29.KEMBALI

2.5K 145 11
                                    




Ini cerita pertama ku banget. Jadi, harap di maklumi, ya.💜Dan Alvaro sudah ending sebenarnya, tapi, beberapa bab ku unpublish.

Dan setelah ku pikir-pikir lagi, akan ku publish kembali bab Alvaro 🐻

Namun, maaf jika banyak yang typo aku sudah berusaha merevisinya
❤️

Terima kasih telah membaca ☺️🐻❤️


Happy reading ❤️

Masih di ruang keluarga, Aldo memandangi satu persatu keluarga kecuali Alvaro, dengan tatapan tajam dan dingin.

Aldo mengepalkan ke dua tangannya, "Yang jadi, bungsu Gabriel's, just little brother Alvaro."

"Kenapa, kau marah Aldo? Ini hak, Opa. apa kau tak kasihan dengan Arzan? Lagi pula ia juga seumuran dengan Alvaro." Reyhan mengelus rambut Arzan lembut yang sedang berada di pangkuan Reyhan.

"Tapi ia tetap lah anak pungut, opa.
Ia bukanlah keturunan dari Gabriel's." Aldo semakin di buat geram.

"Terserah kau saja Aldo. Tapi aku tetap mau merawatnya," kekeh Aslan.
Lalu beranjak pergi dengan Arzan.

Alvaro melihat sinis ke arah Arzan,
"Apa bagusnya, sih. Dia! Kurus, begitu." Batin Alvaro menggerutu.

Lalu Reyhan dan Sarah juga beranjak dari ruang keluarga menuju kamarnya.

Arkan mencubit hidung Alvaro pelan,
"Nggak boleh malam malam ini bh melamun."

Alvaro juga ikutan menatap sinis Arkan,tapi bagi Arkan tatapan itu menggemaskan.

"Cieee, ada anak baru,nih!" Sindir Alvaro.

Arkan, Axel, Arden dan Aldo terkekeh geli mendengar suara Alvaro.

"Ada yang cemburu, kak."

"Siapa, ya?" Timpal Arden

"Inisial nya A, kalau nggak salah," tutup Axel.

Aldi,Agra dan Adit pergi berlalu. Ntah kenapa, wajah Arzan terus terbayang bayang di pikiran mereka.

Alvaro menarik jari Aldo, tapi nggak bisa. Tenaga Aldo dan Alvaro jelas berbeda.

"Ayok," ajak Alvaro.

"Iya,ya dek." Aldo dan Alvaro kembali menuju ke kamar Alvaro.

"BESOK, KITA AKAN KEMBALI KE MANSION," teriak Arden.

"Teriak lagi,ku robek mulut mu," ucap Axel setelah memberikan pukulan sayang ke Arden.

Setelahnya, semua menuju ke kamar masing-masing.









***

Pagi nya Apartemen di bikin pusing, Karena ulah Alvaro dan Arzan. Yang adu Argumen di meja makan, tentang yang mana dulu telur atau ayam.

"Pokoknya telur dulu, baru ayam." Kekeh Arzan ke Alvaro.

"Heh! Bocah. Ayam dulu, baru telur," balas Alvaro.

Aslan jadi binggung sekarang, karena ia yang memberikan pertanyaan konyol itu.

"Sudah. Jangan dipikirkan lagi, semuanya benar." Lerai Axel. Yang sudah pusing mendengar celotehan Alvaro dan Arzan.

Alvaro dan Arzan sama sama menghela nafas panjang, dan kembali melanjutkan sarapan yang tertunda.

Sekarang hanyalah terdengar suara dentingan sendok dan garpu.  Namun, dengan sengajanya, Arzan menyenggol kopi  yang masih panas  di sebelah kirinya. lalu air kopi itu pun, mengenai paha putih Alvaro.

Prang

"Argh, panas." Erang Alvaro langsung mengelus - elus pahanya, dan sesekali meniup juga.

"Al, maaf Al." Arzan yang berada di samping Alvaro, pura pura tidak tahu apa-apa. "Rasain tu. Gini ya! Rasanya punya keluarga. Gue akan rebut ini semua dari Lo,Al!" Batin Arzan.

Arden segera mengendong Alvaro, ala koala nya, dan duduk di ruang tamu. Sedangkan Aldo berlari tergesa-gesa, untuk mengambil kotak P3k di kamar Arden.

Arkan meniup sayang, paha kanan Alvaro yang terkena tumpahan kopi tadi.

"Kalau mau nangis,nangis aja. Dari pada di tahan." Arkan di buat gemas melihat mata Alvaro yang berkaca kaca menahan tangis.

"Siapa yang ingin, nangis?" Tahan Alvaro. Karena di sini ada Arzan, Alvaro tak mau terlihat di depannya.

Tak lama pun, Aldo sudah di ruang tamu, ia memberikan kotak P3k itu ke Arden supaya Arden segera mengobati kemerahan di paha Alvaro.

"Makanya jangan nakal!" Tegur Sarah.

"Siapa yang Oma sebut,nakal?" Aldo sungguh tidak terima adek kesayangan nya di bilang nakal, walaupun memang nakal.

"Alvaro. Lihat saja, sarapan pagi kita hancur."

"Ini semua bukan salah, adek Al Oma." Axel menatap tidak senang dengan Sarah.

"Tahu nih, Oma. Adek ketumpahan kopi, dan ini salah dia." Tunjuk Aldo ke arah Arzan, yang di pangkuan Aslan.

"Kenapa jadi Arzan? Sudah jelas jelas lengan Alvaro sendiri lah, yang menyenggol kopi itu tadi." Aslan juga ikut menunjuk nunjuk Alvaro yang hanya terdiam kikuk.

Kenapa Abang Aslan nya, lebih memilih membela Arzan dari pada dirinya? Pikir Alvaro.

"Maafin, Al. Al janji, nggak nakal lagi kok. Jadi stop! Berantemnya."

"Dek kamu nggak salah." Bela Aldo.

"STOP!" teriak Agra. "Mau berantem, atau kembali ke mansion? Mau berantem silahkan."

Agra pun berdiri dari duduknya dan beranjak pergi ke parkiran mobil untuk kembali ke mansion.

"Yok, dek." Ajak Aslan ke Arzan.

Dengan senang hati, Arzan menerima ajakan itu. Semuanya pun ikut beranjak pergi.

"Al sama Daddy aja, ya!" Arkan mengengam jari telunjuk Alvaro.
Dan Alvaro mengikuti langkah Arkan, begitu juga ke tiga Kakak nya.

***

Di perjalanan arah mau pulang, Arkan harus ekstra sabar menghadapi baby bear di pangkuannya.

"Oma sayang kok, sama Alvaro. Mungkin,Oma lagi ada masalah, makanya Oma seperti itu tadi." Alvaro hanya menghitung kancing baju kemeja panjang, warna biru.

TBC.
.
.
.

Jangan lupa voment

Papai

The next part.












ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang