.
.
.
.
.
Noah selalu menghindari berada di tempat yang sama dengan Axel, karena dia tidak ingin terpancing emosi. Apa lagi setelah kejadian minggu lalu, ucapan Axel berhasil membuat amarah yang selama ini dia pendam kembali meledak.Jika saja bukan karena Bagas, juga Rain yang masih saja bersikap baik pada Axel, sudah dipastikan jika Noah akan menghajar saudaranya itu.
"Ken, lagi apa lo?" Noah memutuskan selalu ada di sekitar Kendra saat tau jika Rain pergi mengantar Gala ke semarang, bersama Resta pula.
"Lagi mantengin video, gabut soal nya." Noah mengangguk sebelum akhirnya memutuskan berbaring di sebelah Kendra yang memang sedang duduk di gazebo belakang.
"Bang Hujan, bang Resta sama Gala langsung balik atau nginep disana?" Kendra melirik ponselnya yang menampilkan balasan pesan dari Rain.
"Langsung balik katanya, bang Rain ada kerjaan besok, jadi harus balik." Noah terdiam sebelum akhirnya merubah posisinya dan menatap Kendra lekat.
"Ken, anak manja itu gak cari gara-gara ke lo lagi kan?" Kendra menggeleng.
"Buat sekarang sih gak ya, gak tau nanti. Dia kan suka cari gara-gara kalau ada bang Rain doang, dia gak tau aja bang Rain itu serem kalau udah marah." Noah melebarkan matanya saat mendengar ucapan Kendra.
"Bang Hujan serem kalau marah?" Kendra mengangguk.
"Aku pernah liat bang Rain marah waktu masih sd, waktu itu bang Rain bahkan berani ngelawan kakak kelas karena mereka gangguin aku." Kendra sedikit begidik saat mengingat bagaimana amarah Kendra kecil dulu.
"Persis namanya ya?" Kendra beralih menatap Noah bingung.
"Hah?"
"Rain, Hujan. Hujan kan kalau udah ngamuk bisa jadi badai, bisa menghancurkan apapun yang ada di depannya."
.
.
.
.
.
Axel mengepalkan tangannya saat lagi-lagi Bagas hanya diam saat berpapasan dengan nya, semua itu pasti gara-gara pertengkarannya dengan Kendra minggu lalu.Seisi rumah mendiamkannya, bahkan Resta pun yang terlihat biasa saja juga lebih diam dari pada biasanya.
"Minggir." Axel tetap diam meskipun Noah memintanya minggir.
"Heh anak manja, lo bisa gak sih gak berdiri di tengah jalan? Lo ngehalangin jalan anjir!!" Axel sedikit tersentak saat mendengar bentakan Noah.
"Gak usah bentak-bentak!" Noah menatap datar pada Axel, sebisa mungkin menahan emosi nya.
"Noah cepetan!" Noah berdecak saat mendengar teriakan Bagas dari arah gazebo belakang, di tempat yang sama dengan Kendra.
"Minggir!" Tubuh Axel di dorong ke arah samping oleh Noah, apa Axel tidak sadar jika dirinya menutupi jalan untuk masuk ke dapur?
Axel mengepalkan tangannya, terutama saat melihat Bagas tengah menggoda Kendra. Axel kesal, marah, kenapa hanya dia yang di diamkan? Kenapa mereka tetap berbicara bahkan bercanda dengan Kendra?
"Lo gak bakal bisa nyaingin Kendra, anak manja." Axel melotot saat Noah sengaja berbisik ke telinganya sebelum menghampiri Bagas dan Kendra.
"MAKSUD MU APA HAH?!" Bagas dan Kendra langsung menoleh saat mendengar teriakan Axel, berbeda dengan Noah yang langsung memasang wajah kesal.
"Ck, mulai lagi anak manja itu." Kendra memutuskan kembali fokus pada ponselnya, malas meladeni tingkah Axel.
"Ini rumah bukan hutan, gak usah teriak-teriak!" Axel melangkah maju mendekati Noah yang berdiri di depan gazebo.
Brak
"Maksud mu apa bilang gitu hah?!" Noah tertawa kecil saat Axel mencoba mendorong tubuhnya, yang tentu saja tidak akan membuat tubuh bongsor Noah jatuh.
"Lo bisa gak sih gak usah cari gara-gara, lo kira kita semua seneng liat tingkah sok lo itu hah?!" Axel mengepalkan tangannya saat Noah mengatakan hal itu.
"Gue tau apa yang ada di pikiran lo anak manja, gak usah sok mikir mau ngejahilin Kendra dan ngebuat dia berantem sama lo. Kita semua disini tau kalau yang suka cari masalah itu lo!" Bagas menghela nafas mendengar ucapan ketus Noah, jika di teruskan Noah akan terpancing emosi.
"Noah udah!" Noah berdecak kesal saat Bagas menegurnya.
"Heh lo juga anak manja, takut kan lo sama Bagas?" Noah melirik kesal pada Axel yang terus saja mencoba memancing emosinya.
"Axel, lebih baik lo diem." Bagas menatap tajam pada Axel, dia masih kesal karena ucapan Axel tentang kasih sayang ayah waktu itu.
"Heh, dia kakak gue, terserah gue mau takut atau gak ke Bagas. Dari pada lo bisanya cari ribut mulu, gak diajarin ngehargai orang sama mama lo ya? Harusnya lo itu ngaca, harusnya mulut lo itu diem waktu kita semua diem sialan!" Bagas menghela nafas, Noah sudah mengeluarkan emosi nya saat ini, dan Bagas tidak yakin bisa menghentikan amarah Noah.
"Gas, mending kamu panggil Aidan deh, aku ngeri ntar tuh anak manja di gebuk sama Noah." Bagas segera mengirim pesan pada Aidan yang terlihat sedang online.
"Gak udah bawa-bawa mama!! Kamu gak pernah di ajarin papa buat ngehargai perempuan ya?!" Emosi Noah semakin meledak saat Axel kembali menyangkutkan pada sang papa.
"GAK PERNAH! KENAPA? LO KIRA KARENA SIAPA GUE GAK PERNAH DIAJARIN PAPA? KARENA LO SIALAN!!" Bentakan kasar Noah berhasil membuat Axel terkejut, bahkan Aidan yang ingin menghampiri Axel pun berhenti tidak jauh dari mereka.
"BUNDA GUE SELALU NGAJARIN GUE BUAT NGEHORMATIN SEMUA ISTRI PAPA, TERMASUK MAMA LO! TAPI LO DENGAN GAK TAU DIRINYA MALAH NGUNGKIT KASIH SAYANG PAPA!" Bagas segera mendekat ke arah Noah, berusaha menarik adik nya menjauh.
"Noah udah!" Tapi bukannya tenang, Noah justru menatap tajam pada Bagas.
"Jempe hela a, urang kudu ngabejaan budak anu ogoan ie lamun anu dirasaken ku kabeh teh gara-gara maneh! (Diem dulu a', aku harus kasih tau anak manja ini kalau semua yang kita alami itu gara-gara dia!)" Bagas tidak bisa lagi menahan Noah, terutama saat Kendra menariknya menjauh.
"Lo anak manja! Yang kerjaannya selalu minta papa cepet pulang dengan berbagai alasan waktu papa lagi ngunjungin anak-anak nya yang lain, lo itu serakah sialan!" Axel memejamkan matanya saat Noah kembali membentaknya, bentakan itu berhasil membuat rasa takut Axel muncul.
"Ada apa ini?" Suara tegas Resta membuat Bagas, Kendra dan Aidan menghela nafas lega.
"Noah, bisa ikut aku sebentar." Rain yang sadar atas emosi dan amarah Noah mencoba berbicara dengan salah satu adiknya itu.
"Ck." Noah berdecak kesal namun tetap berjalan menghampiri Rain yang berdiri diambang dapur.
"Kendra, sana ke kamar sama Gala." Kendra langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Gala yang ada di sebelah Resta. Kendra merangkul pundak Gala dan segera membawa pemuda itu ke kamar mereka, sama seperti Rain dan Noah.
Resta memilih menghampiri Axel, Aidan juga Bagas yang masih ada disana.
"Ada apa?" Resta menatap Bagas yang terlihat sedikit menahan amarah nya.
Grep
Aidan segera memeluk tubuh Axel yang bergetar, rasa takut nya akan bentakan membuat nya seperti itu.
"Tanyain aja sama Axel, bang." Resta menghela nafas, kenapa lagi-lagi Axel? Dan kali ini dengan Noah.
"Gue mau nyusulin Noah bang." Resta hanya mengangguk.
"Gue diem bukan berarti gue bisa terima semua tingkah lo Xel, sama kayak Kendra yang gak rela bang Rain lo jahilin, sama kayak Aidan yang gak rela kalau lo di bentak-bentak, gue juga gak suka dan gak pernah rela kalau ada yang nyenggol Noah." Setelah mengatakan itu Bagas berlalu dari hadapan ketiganya.
"Aidan ajak Axel ke kamar nya, jangan tinggalin dia. Gue gak tau lagi harus ngomong apa ke dia."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat siang
Grantha kembali...
Ada yang nungguin gak?
Penasaran sama siapa disini?
Rain? Resta? Axel? Atau yang lain?Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
FanfictionKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...