12.SAD

7.4K 340 1
                                    

5 hari berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5 hari berlalu. Alvaro terlihat masih enggan untuk sekadar membuka matanya. Arkan dan kedua kakak Al dengan sabar menunggu kesayangan mereka untuk segera membuka netra indahnya.

"Masih lelah,hm?" Arkan yang sedang berbaring di samping Alvaro mengusap lembut rambut lebat Alvaro. Sesekali ia melayangkan kecupan ringan di pelipis Alvaro.

Axel berdiri dari duduknya, kemudian berjalan mendekati ranjang besar itu. Ia mendudukkan dirinya di samping Alvaro, dan mengelus pelan tangan mungil Alvaro,yang terbebas dari infus.

"Hey, jagoan. Masih belom mau bangun ya?" Axel menatap sayu Alvaro, "jangan pernah tinggalin kakak, ya, dek." Batin Axel.

Perlahan lahan,jari jemari Alvaro bergerak,dan juga matanya sedikit mulai terbuka. Axel dan Arkan yang menyadari itu,sontak menoleh pada sosok yang ada di antara mereka. Aldo juga dengan cepat bergerak, berdiri di dekat Ranjang Alvaro. Sedangkan Arden, Dia sedang memeriksa pasien yang lain.

"Alvaro Sayang," panggil Arkan tersenyum senang kala melihat putra bungsunya sudah terbangun.

"Dad- Daddy, dada Alvaro sakit," Alvaro memukul dadanya kasar. Dengan, air mata yang mengalir deras keluar dari mata bulat Alvaro.

Axel meraih tangan Alvaro, kemudian menggantikan tangannya untuk mengusap lembut dada adiknya yang hanya di lapisi kaus tipis, bergambar beruang. "Tenang, dek, jangan panik," ujar Axel pelan.

Alvaro masih menangis, Dadanya Sangat sakit sekarang, serasa ada batu yang menimpa. Ia kesulitan bernapas, belum lagi seluruh badannya terasa sangat sakit, "kak, Axel... Se-sak...," Ucap Alvaro terbata bata. Tangannya mencengkram kuat bagian dada kiri nya. Axel segera menahan tangan Alvaro agar berhenti menyakiti dirinya sendiri.

"Panggil Arden, Aldo," kata Arkan.

Aldo segera berlari keluar dari ruang VVIP Alvaro dengan tergesa-gesa untuk memanggil Arden. Tak membutuhkan waktu yang lama, kini Arden sudah ada di dalam. Arkan dan yang lainnya langsung memberi ruang untuk Arden agar segera menangani Alvaro.

"Dengar, Alvaro. Jangan nangis,oke? Tarik napas pelan pelan," interupsi Arden sembari Menganti nasal cannula dengan masker oksigen. Alvaro mencoba mengikuti perkataan Arden.

Arden mengusap kening Alvaro teratur, "Good boy, dadanya sakit, dek?" Alvaro menggangukan kepalanya lemas.

Arden terseyum hangat. Tangan besarnya mengusap dada Alvaro. Alvaro sudah mulai tenang, dan tangisannya juga sudah berhenti. Walaupun ia merasa sedikit sesak, tapi Alvaro berusaha menahan rasa sesak itu.

"Bagaimana,Ar?" tanya Arkan.

"Itu reaksi yang wajar, Dad. Untuk penderita jantung lemah, terlebih lagi bajingan itu pasti memukul kuat dada Al." Arden mengepalkan tangannya erat,kala mendengar penjelasan Arkan. Bahwa, adiknya di bully.

Arkan menatap sendu Alvaro yang sekarang terbaring lemah. Ia dapat melihat Axel dan Aldo sedang berebut posisi berbaring di samping Alvaro. Arkan pun mendekati putra bungsunya, lalu mengelus pipi Alvaro yang ada sedikit lebam.

Alvaro yang melihat Arkan,lebih memilih memengang tangan kekar Arkan, dari pada memperdulikan perselisihan Aldo dan Axel.

"Dad, suruh si Aldo keluar dad," pinta Alvaro. Memandang Arkan dengan tatapan memohon. Axel dan Aldo mendengar permintaan Alvaro, menatap Alvaro bingung. walaupun ucapan Alvaro pelan. Namun,masih sangat jelas kalau Alvaro menyuruh Aldo untuk keluar.

"Kenapa? Kak, Aldo ngak jahat sayang?" Arkan kembali berbaring di samping Alvaro. "Dad,dia jahat," bisik Alvaro pelan yang masih memakai masker oksigen.

Arkan sekarang bimbang, benar apa perkataan Aldo.,Alvaro salah paham, "yang bully, adek kemaren bukanlah perintah kak Aldo dek. Kesayangan Daddy ini salah paham," ucap Arkan, mencium kening Alvaro lama.

"Dad,~" rengek Alvaro

"Baiklah, kalau itu permintaan adek. Kak Aldo akan keluar, cepat sembuh ya dek." Aldo lebih memilih untuk mengalah, ia takut kondisi Alvaro akan makin memburuk. Arden yang masih berdiri di ambang pintu, menepuk pundak Aldo pelan, "sabar, kita beritahu adek pelan pelan nanti."

Aldo hanya mengangguk kepala nya pelan, "awas, Lo Raja. Gara gara Lo sekarang, Alvaro benar benar membeci gue," batin Aldo.

Arden dan Aldo pergi keluar dari ruang rawat Alvaro, Arkan melihat kepergian Aldo, hati kecilnya terasa di cubit. Begitu juga dengan Axel.

"Cepat sembuh ya, kakak mau keluar dulu." Axel pun juga keluar. Tinggal lah di dalam Arkan dan Alvaro.

"Maaf, Dad." Ada perasaan bersalah di hati Alvaro, tapi mau gimana lagi ego Alvaro tinggi.

Arkan hanya bisa tersenyum tipis, "tidak perlu minta maaf, Daddy ngerti kok perasaan Al. Sekarang, tidur ya."

.
.
.

Di ruang bawah tanah, Aldo duduk di hadapan Raja dan ke dua antek-anteknya yang jauh dari kata baik. Tubuh mereka sudah di Penuhi luka sayatan, hasil karya bodyguard Gabriel. Belom cukup di situ, mata Raja sudah bolong satu, kerena di cokel pakai besi panas. 5 hari,di siksa. Raja dan dua temannya, Hanya bisa pasrah, menunggu ajalnya.

"Bagaimana rasanya?" ucap Aldo dingin.

"Bu-nuh saja Gu- Gue."

" Iya,ki-ta mo-hon."

"Ma...,"

Dor

Suara tembakan Aldo tepat sasaran, Aldo menembak dada salah satu teman Raja, dan itu menembus jantung nya, seketika teman Raja mati di tempat.

"APA, LO PIKIR DENGAN PERMINTAAN MAAF BODOH LO ITU, ADEK GUE AKAN MEMAAFKAN GUE, HAH?" bentak Aldo. Menendang jasad itu kuat.

Raja dan satu temannya lagi, terkaget mendengar nya, 'adek'.

"Kenapa? Bingung, hm?" Aldo menjeda ucapannya, " Alvaro Louis Gabriel, itu Adek gue bangsat."

Aldo melangkahkan kakinya, ke tempat Aquarium besar yang ada di dalam ruang penyiksaan itu. Kemudian mengambil kain penutup Aquarium besar itu. Setelahnya, terlihat puluhan ikan piranha yang sepertinya sedang kelaparan. Raja yang melihat itu, meneguk susah Salivanya.

"Masukan mereka berdua, ke Aquarium ini." Aldo kembali duduk di kursi nya, menghadap ke arah Aquarium. Bodyguard pun, segera membawa Raja dan satu temannya untuk masuk ke dalam Aquarium tersebut. Aldo menampilkan smirk nya, melihat bagaimana tubuh itu, di makan habis oleh piranha.

"Aduh, tuan muda Aldo sangat menyeramkan," batin salah satu bodyguard itu.

"Aduh, tuan muda Aldo sangat menyeramkan," batin salah satu bodyguard itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Typo tandain


Catatan: ini sad ending

Alur nya masih sama dengan alur yang lama.

ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang