.
.
.
.
.
Resta menatap meja makan dengan lekat, dia lega karena Axel tidak memancing emosi Kendra seperti biasanya. Jika saja itu terjadi, Resta tidak tau apa yang akan terjadi pada Axel setelah nya, mengingat emosi Kendra sedang dalam mode senggol bacok.Malam malam mereka kali ini juga hanya bertujuh, karena Rain masih betah dalam lelap nya. Lebih tepat nya pemuda itu terlelap setelah meminum obat miliknya sore tadi.
"Ken, nanti jangan lupa anterin makan buat Rain." Kendra hanya mengangguk.
"Iya bang."
Jadwal piket mereka sudah berjalan, dan sekarang adalah giliran Aidan untuk mencuci peralatan makan mereka.
"Sampah nya jangan lupa di buang ya Dan, takutnya nanti ada kecoak lagi." Aidan mengangguk dan memberi postur siap pada Bagas.
"Kalau udah selesai langsung istirahat Dan, atau lo mau ikut main sama yang lain di depan." Aidan kembali mengangguk.
"Iya bang, nanti kalau udah selesai aku ke depan." Bagas tersenyum dan meninggalkan Aidan di dapur.
Aidan tidak masalah jika dia sendirian di dapur, toh tidak ada yang perlu dia takuti.
Tak
Aidan menoleh saat mendengar suara gelas yang diletakan di atas meja.
"Buah nya sama bang Resta di simpen di kulkas." Kendra mengangguk dan segera mengambil beberapa potong buah untuk Rain.
"Ngapain koe ngeliatin aku kayak gitu?" Aidan langsung mengalihkan tatapannya.
"Gak apa, sampean gak mirip sama bang Rain." Kendra tidak menjawab karena dia tidak ingin emosi, lagi pula dia harus segera mengantar makanan pada Rain.
"Dih ditinggal gitu aja?" Aidan merengut kesal saat menyadari jika Kendra sudah tidak ada di tempatnya.
"Maafin bang Axel kalau nantinya bang Axel sering bikin bang Ken emosi, bang Axel punya alasan buat itu." Kendra memilih bergumam, dia tidak ingin mengambil resiko ada yang mendengar nya.
"Semoga mama gak tau kalau bang Axel suka mancing emosi bang Kendra."
.
.
.
.
.
Kendra menemani Rain makan di kamarnya, kakaknya itu terlihat sedikit mengantuk, entah karena efek obat nya atau memang Rain sedang ingin tidur."Habisin bang." Rain merengut tanpa sadar, apa lagi saat menyadari jika nasi di piring nya masih setengah.
"Kenyang." Kendra menggeleng, dia tau kebiasaan Rain saat makan, kakak nya itu akan bilang kenyang saat mood nya sedang buruk.
"Sini aku suapin bang, abang baru makan enam sendok." Rain menggeleng, tapi Kendra tetap memaksa untuk menyuapi Rain.
"Udah Ken." Kendra akhirnya mengalah, paling tidak Rain makan setengah dari porsi makannya.
"Mau langsung tidur lagi?" Rain hanya mengangguk.
"Masih pusing ya?" Rain tidak menjawab dan memejamkan matanya.
"Kendra." Kendra yang sedang membereskan piring bekas makan Rain langsung menoleh.
"Kenapa bang?" Rain kembali duduk dan membuka tangannya, hal itu membuat Kendra langsung memeluk sang kakak.
Grep
"Aku disini kok bang, aku gak bakal ninggalin abang. Abang tenang aja." Kendra mengelus punggung Rain pelan, menenangkan perasaan gelisah yang pasti tengah Rain rasakan saat ini.
"Kita punya banyak saudara sekarang bang, jangan takut lagi."
Kendra melakukan itu hingga Rain kembali terlelap, Kendra terlampau hafal dengan sang kakak jika phobianya baru saja kambuh.
Rain akan gelisah dan sering overthinking, itulah kenapa Kendra selalu berusaha ada di dekat Rain.
"Maafin aku yo bang, maaf gara-gara aku abang jadi punya phobia itu." Kendra menunduk sambil merapikan selimut Rain.
"Seharusnya waktu itu abang gak gantiin aku."
.
.
.
.
.
Axel mendengar penjelasan Kendra tentang ketakutan Rain terhadap cicak tadi siang, tapi dia melewatkan penjelasan Rain soal phobia terhadap sentuhan yang Rain alami.Axel tersenyum senang saat dia menemukan kelemahan Rain, ternyata anak yang di banggakan ibu nya itu tidak sesempurna yang terlihat.
"Ternyata dia punya kelemahan, dia gak sesempurna itu." Axel mulai menerawang, apa yang akan dia lakukan untuk menjahili Rain.
"Kayaknya aku harus berburu cicak buat ngejahilin dia, salah sendiri dia bikin mama selalu ngebandingin aku sama dia." Axel kembali bergumam, dia selalu kesal tiap ingat jika sang mama selalu membandingkan dia dan Rain.
"Besok pagi mau aku kasih cicak ah, mau liat kayak gimana kalau dia ketakutan." Tanpa sadar Axel sudah tersenyum hanya karena membayangkan Rain yang ketakutan.
"Axel, kenapa senyum-senyum?" Axel tersentak saat mendengar suara Resta.
"Ah bang Resta, gak bang aku cuma keinget sesuatu yang lucu." Resta tersenyum saat mendengar jawaban Axel. Menurut Resta Axel itu sangat menggemaskan jika tidak sedang memancing emosi Kendra.
"Ya udah sana tidur, udah malem." Axel mengangguk.
"Habis ini bang, abang gak tidur?" Resta menggeleng.
"Gue mau mastiin semua tidur dulu baru tidur, kalau gitu gue keluar dulu." Axel mengangguk. Pemuda itu menatap lekat pada punggung Resta yang keluar dari kamar mereka.
"Paling gak aku punya bang Resta yang gak kayak dia."
.
.
.
.
.
Noah sedikit merasa asing saat melihat Rain sudah terlelap saat dia masuk ke dalam kamar, biasanya Rain akan selalu menjadi temannya begadang, tapi kali ini sepertinya dia juga akan tidur cepat. Dia tidak ingin mengganggu istirahat Rain dengan begadang dan berisik karena anime."Noah, aku nginep sini ya." Noah menoleh dan menemukan Kendra tengah berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Hah? Tumben?" Kendra berjalan mendekati ranjang Rain dan duduk di pinggirnya.
"Jaga-jaga kalau bang Rain mimpi buruk terus kebangun." Noah mengangguk tanpa banyak tanya, karena dia tau pasti Kendra khawatir pada Rain.
"Ya udah tidur aja, lampu gue matiin gak apa kan?" Kendra mengangguk.
"Aku bersyukur kamu yang sekamar sama bang Rain loh Noah." Noah mengernyit bingung, kenapa Kendra bersyukur? Bukannya khawatir soalnya Rain jadi sering begadang.
"Hah? Gimana?"
"Iya aku bersyukur, kamu gak kayak anak manja itu. Aku gak bisa bayangin kalau bang Rain sekamar sama anak manja itu, bisa-bisa abang ku sakit hati tiap hari." Noah mengangguk setuju saat Kendra mengatakan itu.
"Itu anak emang manja banget sih, sukanya mancing emosi orang aja. Lo kan korban nya." Kendra mengangguk semangat.
"Iya tuh, aku gak tau loh aku sama bang Rain salah apa ke dia? Tapi suka banget ngehina bang Rain, dasar gak sadar diri."
Beruntung Rain tertidur karena efek obat jika tidak sudah di pastikan pemuda itu akan terbangun dan menegur Kendra juga Noah. Sepertinya jangan pernah dekatkan Kendra dan Noah, karena mereka berdua akan menghabiskan waktu untuk menjulid bersama.
"Kayak nya itu anak iri sama bang Rain deh." Kendra mengernyit.
"Ngapain iri? Lagian apa yang mau di iri dari bang Rain? Aneh banget." Kendra mengedarkan tatapan nya setelah mengatakan itu.
"Oh ya Noah." Noah langsung menoleh dan menatap bingung pada Kendra.
"Kenapa?"
"Makasih, karena sekamar sama kamu, bang Rain jadi punya temen begadang."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat pagi
Ada yang nungguin book ini gak?
Axel mulai bertingkah kayaknya ya...Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
FanfictionKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...