43.MENGHITUNG DOMBA

2.1K 144 4
                                    

Happy reading ❤️




43.MENGHITUNG DOMBA



***

Pukul 00.30 menit, Alvaro masih saja menonton Upin Ipin di laptop daddy nya. Membuat Arkan dan 3 Kakak nya harus ekstra bersabar untuk menyuruh kesayangan tidur. Mata bulat milik Alvaro masih terbuka lebar, beda halnya dengan ke empat pawang nya, Mata mereka sudah mulai memerah menahan kantuk.

"Dek. Sudah ya, besok lagi nonton nya," usul Aldo.

"Masih seru,nih!" Balas Alvaro,tapi matanya masih tertuju kepada dua orang kembar yang sangat menyukai Ayam goreng.

Huhfth

Sabar! Itulah yang bisa mereka berempat lakukan.

20 menit pun berlalu, Alvaro sudah mulai bertingkah. seperti anak berusia 2 tahun, yang sedang mengalami demam. Pasti orang yang di sekitaran nya, salah.

"Mau ganti," ucap Alvaro,yang tidak tahu ke siapa.

Arkan yang memang di samping Alvaro pun, mengambil alih laptop itu, untuk di ganti tontonan nya.
Arkan mengetik di laptopnya,dengan Tulisan Boboiboy.

"Nggak mau, Boboiboy." Alvaro menendang pelan kaki meja dan juga memukul pelan lengan Arkan.

"Jadi, Al mau nya apa?" Tangan Arkan masih saja mengetik di laptop. Dari Coco melon, Marsha and the Bear, Doraemon,one piece, Tedy bear, soeponbop dan Shiva. Namun,tak ada yang Alvaro mau.

Air mata dari kesayangan,satu persatu keluar, membasahi pipi bulat nya Alvaro. Arkan yang melihat itu, menjadi tidak tega.

"Adek,Mau apa? Bilang sama, Daddy." Arkan mengambil beberapa tisu, yang ada di atas meja,lalu ia menghapus air mata putra bungsunya.

"Gendong~..." Rengek Alvaro.

Dengan senang hati, Arkan mengendong Alvaro. Dan sedikit mengayunkannya, ke kanan ke kiri.
Ke tiga kakak Alvaro, sekarang sudah di alam mimpi nya 10 menit yang lalu.
Axel di bangsal,Arden dan Aldo di sofa. Leon? Ia sudah pulang ke Mansion nya.

Alvaro merebahkan dagunya di pundak Arkan, dan berusaha untuk memenjam kan matanya.

"Nyanyi,dad." Celutuk Alvaro.

Arkan yang mendengar itu menjadi diam, bukan apa-apa Arkan tak pandai dalam bernyanyi. Namun,ia pandai dalam membunuh orang yang mencoba menganggu keluarga nya.

"Ayok! Nyanyi, dad." 

"Nak. Apa tidak ada yang lain? Kalau daddy nyanyi. Nanti Ke tiga kakak, Al bangun." Alibi Arkan. Bilang saja suara mu memang tidak bagus.

Alvaro yang polos percaya saja, ia mendongakkan kepalanya dan melihat ke tiga kakak nya.

"Kalau gitu joget bang jali." Kata bang jali itu, terucap dengan sendirinya, oleh Alvaro. Arkan di buat berpikir keras.

"Bang jali?" Gumam Arkan. Sambil tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Alvaro, dan berharap agar Alvaro segera tidur.

Tiba tiba, Arkan teringat akan masa Arden sewaktu masih kecil. Di mana, Alya bilang untuk 'menghitung domba'.

"Dari pada,Al menyuruh daddy joget begituan. Lebih baik, Adek menghitung domba." Arkan berdoa di hati nya semoga berhasil.

"Di sini ngak ada domba,dad!" Hancur sudah harapan Arkan, mendengar ucapan lugu anaknya itu.

"Al, bayangkan saja. Ada sepuluh ekor domba, yang ingin masuk ke dalam kandang nya. Lalu, Alvaro hitung."

"Baiklah!"

Alvaro mulai membayangkan di pikiran nya, seperti apa yang daddy nya ucapkan. Mata yang tadi terbuka lebar,kini sudah perlahan lahan mengecil, dan setelah nya terdengar dengan halus dari Alvaro.

Arkan akhirnya bernafas lega, putra bungsunya sudah tertidur. Dengan sangat hati-hati, Arkan menaruh badan Alvaro di samping Axel. Bangsal Axel tersebut, muat untuk dua orang.

"Daddy's beloved sweet dreams." Arkan mencium sekilas kening Alvaro dan juga Axel.

"Putra sulungnya daddy sudah dewasa. maaf kan daddy, yang belom bisa menjaga kalian dengan baik," lirih Arkan.

Lalu, Arkan melangkah kakinya menuju Sofa, untuk mengistirahatkan tubuh nya. Tanpa ia sadari, Axel sudah bangun, di saat Arkan menaruh Alvaro tadi. Tapi, ia hanya pura pura tidur, sudah lama juga tak mendapat kan ciuman sayang dari daddy nya.

"Daddy adalah daddy yang terbaik, Axel sayang daddy." Batin Axel. Kemudian, Axel menyusul mereka ke alam mimpi.



TBC.

.

.






ALVARO LOUIS [END🐻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang