29. Keterlaluan

1.1K 184 7
                                    


.
.
.
.
.
Rain lagi-lagi terbangun sebelum subuh, pasca dia menceritakan masa lalunya pada Resta sua hari lalu, Rain selalu mengalami mimpi buruk.

Rain yang sebelumnya sudah mulai tidur teratur harus kembali mengalami insomnia, beruntung Noah yang memang hobi begadang tidak curiga akan hal itu.

Rain memutuskan membuat sarapan lebih awal, hitung-hitung membantu Resta yang jelas masih tertidur.

"Bang Rain?" Rain menoleh dan menemukan Bagas yang sepertinya baru saja bangun.

"Kok udah bangun Gas?" Bagas mendekati Rain yang baru saja selesai memasak nasi dengan mata yang masih mengerjap.

"Kebangun bang, abang juga kenapa jam segini udah bangun? Abang tidur kan?" Rain tersenyum dan mengangguk.

"Tidur kok, cuma gak tau kenapa kebangun jam segini." Bagas mengangguk saat mendengar jawaban Rain.

"Mau masak apa bang?" Bagas menatap Rain yang terdiam di depan kulkas, sepertinya pemuda itu tengah membaca menu sarapan adik-adik nya yang lain.

"Gala semalem minta sayur bayam, Noah, Kendra sama gue ngikut aja bang, bang Resta gak pernah sarapan nasi, tapi sereal sareal sama kayak Aidan, Axel pastinya roti bakar, abang sendiri mau sarapan apa?" Rain dengan cepat mengeluarkan bayam, tempe juga ayam dari dalam kulkas.

"Aku ngikut sarapan kalian aja." Bagas dengan cepat mengambil peralatan yang akan mereka gunakan untuk memasak.

"Sini sayur nya biar aku potongin terus cuci bang." Rain meletakan bayam beserta bumbu nya di meja dapur sebelum mulai mencuci ayam yang akan dia bumbui.

"Bang Rain, hari ini abang ada kerjaan gak?" Bagas bertanya tanpa menoleh pada Rain yang sedang ada di belakang nya.

"Gak ada, ada apa?"

"Gak apa bang." Rain mengernyit bingung mendengar jawaban Bagas.

"Kamu mau nyampein apa Gas? Soal kamar?" Bagas langsung berbalik dan menatap Rain dengan tatapan terkejut.

"Bang Rain tau?" Rain tertawa pelan dan mengangguk.

"Tau, Kendra, Gala sama Noah sudah pernah nanya ke aku, tapi aku juga gak bisa kasih keputusan. Yang pegang keputusan disini itu Resta, sama kayak pesan papa, jadi bisa tanyain ke Resta aja." Bagas tanpa sadar mengerucutkan bibir nya dan itu membuat Rain tertawa.

"Gue tau maksud bang Resta baik bang, tapi dan ya gue akuin kita semua jadi akrab karena sekamar berdua, aku juga gak keberatan sekamar sama Aidan, dia lucu. Noah juga keliatan fine fine aja justru bahagia karena sekamar sama abang, Kendra sama Gala juga jadi lengket karena sekamar, tapi gimana sama bang Resta? Gimana perasaan bang Resta yang sekamar sama anak haram itu bang?" Rain menghela nafas panjang, sudah bukan hal baru mendengar Bagas memanggil Axel dengan sebutan anak haram sejak kejadian gitar milik Noah.

"Itulah kenapa aku minta kalian tanya ke Resta, kalian bisa sekaligus tanya gimana perasaan Resta. Tapi Bagas, gak baik manggil Axel kayak gitu, mau gimana pun kita semua saudara, satu ayah. Gak peduli gimana cara kita lahir, entah dalam ikatan yang sah atau gak, itu gak akan bisa merubah fakta kalau kita saudara." Bagas memalingkan wajahnya saat Rain berbicara seperti itu.

"Kenapa sih bang?"

"Hm?" Rain menatap Bagas bingung saat adik nya itu bergumam pelan.

"Kenapa lo sebaik itu ke dia? Sejak awal dia udah nunjukin kalau dia gak suka sama lo bang, dia bahkan gak segan ngejahilin lo dan manfaatin phobia lo, dan lo masih bisa mikirin dia?" Rain tersenyum sebelum mengelus kepala Bagas.

"Karena aku abang kalian, mau aku marah atau benci pun gak akan merubah hal itu, aku tetap abang kalian. Tugas seorang abang itu jagain dan mastiin adek-adeknya aman dan nyaman, sama kayak yang selama ini aku lakuin ke Kendra. Lagi pula semua tindakan itu pasti memiliki sebab akibat, jadi jangan hanya melihat hanya dari satu sisi ya? Kamu juga perlu melihat dari sisi Axel, apa alasan dia sampai kayak gitu." Bagas menunduk saat Rain mengatakan hal itu.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang