40.RASA SAKIT

2.4K 142 5
                                    


Happy reading ❤️




40.RASA SAKIT

"Bersikap bodo amat lah, dengan omongan orang yang sekiranya menyakiti hati mu."

***


Sarah bangkit dari duduknya, menuju sumber suara yang berasal dari kamar Alvaro.

"Oma,mau ke mana?" Tanya Arzan. Mendekati Sarah yang sudah di depan  lift.

"Mau ke atas. Azan, mau ikut?"

"Iya,Oma." Arzan mengarahkan ke dua tangannya ke depan, ingin di gendong. Aslan dan Agra hanya melihat, Arzan dan Sarah dari ruang keluarga.

Arzan dan Sarah pun memasuki lift. Diikuti Adit dan Aldi karena mereka berdua juga penasaran. Karena, suasana kenyamanan di Mansion sudah pergi, bertepatan dengan kepergian Alya dulu.

Namun, perlahan lahan rasa kenyamanan itu,kini kembali datang. Di saat sang permata Gabriel sudah di temukan. Dan ada di samping mereka seperti sekarang.

Lain halnya, dengan Sarah, Reyhan Agra dan ketiga putranya. Mereka sekarang lebih menyayangi Arzan dari pada Alvaro. Yang jelas jelas sampai sekarang, mereka masih belom menemukan data lengkap Arzan.

"Selucu apa emang nya, Sampai ketawa seperti itu?" Agra yang mendengar suara Aslan hanya diam.




Sarah dan Arzan sudah berada di lantai dua, mereka pun berjalan menuju kamar Alvaro.

Arzan yang sedang di gendong Sarah, hanya diam memperhatikan isi dalam kamar Alvaro di ambang pintu.

Begitu juga Sarah, tiba tiba emosinya meledak-ledak, setelah melihat Arkan yang ternyata menjadi bahan tawaan oleh Axel, Arden, Aldo,Leon dan Alvaro.

"Azan tunggu sini. Oma, mau masuk." Sarah menurunkan Arzan perlahan lahan. Setelah memastikan kaki Arzan
Sudah menyentuh lantai dengan baik, Sarah masuk ke dalam kamar dengan anggkuh.

Tiada angin tiada hujan, Sarah menampar kuat pipi lembut Alvaro,sampai membuat kepala Alvaro tertoleh ke kanan, dan meninggalkan jejak kemerahan di pipi Alvaro.

Panas itu lah yang Alvaro rasakan, ia hanya mengelus pipi nya yang di tampar Sarah.

Axel yang melihat itu pastinnya tidak terima, bukan hanya Axel melainkan Arkan,Arden,Leon dan Aldo.

"Apa apaan ini,Oma. Masuk masuk, langsung menampar Adek, Al." Axel mengambil tubuh kecil Alvaro,yang kaku di hadapan Sarah. Axel tahu, pasti Alvaro kaget dengan apa yang Sarah lakukan.

"Apa kau tak bisa lihat? Lihat daddy mu!" Axel refleks menoleh ke daddy nya. Oh, sekarang Axel tahu. Apa maksud dari Sarah.

"Ini hanya kegabutan, Al." Arkan ikut bersuara. Dan, melangkah kakinya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan keseluruhan wajahnya,yang di make up pin Alvaro tadi.

"Oma, benar benar,ya!" Arden keluar dari kamar diikuti oleh Leon. Leon tahu, sahabat nya itu pasti ingin meluapkan rasa emosinya.

Aldo menatap tajam kearah Sarah, "otak Oma , seperti nya sudah di cuci oleh, Arzan." Batin Aldo.

"Kenapa? Kalian membela dia!" Tunjuk Sarah ke Alvaro.

"Yang mommy sebut 'Dia' memiliki nama. Dan cucu mommy." Jawab Arkan yang sudah selesai dengan urusan nya.

Arkan mengendong Alvaro keluar dari kamar, untuk ia bawa ke kamar Arkan.

"Arkan. Lebih baik, kamu masukan Dia ke panti asuhan saja. Toh, sekarang kita sudah memiliki bungsu Gabriel yang baru," ucap Sarah sedikit teriak.

Arkan menghirup aroma Alvaro yang bau minyak telon, guna mereda emosi nya. Setelah mendengar ucapan Sarah.

Tapi beda halnya dengan Axel dan Aldo. Mereka berdua mendekati Arzan di luar kamar Alvaro.

"Oh, jadi ini yang Oma, maksud." Axel menyeringai, sungguh ia sangat emosi sekarang.

"Le-pas kak Al-do." Arzan berusaha untuk melepaskan cekikan Aldo. Arkan meninggalkan keributan itu, yang terpenting adalah Alvaro.

"ALDO, APA YANG KAMU LAKUKAN," bentak Sarah.  Aldo tak memperdulikan bentakan itu, ia terus menguatkan cekikan nya ke Arzan.

"Aldo,lepas." Sarah berusaha untuk melepaskan cekikan itu.

"Sudah,lepas. Mendingan kita ke ruang bawah tanah saja." Mendengar itu, Aldo melepaskan cekikan nya dan mendorong tubuh Arzan, beruntung Sarah bisa menangkap tubuh Arzan, kalau tidak sudah di pastikan tubuhnya akan menyentuh lantai






TBC

.
.

.








ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang