28.RENCANA FELIX

4.2K 187 16
                                    

Happy reading ❤️



Felix diam diam, memantau gerak gerik Aslan yang hanya berdiri di samping kursi taman, yang memang tersedia di Apartemen Arkan.

"Kau lihat, lelaki di sana?" Felix menunjuk ke arah Aslan. Dan di samping Felix ada lelaki seumuran Alvaro, memiliki kulit putih, bibir nya berwarna pink tapi tubuhnya kurus, belom lagi ia hanya memiliki 153cm.

"Lihat,tuan." Dia Arzan Malik. Felix menemukan nya, sedang mencari makanan di sampah.

"Bagus, ingat! Kau harus mengambil hati Aslan."

"Baiklah, tuan. Akan saya laksanakan." Arzan menggangukan kepalanya lucu. Felix yang melihat itu, sudah mulai luluh. Namun, segera Felix buang jauh jauh rasa itu.

"Laksana kan," perintah Felix.

"Hm."

Arzan pun melangkah kakinya pelan, mendekati Aslan yang masih saja menikmati keindahan malam.

"Aduhhh."

Aslan refleks menatap ke arah sumber suara, "siapa anak itu?"

Aslan melihat Arzan yang pura pura terjatuh, di tepi jalan kecil. Lalu Aslan kembali acuh pada Arzan.

Arzan yang melihat reaksi Aslan menjadi binggung sendiri, karena ia belom pernah mendapatkan tugas seperti ini.

Lalu terpikir di benaknya Arzan, untuk menangis. berharap Aslan luluh, setelah mendengar tangisannya.

"Kau bisa diam, tidak?" Aslan menatap dingin ke arah Arzan yang menangis tersedu sedu, sambil memegang kaki kanannya.

"Kaki Arzan sakit," lirih Arzan

Aslan yang awalnya acuh, mendekati lelaki itu. Setelah dekat dengan Arzan,  rasanya Aslan seperti terhipnotis melihat Arzan.

"Di mana, orang tua mu?" Tanya Aslan lembut, mata mereka berdua bertemu. Membuat Aslan merasa gemas melihat mata Arzan yang memerah.

"Azan. Tidak tahu!"

"Kau, terpisah dari orang tua mu?"

"Azan hanya hidup sendiri, selama lima tahun ini, 10 tahun Azan di panti asuhan."

Mendengar itu Aslan berpikir untuk membawa Arzan ke Apartemen sekaligus ke Mansion. "Bawa, ke mansion ngak papa! Mungkin,ya?" Batin Aslan.

"Mau ikut kakak, nggak?" Aslan mencubit pelan pipi Arzan yang basah karena air mata.

"Ke mana?"

"Ke rumah! Nanti, kakak bakalan kenalin kamu ke keluarga kakak," ajak Aslan.

"Mau. Azan mau," balas Arzan sumringah.

Aslan mengulurkan tangannya ke depan, "panggil, bang Aslan."

Arzan membalas uluran tangan Aslan,
"Azan."

"Nama kamu, Azan." Aslan ingin memastikan kalau ia tidak salah dengar.

"Bukan, Arzan Malik. Tapi di panggil Azan," jelas Arzan.

Aslan hanya ber oh-ria  saja. "Ya udah, yok masuk. Sudah malam juga."

Aslan ingin mengendong Arzan,tapi di tolak.

"Azan. Mau ambil mainan Azan, boleh?"

"Di mana?"

"Di sana." Tunjuk Arzan ke arah di mana ia dengan Felix tadi.

"Ambil, saja," ucap Aslan.

Lalu Arzan berjalan terseok-seok, walaupun sebenarnya kaki Arzan baik baik saja. Setelah sampai, Arzan berdiri di belakang pohon besar.

ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang