Happy reading ❤️
42.PERTEMUAN
***
Bunga bunga mekar dengan sangat indah nya, harum semerbak membuat kupu kupu ingin mencicipi sari pada bunga yang mekar itu.
Wanita yang sangat cantik, duduk bersimpuh di rerumputan sambil menikmati indahnya Taman.
"Kamu datang,nak," ucap wanita cantik itu. Tanpa membalikkan badannya, seolah sudah tahu siapa yang datang.
"Bun-bunda." Axel terbata bata melihat wanita yang ada di depannya. Axel yakin, sangat yakin kalau wanita itu adalah Bunda nya-Alya.
Ya, benar. Wanita itu Alya, sosok wanita yang selama ini Axel rindukan akan kehadiran nya,tapi sayang nya sudah tak bisa lagi. Karena,Axel dan Alya sudah berbeda alam.
Alya menepuk-nepuk pelan rumput itu, agar Axel duduk di sampingnya. Melihat itu, Axel mendekati Bunda nya dan duduk di samping Alya.
"Ini benaran,bunda?" Tanya Axel. Menyakinkan dirinya,bahwa yang di samping nya sekarang benar-benar Bundanya.
"Apa putra sulung Bunda ini, sudah melupakan Bunda?" Alya tersenyum manis di depan Axel.
"Bunda." Axel memeluk Alya erat. Sosok lain dari Axel. Paling manja kalau sudah bersama Alya.
Alya terkekeh kecil, melihat putra sulungnya sudah dewasa, "bunda pikir, Axel sudah tidak manja lagi!"
"Axel rindu bunda." Axel tak menjawab perkataan Alya. Ia, malahan mendusalkan wajahnya ke perut Alya.
"Bunda juga merindukan, kak Axel."
Setelah itu mereka berdua hanya diam,sambil melepaskan rindu masing-masing. Tanpa tahu, sekarang ada bocah yang menangis. Melihat kondisi kakak sulungnya itu.
"Kak Axel,kapan bangun nya?" Tanya Alvaro yang tidak tahu kepada siapa.
Mereka berempat yang mendengar ucapan Alvaro hanya diam. Toh, mereka pun tidak tahu juga.
Sebenarnya kondisi Axel baik baik saja, hanya saja mental nya yang tidak. Arkan jadi ngerasa bersalah. Seandainya,ia tak menceritakan semuanya kepada Axel kemaren.
Pasti mental putra sulungnya baik baik saja sekarang.Namun,apa boleh buat Semuanya,sudah terjadi. Yang hanya mereka lakukan adalah menjalankan apa yang sudah terjadi dengan baik.
"Kita doain saja, Kak Axel cepat bangun." Aldo mencoba menenangkan Alvaro. Aldo tak ingin, Alvaro kembali drop.
"Kak Aldo benar. Sudah ya, Adek jangan nangis lagi,"timpal Arden.
Arkan menghapus air mata si bungsu nya, Leon yang melihat itu hati nya sungguh tenang,ini yang Leon harapkan. Keluarga sahabat nya itu, kembali memancarkan sinar.
Sinar yang dulu redup,kini kembali pada prosatnya."Kalau ada apa-apa, panggil Arden saja,dad." Arden dan Leon keluar dari ruang rawat Axel.
"Dad, tinggalin Al sendirian boleh," lirih nya. Alvaro hanya takut, daddy nya salah paham, Dengan ucapannya.
"Baiklah." Arkan mencium kening Alvaro singkat dan mengelus puncak kepala kesayangan nya, "daddy keluar dulu, jangan nangis! Daddy tidak menyukai air mata keluar dari anak daddy."
Alvaro menganggukkan kepalanya lucu, "ya, Alvaro ngak nangis kok."
"Ya,sudah. Daddy Keluar." Arkan pun keluar dari ruangan Axel.
Alvaro yang sendirian pun, naik ke bangsal. Ia merebahkan diri nya,di samping Axel yang tengah terlelap.
Beruntung badan Alvaro kecil, jadi muat untuk Alvaro berbaring di samping Axel."Kak Axel, jelek kalau tidur seperti ini." Bohong Alvaro. Padahal, Axel tidur pun ia tetap tampan, apa lagi kalau bangun tidur.
Karena,tak nyaman dengan posisi baring, Alvaro lebih memilih duduk di atas bangsal, sambil tangan nya mengelus tangan kiri Axel yang di perban.
Untung saja, luka sayatan Axel tak mengenai urat nadinya nya.
"Pasti, nggak nyaman kan kak? Pakai nassa canula, kalau, Alvaro ngak nyaman. Tapi, mau gimana lagi." Alvaro menatap Axel, yang di pasangkan nassa canula di hidungnya.
"Bangun dong,kak Axel."
Cup
Alvaro mencium pipi kanan Axel.
Di tempat lain, Axel samar samar mendengar suara yang tidak asing di telinga nya.
"Suara itu," gumamnya
Alya yang tahu apa yang sedang terjadi, tersenyum manis menatap lekat putra sulungnya.
"Iya. Itu suara Adek. Mendingan, kak Axel kembali ke tempat kakak. Tempat kakak itu, bukanlah di sini." Axel yang mendengar itu, mendadak sedih.
Benar apa yang di katakan Bunda nya itu, tempat nya bukan lah di sini. Ia dan bundanya sudah beda alam. Tapi, apa boleh kalau ia ikut bundanya saja?
"Kalau,Axel ikut Bun...,"
"Jangan,nak. Kasihan, Adek Al nanti. Dan kak Arden, kak Aldo, daddy gimana? Apa kak Axel,tak memikirkan perasaan nya?"
Axel diam seribu bahasa, lagi lagi ia kalah telak dengan Bunda nya.
"Sekarang,Axel kembali,ya!" Alya juga sedih jika harus berpisah dengan anak pertama nya itu,tapi ia harus. Karena, tempat mereka berdua sudah berbeda.
"Baiklah, bunda. Bunda jangan lupa ya, buat datang ke mimpi Axel."
"Tidak akan."
Alya memeluk erat Axel, dan setelah itu tiba tiba taman yang indah tadi, berubah menjadi putih semuanya. Dan perlahan lahan tubuh Alya mulai menghilang dari tatapan sendu Axel.
TBC.......
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...