.
.
.
.
.
Solo di guyur hujan semalam, padahal sejak beberapa hari lalu solo sangat panas. Bahkan membuat Noah dan Bagas yang biasa tinggal di bandung mengeluh, maklum bandung kan hawanya tidak sepanas solo.Tapi pagi ini Noah masih betah bergelung di dalam selimut, begitu juga Kendra. Sedangkan Rain sudah kembali menjadi orang pertama yang bangun pagi ini.
"Bang Rain." Rain yang baru saja akan melangkah ke kamar mandi menoleh, dia menemukan Kendra mengerjapkan matanya sambil memeluk guling milik Rain.
"Apa? Tidur lagi aja kalau masih ngantuk." Kendra hanya mengangguk.
"Nanti bangunin aku sebelum sarapan yo bang, aku ada kelas online pagi." Rain tersenyum saat mendengar suara pelan Kendra.
"Iya, nanti abang bangunin." Setelah mengatakan itu, Rain bergegas pergi ke kamar mandi. Dia punya tugas membantu Resta menyiapkan sarapan, karena menu sarapan mereka semua berbeda.
"Tumben airnya dingin banget." Rain mengernyit saat air yang mengenai tubuhnya terasa sangat dingin.
"Maaf Ken, aku gak bisa jadi abang yang baik buat kamu." Kedua netra Rain tertuju pada bekas luka goresan di pundaknya, luka yang sengaja dia gores saat hari pertama dia tinggal disini.
"Ibuk gak boleh tau kalau Kendra sering berantem sama Axel, nanti ibuk bisa marah."
.
.
.
.
.
Resta mengatakan jika beberapa diantara mereka sedang ada kelas online, jadi mereka memilih diam di kamar masing-masing. Sedangkan yang bebas hanya dia, Rain, dan Noah."Rain, aku mau nyuci di belakang ya." Rain mengangguk kecil saat Resta pamit padanya.
"Iya." Resta tersenyum kecil, dia tidak pernah mendengar suara berisik dari Rain, jadi bisa dia pastikan jika Rain adalah anak yang pendiam.
Rain mencari hal yang bisa membuat dia bekerja, tidak enak jika dia hanya duduk diam saat ini. Rain akhirnya memutuskan untuk membersihkan halaman depan, karena memang sudah banyak daun yang jatuh dan mengotori teras mereka karena hujan semalam, sedangkan orang yang membantu mereka membersihkan rumah baru datang besok.
Saat yang lain sibuk dengan kegiatannya, Axel justru sibuk dengan kotak kue kecil yang sengaja dia letakan di atas meja makan untuk menjahili Rain.
"Kalau tak taruh sini dia pasti liat, tapi gak bakal ketahuan kan ya?" Axel sibuk melihat kanan kiri saat meletakan kotak itu.
"Kayaknya aku harus keluar deh biar gak ketahuan kalau aku yang taruh." Axel terkikik geli dan bergegas pergi keluar setelah mengambil jaket nya.
Axel berniat pergi ke minimarket untuk membuat alibi, jadi saudara-saudara nya yang lain tidak akan menuduh nya, ya mungkin kecuali Kendra sih.
"Axel mau kemana?" Axel berjengkit kaget saat mendengar suara Rain. Pemuda itu tidak tau jika Rain sedang ada di teras.
Rain hanya bisa menghela nafas saat Axel sama sekali tidak menjawab pertanyaan nya, adiknya itu hanya melirik sekilas sebelum akhirnya berlalu pergi.
Rain tidak pernah tau salah nya apa, tapi sejak awal Axel memang terlihat membenci nya. Padahal Rain sendiri yakin jika dia tidak pernah bertemu dengan Axel sebelumnya.
"Bang Hujan." Rain tersenyum saat melihat Noah turun dari lantai dua.
"Kenapa?"
"Lo sibuk gak? Kayaknya sih gak ya, temenin gue main gitar yuk bang." Rain mengangguk tanpa pikir panjang, toh dia juga tidak sedang mengerjakan sesuatu.
"Ya udah tunggu sebentar ya, aku mau ambil minum dulu." Noah mengangguk dan memilih menunggu di ujung tangga, duduk di anak tangga terakhir.
Sedangkan Rain bergegas untuk pergi kedapur, Rain paling tidak suka membuat orang lain menunggu, karena dia tau menunggu itu sangat tidak menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
Hayran KurguKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...