.
.
.
.
.
Rain lagi-lagi terbangun tengah malam karena mimpi buruknya, pemuda itu mencoba mengatur nafasnya yang tersengal sembari menatap langit-langit kamarnya yang gelap.Rain menatap ke samping, tepat ke arah kasur Noah berada. Adik tinggi nya itu belum tidur namun telinganya tertutup headphone hingga membuat nya tidak sadar jika Rain terbangun.
Rain menatap Noah sedikit lebih lama, pemuda itu terlihat serius dengan laptopnya. Entah sedang menonton anime atau sedang mengerjakan sesuatu, Rain tidak tau.
Sret
"Loh, bang kok bangun?" Noah menoleh setelah melihat pergerakan dari kasur Rain.
"Haus." Noah menatap Rain setelah meletakan laptopnya di atas kasur.
"Bukan karena mimpi buruk?" Noah menatap lekat wajah Rain setelah melepas headphone nya, memperhatikan ekspresi di wajah Rain.
"Jangan bohong bang, gue tau lo mimpi buruk tiap malem." Rain menghela nafas panjang.
"Kamu tau? Aku ganggu kamu tidur ya sebelumnya?" Noah menggeleng.
"Gue tau karena gue belum tidur bang, jangan pernah ngerasa lo ganggu gue." Rain menekuk lututnya dan meletakan dagunya pada lutut.
"Noah, mau tuker kamar aja?" Noah sedikit terkejut mendengar ucapan Rain.
"Tuker kamar? Lo keganggu sama gue bang?" Rain menggeleng.
"Bukan, aku gak pernah terganggu kok, justru aku takut ganggu kamu, aku gak tau kapan aku bakal berhenti mimpi buruk, aku takut nantinya kamu keganggu." Noah menggeleng dan beranjak dari kasurnya untuk pindah ke kasur Rain.
"Bang Hujan, gue gak pernah terganggu, gue seneng sekamar sama lo, jadi jangan minta tuker kamar." Rain menatap lekat pada Noah yang sudah duduk di depannya.
"Noah, kenapa kamu percaya sama aku?" Noah mengerjap sebelum akhirnya tersenyum tipis.
"Kalau pertanyaan itu gue balik ke lo gimana bang?" Rain terdiam, dia tidak menyangka Noah akan mengatakan itu.
"Kenapa lo percaya sama gue bang?"
"Karena kamu saudara ku, adik ku." Noah kembali tersenyum.
"Berarti itu juga jawaban gue bang, gue percaya karena lo saudara gue, abang gue. Sama kayak Bagas."
.
.
.
.
.
Noah tetap duduk di depan Rain yang terlihat melamun, pemuda mungil itu terlihat berbeda dengan malam-malam sebelum kabar duka itu datang."Bang, balik tidur gih, masih jam satu malem ini." Rain menggeleng.
"Gak akan bisa tidur lagi, gak apa noah, kalau kamu mau tidur, tidur aja duluan." Noah menghela nafas panjang.
"Gue juga gak bisa tidur bang." Noah kembali menatap Rain lekat.
"Bang, lo laper gak? Temenin gue makan mie yok." Rain menatap Noah sekilas sebelum akhirnya mengangguk.
"Ayo." Noah tersenyum saat Rain menyetujui ajakannya.
Noah sengaja mengajak Rain makan, karena dia tau pemuda mungil itu tidak makan malam. Saat mereka makan, Rain hanya diam di kamar dan Kendra meminta yang lain agar tidak mengganggu.
"Pelan-pelan bang." Noah menahan tubuh Rain yang terhuyung di tangga karena salah menginjak anak tangga.
"Gak kelihatan." Noah tersenyum geli saat mendengar jawaban Rain.
"Lo mau juga bang?" Rain mengangguk, karena jujur saja dia merasa lapar.
"Boleh, sini deh biar aku yang masak." Noah menggeleng dan menjauhkan tiga bungkus mie yang ada di tangan Noah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
FanfictionKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...