36.PEMBUNUHAN MASSAL

2.3K 136 0
                                    

Happy reading ❤️

Suasana di mobil sekarang sangat mencekam, Arkan memeluk erat Alvaro yang ketakutan, Aldo membalas tembakan musuh dari jendala kaca mobil yang ia buka sedikit. Arden menambah kecepatan mobilnya.

Dor

Dor

Dor

Suara tembakan saling membalas, Arkan ingin membalas perbuatan musuh itu,tapi di samping nya ada Alvaro. Arkan takut, nanti Alvaro tahu siapa mereka sebenarnya.

Lalu Aldo?  Kok bisa membalas tembakan musuh. Jawaban nya Alvaro tak melihat nya. Karena, Arkan membawa tubuh mungil itu ke rengkuhannya.

"Tenang lah, Son." Arkan mencium puncak kepala Alvaro.

Alvaro hanya diam, tak mampu berkata-kata . Suara tembakan itu, terdengar jelas di telinganya.

"Dad. hubungi kak Axel atau papa, untuk membawa adek, pergi dari sini," ucap Aldo.

Serangan ini begitu mendadak, di tambah lagi mereka tidak sama sekali membawa bodyguard. Lain halnya musuh, mereka membawa jumlah sekitaran 200 orang.

Arkan mengeluarkan ponselnya, dan mencari no Agra untuk meminta agar membawa putra bungsunya.

Setelah menghubungi Agra, Arkan kembali memasuki ponselnya. Tiba-tiba....

Prangggg

Kaca mobil yang di samping Arkan pecah berkeping-keping, mengenai beberapa anak jari kaki Alvaro. Punggung Arkan juga ikut kena, pecahan kaca mobil itu.

Aldo dan Arden yang mendengar pecahan kaca mobil, mendadak kaku.
Apa mereka akan berakhir seperti ini, pikir Arden dan Aldo.

Jujur Aldo sudah mulai kewalahan menghadapi musuh, tapi Aldo masih berusaha dan Aldo berharap bantuan segera tiba.

Di balik spion mobil, Arden melihat mobil yang ia kenalin sedang berada di belakang mobilnya.

"Kak Axel," gumam Arden.

Mobil Hitam yang berada di belakang mobil Arden tadi, Sekarang berada tepat di depan mobil Arden.

Mau tak mau segera Arden memberhentikan mobilnya, beruntung saja mobil bisa di berhentikan.

Pengemudi mobil itu keluar,yang tidak lain adalah Axel. Axel mengangkat senjata nya dan menembak brutal ke arah musuh musuh.

Satu persatu musuh pun tumbang, dengan gerakan cepat Axel mendekati mobil Arden dan membuka nya.

Sedangkan Aldo dan Arden keluar dari mobil, untuk membalas perbuatan musuh. Mereka sebenarnya bukan tak mampu melawan, tapi masalah sekarang ada Alvaro.

"Dek, ikut kakak sekarang." Axel memengang pergelangan tangan Alvaro.

Alvaro mengintip sedikit dari dada Arkan, "kakak Axel."

"Iya ini kak Axel. Mari ikut kakak.

Alvaro melihat ke arah Arkan, lalu di balas dengan anggukan oleh Arkan.

"Hati hati." Alvaro mencium pipi kanan Arkan, baru lah ia keluar dari mobil dan langsung di gendong Axel ala koala.

Melihat Alvaro sudah keluar dari mobil, Arkan juga ikut keluar dari mobil.

Tangan kanan Axel masih membalas tembakan musuh, tangan kirinya untuk menahan bobot tubuh Alvaro.

"Waktu nya bermain tikus kecil." Arkan mengeluarkan revolver miliknya, dan membalas tembakan musuh. Tanpa memperdulikan rasa perih yang berasal dari punggung nya.

Axel dan Alvaro masuk ke dalam mobil, dan dengan segera Axel langsung mengemudi untuk kembali ke Mansion.

Bertepatan dengan itu, Agra,Aldi, Adit dan bodyguard  barusan datang.












............................

Alvaro meringkuk ketakutan, setelah melihat jelas Axel memengang revolver, begitu juga dengan Arden, Aldo dan Arkan.

Ia menyembunyikan kepalanya di sela sela lutut, sambil menahan isakan yang kapan saja akan terdengar.

Axel melihat sekilas Alvaro,ia tahu pasti ademnya itu syok setelah melihat peristiwa tadi.

Merasa situasi sudah aman, Axel menepikan mobilnya.

"Dek." Panggil Axel lembut.

"Jangan takut, sekarang semuanya sudah aman." Axel memengang pundak Alvaro.

Alvaro mendongakkan kepalanya dengan mata yang sudah berair, "Kalian siapa sebenarnya? Ke....napa pakai sen...jata itu." Alvaro tak mampu lagi menahan air mata nya.
Bahkan Alvaro tak memperdulikan kaki nya yang perih akibat pecahan kaca mobil tadi.

"Intinya kita keluarga mu, dek. Lupakan peristiwa tadi, kakak dan yang lainnya hanya memakai revolver untuk jaga jaga saja." Bohong Axel. Karena tidak mungkin ia jujur siapa sebenarnya Axel dan keluarga.

"Apa... Itu benar?" Lirih Alvaro.

Axel yang mendengar lirihan itu, tak mampu lagi menahan untuk tidak memeluk Alvaro.

"Kita semua menyayangi mu dek, jadi kakak minta lupakan peristiwa tadi,oke!"

"Alvaro juga menyayangi kakak, janji jangan pegang benda tadi. Al takut, kak." Alvaro memberi kan hati kelingking nya ke hadapan Axel yang sudah melepaskan pelukannya.

Dengan senang hati,Axel menerima uluran jari kelingking Alvaro,"janji, ya sudah jangan nangis lagi."

"Sakit."

Satu perkataan itu, membuat Axel tak karuan, "apa nya yang sakit,dek?" Tanya Axel cemas.

Alvaro menunjukkan kaki nya yang terluka, "kaki Al sakit kak, kena pecahan kaca mobil tadi."

"Tunggu bentar, kakak obatin ya."

Axel membuka dasboard mobil, beruntung di sana ada Betadine dan plaster untuk luka.

Beberapa menit pun, Axel sudah selesai mengobati luka Alvaro.

"Sudah. Mari kita pulang."

"Lest go," balas Alvaro sumringah.

Axel Kembali mengemudikan mobil dengan Santainya.


TBC.
.









ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang