Happy reading ❤️Axel dan Arden terus saja berdebat, gara gara Kesayangan kambuh.
"Bukan kah, Adek dari tadi dengan mu?jadi, adek Al kambuh itu, gara gara kamu Arden." Axel menatap dingin ke arah Arden.
"Kalau nggak tahu apa apa, jangan nuduh orang sembarangan," jawab Arden dingin.
"Kak. Apa kalian berdua tidak melihat Adek lagi istirahat?" Tanya Aldo. Yang sudah kesal dengan ke dua Kakak nya itu.
Arkan hanya menempuk nempuk pelan, pundak Alvaro. Yang bergerak gelisah karena keributan Arden dan Axel.
Arden dan Axel kompak menoleh ke arah Alvaro dan Arkan.
"Ini semua gara gara kamu." Lalu Axel keluar dari ruang kerja Arden.
"Arden, keluar dulu."
Arden pun juga ikut keluar, di susul oleh Aldo dari belakang.
....................................
Aslan dan Arzan duduk santai di tepian pojok kolam renang. Menikmati sinar matahari yang menyentuh kulit putih mereka berdua.
Kini Arzan tidak lah seperti Arzan dulu, Kulit nya sudah mulai sehat dan tubuhnya pun sudah mulai berisi juga.
"Azan. Senang deh, bisa bertemu bang Aslan." Arzan menyandarkan kepalanya ke pundak Aslan.
"Abang juga senang."
"Tapi, Om Arkan? Seperti nya, tidak menyukai Azan."
"Siapa bilang? Bukan om, tapi daddy Arkan." Aslan mencium puncak kepala Arzan.
"Pokoknya,gue harus singkirkan Alvaro secepatnya." Batin Arzan.
"Mau berenang lagi tidak?" Tanya Aslan. Mengingat cuaca sudah sangat panas, Aslan berharap kalau Arzan tidak mau lagi berenang."
"Besok aja deh, bang." Arzan berdiri dari duduknya, dan berjalan masuk kembali ke Mansion, Tak perduli jika lantai nya basah. Toh, dia sudah mulai berhasil mengambil hati Aslan pikir Arzan.
.......................................
Alvaro perlahan lahan membuka matanya, dan meraba raba kasur karena sepertinya ada yang aneh 'basah'.
Alvaro membuka masker oksigen, dan duduk dari baring nya, melihat setiap sudut. Mata Alvaro tertuju ke daddy nya yang tertidur di sofa.
"Kok, basah?" Gumam Alvaro pelan.
Sambil tangannya masih meraba-raba tempat yang basah tadi, dan ternyata berasal tepat di mana Alvaro tidur, celananya pun juga ikut basah."Hah? Jangan jangan..."
Alvaro segera bangkit, kemudian melihat jelas sprei katun motif beruang itu sudah basah.
"Aduh, Gimana nih?" Alvaro mengusap wajahnya kasar, jujur ia malu. masa iya, seorang Alvaro ngompol di kasur.
Ceklek
Aldo dan Arden masuk ke kamar, dan melihat Alvaro yang sepertinya sedang kebingungan. Bertepatan dengan itu, Arkan terbangun dari tidurnya.
"Dek," panggil Aldo
Deg
"Mampus." Batin Alvaro.
Alvaro duduk kembali, di sprei yang basah tadi dan berusaha menutupi celana basah nya dengan ke dua tangan mungilnya,yang tentunya mustahil tertutup.
"Kenapa? Ada yang sakit!" Arden ingin menyentuh pipi Alvaro, tapi di tepis oleh Alvaro.
Hingga membuat Arkan dan Aldo saling tatap.
Beberapa detik pun, Aldo langsung tahu kenapa adek nya itu bersikap aneh.
"Kok ada bau, ya?" Sindir Aldo. Mengendus ngendus tubuh Alvaro, yang hanya terdiam kaku.
"Iya,ya. Seperti bau air kencing," sahut Arden. Yang juga sudah tahu apa maksud Aldo.
Arkan menatap lekat sekejur tubuh Putra bungsunya itu, kemudian melihat Alvaro yang berusaha untuk menutup celananya.
Arkan tersenyum tipis, "bayi besar ku, ternyata ngompol." Batin Arkan.
"Sudah lah, jangan mengejek adek kalian." Arkan berjalan menuju lemari yang di dekat kasur, beruntung di sana ada beberapa baju Alvaro, yang memang tersedia di sana semenjak Alvaro datang ke Mansion.
"Ma- maksud daddy apa?" Tanya Alvaro gugup.
"Ngak ada apa apa. Mari kita baju, nanti Al bisa masuk angin." Arkan langsung melepaskan baju Alvaro.
"Buat apa ganti baju dad. Baju ini kan masih...."
"Sudah basah," Potong Aldo.
"A... A... Apanya yang basah?sok tahu!" Elak Alvaro. Padahal wajah nya sekarang sudah mulai merah, karena malu.
"Jujur saja dek, lihat wajah kamu itu merah," balas Arden.
"Ada yang malu malah kucing, nih? Karena ngompol." Ejek Aldo.
Alvaro mendudukkan kepala nya malu, lalu teringat dengan Leon.
"Al ngak sengaja, salahin siluman singa tadi dad." Arkan melihat Alvaro binggung, ' siluman singa'.
"Siapa dia?"
"Leon dad." Arden yang tahu maksud Alvaro langsung menjawab pertanyaan Arkan.
"Nanti Arden cerita kan," lanjut Arden lagi.
"Sudah besar,masih saja ngompol." Aldo ingin rasanya menertawakan Adek nya itu, tapi ia takut Alvaro ngambek.
"Dasar,dodol."
Buk
Bantal melayang tepat wajah tampan Aldo, "huuuuuuuu. Ngompol."
Hahahhahahah
Lepas sudah tawa yang Aldo tahan, Alvaro yang melihat itu melempar kembali Aldo dengan batal, tapi tidak kena.
"Tidak kena." Aldo menjulurkan lidahnya mengejek.
"Daddy~" rengek Alvaro.
"Biarkan, Mendingan kita pulang saja." Arkan mengendong koala Alvaro,yang sudah memakai pakaian bersih lagi.
TBC.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO LOUIS [END🐻]
Teen FictionCover by: pin Alvaro Louis. seorang lelaki tampan dan juga imut. Harus merasakan pahitnya dunia. di usianya, yang baru saja 15 tahun. Yang di mana anak-anak seusia Alvaro, masih sekolah di bangku 1 SMA. Alvaro malah berhenti sekolah, bertepatan deng...