11. Ke kampus

1.2K 178 9
                                    


.
.
.
.
.
Seminggu setelah kejadian pertengkaran Kendra dan Axel, suasana rumah terasa sangat panas. Semua itu karena seisi rumah memilih mendiamkan Axel, ya kecuali Resta juga Rain. Meskipun Rain sendiri selalu di larang berdekatan dengan Axel.

Kendra dan Noah selalu terlihat ingin menghajar Axel setiap kali mereka berpapasan, jika saja bukan karena Rain yang melarang mereka, sudah pasti Kendra dengan senang hati menghajar Axel.

"Ken." Kendra langsung menoleh saat Rain memanggilnya.

"Kenapa bang? Perlu sesuatu?" Rain menggeleng.

"Kamu yang kenapa? Mau sampai kapan diem-dieman sama Axel?" Ekspresi Kendra langsung berubah masam, dia tidak suka jika Rain masih saja membela Axel, padahal anak itu bahkan sudah menyumpahi Rain agar mati saja.

"Bang, aku gak suka kalau abang terus belain dia. Dari awal aku gak suka sama dia, dan sekarang makin gak suka. Dia udah doain abang mati kemarin dan aku gak bisa maafin itu." Rain tersenyum lembut, dia sangat tau alasan Kendra membenci Axel.

"Ken, abang tau kamu marah, tapi kan gak enak kalau diem-dieman sama orang yang tinggal serumah? Jangan sampai nanti papa tau." Kendra menaikan sebelah alisnya saat Rain mengatakan itu.

"Ya bagus kalau papa sampai tau bang, biar papa tau kalau anak manja kesayangannya udah nyumpahin kakak nya mati." Kendra dan Rain serempak menoleh, mereka melihat Noah yang baru saja masuk ke kamar.

"Nah setuju sama Noah, biar aja papa tau. Lagian semua juga tau kalau itu bener, Axel emang bilang kayak gitu di hadapan kita semua. Bahkan dia masih sering ngejahilin abang seminggu ini, bukannya jera udah di diemin orang serumah tapi malah makin jadi!" Rain tidak bisa lagi mengatakan apapun, karena Kendra benar. Axel masih sering menjahilinya dengan cicak meskipun hanya dari jauh.

"Terserah kalian saja."
.
.
.
.
.
"Bang Rain!" Rain yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menoleh mendengar panggilan dari arah tangga.

"Kenapa Gas?" Bagas menunjuk ke arah kamar Kendra dan Gala.

"Tadi di cariin Gala, katanya mau minta tolong." Rain tersenyum dan mengangguk.

"Makasih udah kasih tau ya." Bagas ikut mengangguk dengan senyum lebar, sebelum akhirnya kembali melangkah turun.

Rain segera pergi ke kamar Gala dan Kendra, karena sangat jarang Gala mencari nya untuk minta bantuan. Adiknya satu itu terlalu pendiam, sama seperti nya.

Tok

Tok

Tok

"Gala." Rain tetap mengetuk pintu meskipun dia tau, dia bisa langsung masuk kedalam.

Cklek

"Bang Rain." Rain tersenyum saat Gala membuka pintu kamarnya.

"Kata Bagas, tadi kamu cari aku?" Gala mengangguk, dia terlihat sedikit ragu untuk mengatakan tujuan nya.

"Ada apa Gal? Gak apa bilang aja." Gala meremas tangannya erat.

"Mau minta tolong anterin ke kampus." Rain mengerjap saat Gala berhasil mengatakan maksudnya, meskipun dengan suara pelan.

"Kapan? Sekarang?" Gala mengangguk, dia senang karena tidak mendapat teguran atau kemarahan di wajah Rain.

"I-iya bang, nanti siang tugas nya udah harus di kumpul." Rain kembali tersenyum.

"Ya sudah, sana kamu siap-siap, aku juga mau ganti baju." Gala mengangguk, dan tersenyum tanpa sadar.

"Senyum kamu indah Gal, coba lebih sering tersenyum sekarang."
.
.
.
.
.
Gala menatap kedua kakak tertuanya yang duduk di bangku depan, dengan Rain yang menyetir mobil. Resta memaksa ikut dengan alasan dia ingin menghafal jalanan, agar tidak hanya Rain dan Kendra yang menjadi supir mereka nantinya.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang