27. Hujan

994 169 9
                                    


.
.
.
.
.
Solo terus di guyur hujan seminggu ini, cuaca sedang tidak menentu dan membuat orang jadi malas keluar.

Anak-anak Malendra, selain beberapa diantara mereka ada kelas, mereka juga malas untuk keluar rumah. Mereka lebih senang menghabiskan waktunya di dalam kamar, seperti Noah dan Gala yang sedang mengungsi ke kamar Bagas, sedangkan Aidan sedang ada di kamar Resta dan Axel.

Resta sendiri sedang berdiam di dapur dengan laptop di hadapannya, pemuda itu sedang memeriksa pekerjaan nya.

"Resta, aku ijin keluar ya." Resta langsung mendongak dan menatap ke arah Rain yang baru saja menghampirinya.

"Mau kemana?" Rain tersenyum simpul.

"Mau ketemu klien di cafe deket sini, dia mau minta aku buat bikin desain untuk rumah nya, tapi dia minta ketemu setelah tau aku di solo." Resta mengangguk paham, dia tidak mungkin melarang Rain jika itu tentang pekerjaan nya.

"Bawa mobil kan?" Rain justru menggeleng.

"Aku mau naik ojek online aja, males nyetir. Lagi pula hujan juga udah reda." Resta menghela nafas panjang dan kembali mengangguk.

"Ya udah hati-hati, nanti kalau pulang nya hujan naik taxi aja atau telpon kita, nanti kita jemput." Rain hanya tersenyum dan mengangguk.

"Ya udah kalau gitu aku pergi." Resta menatap punggung sempit milik Rain, entah mengapa Axel merasa jika Rain menyimpan beban yang berat di pundak nya.

"Diantara kita semua, cuma kehidupan kamu sama Kendra yang gue gak tau Rain, kamu masih terlalu tertutup untuk berbagi sama gue ternyata."
.
.
.
.
.
"Bang Resta." Resta berdehem sambil menatap Kendra dan Gala yang baru saja menghampirinya.

"Kenapa?"

"Bang, masih ada roti kan?" Resta menunjuk salah satu lemari dimana menjadi tempat dia menyimpan roti ataupun sereal.

"Ada di tempat biasa, mau bikin apa?" Kendra mengedikan bahunya.

"Pingin bikin cemilan, tapi kayaknya bikin roti bakar enak deh bang." Resta hanya mengangguk dan membiarkan Kendra beralih ke arah dapur.

"Gala tungguin situ, gak usah ikut masak, nanti lecet tangannya." Gala yang mendengar seruan Kendra sudah merengut kesal, padahal dia kan juga ingin membantu.

"Udah turutin aja Kendra, duduk sini." Gala menurut dan duduk di hadapan Resta.

"Aku gak lihat bang Rain deh bang, bang Rain kemana?" Resta mematikan laptopnya sesaat setelah Gala mengutarakan pertanyaannya.

"Rain izin keluar tadi, mau ketemu klien." Gala mengangguk paham.

"Bawa mobil?" Resta menggeleng sebagai jawaban nya.

"Kok gak bawa? Nanti kalau kehujanan gimana?" Resta tersenyum dan menatap ke arah Gala yang terlihat khawatir.

"Rain bilang dia bakal naik taxi nanti, kamu gak perlu khawatir." Gala akhirnya hanya bisa pasrah dan mengangguk.

Keduanya hanya diam setelah nya, baik Resta maupun Gala sibuk dengan ponsel mereka. Tidak ada satu pun yang membuka suara, hingga Kendra datang dengan sepiring roti bakar dengan selai coklat.

"Ayo makan dulu bang, diem-dieman kayak patung aja." Resta menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan Kendra.

"Noah sama Bagas dimana?" Kendra menatap ke arah Resta yang baru saja meletakan ponselnya.

"Noah tidur bang, dan kayak nya Bagas bucin deh, sampe di temenin di kamarnya." Resta tersenyum, meskipun lahir berbeda beberapa bulan sebenarnya mereka tetap merasakan ikatan anak kembar. Bagas tidak akan pernah mau jauh dari Noah, begitu pula sebaliknya.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang