.
.
.
.
.
Kendra sama sekali tidak melepaskan pelukannya pada Rain, padahal saat ini mereka sudah ada di kamar Rain. Kendra tidak mungkin menenangkan Rain dihadapan semua saudaranya.Kendra hanya mengelus punggung Rain pelan, sambil sesekali mengucapkan kalimat penenang. Dia tidak pernah tega jika melihat Rain seperti ini, dia ingin Rain kembali seperti saat mereka kecil dulu, tapi itu akan sangat sulit.
"Gak ada bang, cicak nya udah ilang."
"Maaf aku tadi ndak ngeh kalau ada cicak di meja, maaf bang."
"Tarik nafas pelan-pelan bang, nanti sesek kalau abang nafasnya gitu."
Kendra tetap melakukan itu sampai Rain benar-benar tenang, bahkan kepala sang kakak sudah bersandar di pundak Kendra.
"Ken maaf." Kendra menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada Rain.
"Jangan minta maaf bang, aku yang salah karena gak liat meja dulu tadi." Rain semakin merasa bersalah pada adiknya, tidak seharusnya Kendra mengucapkan kata maaf padanya tadi.
"Mereka pasti bakal ngeliat aku aneh." Kendra menepuk pelan pundak Rain.
"Gak akan ada yang natap abang aneh, semua orang punya ketakutannya masing-masing, jadi abang gak perlu mikirin pandangan mereka."
"Istirahat aja bang, lemes kan?" Rain memberi anggukan pada Kendra, hal itu membuat Kendra melepas pelukannya.
"Abang tidur aja, nanti aku yang jelasin ke yang lain. Mereka juga harus tau apa yang abang takutin, biar kita semua bisa saling jaga." Rain hanya diam sambil menatap lekat pada Kendra yang terlihat dewasa.
"Abang tidur, tapi kamu jangan berantem sama Axel lagi ya." Kendra langsung mendengus saat mendengar nama Axel disebut.
"Aku ndak pernah cari gara-gara sama dia bang, dia aja yang suka mancing emosi ku. Dasar manja." Kendra merengut saat melihat tatapan mata Rain padanya.
"Janji sama abang, jangan bertengkar sama Axel selama abang tidur." Kendra terpaksa mengangguk.
"Iya, udah abang tidur aja."
.
.
.
.
.
Resta hanya diam saat menyusun belanjaan mereka di kulkas dan lemari dapur, pemuda itu memang meminta semua adiknya untuk pergi setelah Kendra membawa Rain ke kamar nya.Jujur saja, Resta benar-benar di buat penasaran pada Rain. Adik yang hanya berbeda bulan dengan nya itu seperti menyembunyikan banyak hal, sedangkan Kendra yang bisa dibilang mengetahui semuanya pun memilih bungkam.
Berbagai macam perkiraan sudah tersusun di dalam kepala Resta, apa yang sebenarnya terjadi pada Rain? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan hanya karena cicak? Belum lagi mengingat peringatan Kendra soal jangan menyentuh Rain sembarang, dan ucapan Kendra tadi.
"Gue pusing!" Resta bergumam pelan, beruntung saat ini dia hanya sendirian di dapur.
"Kenapa Kendra selalu melarang kami semua menyentuh Rain sembarangan? Apa yang sebenarnya sudah Rain lalui selama ini?" Resta terus saja bergumam segala pemikiran nya, dia bingung tapi tidak bisa bertanya pada siapa pun.
"Bang Resta." Resta sedikit tersentak kaget saat mendengar suara Kendra.
"Ngagetin aja!" Kendra tersenyum tipis.
"Ya habisnya, bang Resta ngapain coba duduk di depan kulkas sambil ngomel?" Resta menghela nafas panjang sebelum akhirnya menatap lekat pada Kendra.
"Jelasin semuanya ke gue Ken, gue bener-bener bingung sama keadaan Rain sekarang." Kendra menggigit bibir bawahnya saat mendengar suara tegas Resta.
"Aku memang mau ceritain ke kalian bang, tapi nunggu ngumpul aja, biar gak dua kali cerita." Resta mengangguk setuju. Maka dari itu setelah membereskan belanjaan mereka, Resta meminta semua nya berkumpul di ruang makan, ya mereka sekaligus memakan kue yang di beli Resta tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
FanfictionKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...