Kau, mengusir papa?" Agra mengangkat sebelah alisnya, untuk meminta lebih jelas. "Iya." Singkat,padat, jelas Arden spontan bilang seperti itu.
Arkan melirik putra ke dua nya itu, bukan hanya Arkan Axel, Aldo, Aslan, Adit dan Aldi juga ikutan melirik Arden. "Ada apa dengan mu?" tanya Aldi sepupu Arden.
"Aku tidak suka saja, Siapapun menyakiti Alvaro!" Setelah nya, Arden beranjak pergi dari ruang keluarga, di ikuti Maid dan bodyguard yang di perintahkan oleh Adit untuk bubar.
"Jadi, kalian menuduh istri ku? Aldi, Adit dan Aslan. Kalian juga ikutan?" Agra bingung dengan jalan pikiran keluarga nya ini, padahal ia tidak tahu saja bagaimana kelakuan Alice di belakang nya.
"Menurut mu?"
"Jangan menuduh tanpa buk..."
Belom selesai ucapan Agra, mereka kembali di kejutkan oleh Rafael, yang berlari ke arah mereka, "Maaf tuan, tuan muda Alvaro kembali menggigau." Tak lupa Rafael membungkuk hormat.
Mendengar itu, Arkan bergegas ke kamar Alvaro. Yang tadi pagi, langsung tertidur pulas, karena di beri obat tidur oleh Arden. Berharap, Alvaro mulai membaik,tapi sepertinya Dewi keberuntungan tidak berpihak kepada mereka, buktinya Alvaro masih saja menggigau.
***
Alice masih betah memandangi wajah datar Felix, dengan tersenyum manis sambil tangannya mengelus pipi Felix.
"Seharusnya kamu yang menjadi suami ku, sayang.""Memang begitu seharusnya." Felix terseyum jahil melihat ekspresi Alice, yang tahu ternyata Felix pura pura tidur, "yasudah, sini kita tidur lagi," Lanjut Felix.
"Aku harus kembali sayang. Agra sudah menelpon ku."
"Baiklah, sebelum kau kembali. Alangkah baiknya kita mandi dulu!" Felix menampilkan smirk nya, dan mengangkat sebelah alisnya, tak cuma itu Felix juga mencium tangan kanan Alice.
Alice hanya menggagukan kepalanya,tanda setuju. Mendapatkan persetujuan dari Alice, Felix pun mengendong Alice ke kamar mandi.
***
"Jangan, Alvaro takut," ucap Alvaro di dalam tidurnya, yang bisa di katakan Alvaro tengah menggigau. Arkan, senantiasa mengelus rambut Alvaro lembut, dan menatap sendu Alvaro.
Hati nya sakit, melihat keadaan si bungsu seperti ini. Arkan merasa gagal, menjaga sang buah hati. Sudah masuk jam makan siang, Alvaro masih saja seperti ini dari pagi. Alvaro tidur, tapi lisannya selalu mengatakan "jangan mama! Alvaro takut."
"Nak, ini Daddy sayang! Buka mata mu, bilang sama Daddy apa yang membuat mu takut." Sadar, atau tidak. air mata Arkan, keluar begitu saja. Bahkan, air mata nya menetes ke baby face Alvaro. Untungnya, Arkan hanya berdua dengan Alvaro, di kamar putra bungsunya itu.
Sesak, itulah yang Arkan rasakan. Tidak cukup kah jantung anak nya yang rusak, dan apa ini? Nambah lagi.
Walaupun, memang tidak parah. Namun, tetap saja bagi Arkan ini sakit,ia mau anak anaknya bahagia, dan di berikan kesehatan.Sibuk dengan kesedihan nya, sampai Arkan tidak sadar Alvaro menatap sayu Daddy nya, merasa bersalah telah membuat Daddy nya ini menangis. Tangan mungil Alvaro pun, menghapus air mata Arkan. Dan baru lah, Arkan sadar.
"Bagaimana, sudah membaik." Arkan menikmati sentuhan tangan mungil Alvaro, membiarkan Alvaro menghapus air mata nya.
Alvaro tersenyum dengan sangat manis nya, yang mampu membuat orang salting akan senyuman Alvaro.
"Maafin Alvaro ya, Daddy. Sudah bikin Daddy sedih," ujar Alvaro."Ini bukan salah Al, Daddy ngerti kok, perasaan jagoan ini." Arkan mencubit lembut hidung Alvaro, yang membuat sang empu memukul punggung tangan besar Arkan pelan.
Arkan terkekeh pelan, melihat itu.
"Teruslah terseyum ya, sayang. Jangan pernah tinggalin Daddy dan keluarga lainnya." Suara hati Arkan penuh kejujuran, ia takut jika tuhan mengambil anak nya ini.TBC.
.
.
.
.
Terima kasih telah membaca cerita ku ini, yang sangat jauh sepertinya dari kata baik. Jadi, maafin ya.
Ini book pertama!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...