28. Masa lalu Rain

1K 183 8
                                    


.
.
.
.
.
Resta duduk diam di kasur Noah, menunggu Rain mendekat dan memulai ceritanya. Sebelum pergi ke solo dua bulan lalu Resta sudah mendengar garis besar kehidupan adik-adiknya dari sang papa namun baru Resta sadari jika sang papa tidak menceritakan soal Rain dan Kendra, kecuali hanya memberi tahu nama dan di kota mana adik dari istri kedua sang papa itu tinggal.

"Resta, janji dulu sama aku, kamu gak akan ceritain ini ke adek-adek yang lain terutama Kendra." Resta mengernyit, kenapa Rain ingin menyembunyikan hal ini?

"Kenapa?" Rain menatap lekat pada wajah kakak satu-satu nya itu.

"Aku gak mau Kendra sedih atau marah saat tau hal ini." Resta akhirnya memilih mengangguk, asal Rain mau bercerita padanya.

"Gue gak ngerti kenapa kamu mau nyembunyiin ini Rain, bahkan dari Kendra. Tapi satu hal yang aku tau bahkan papa juga gak pernah tau soal itu kan?" Rain terdiam mendengar ucapan Resta.

"Bagaimana kamu tau?"

"Papa cerita soal semua anak-anak nya sebelum gue berangkat kesini, tapi papa sama sekali gak cerita banyak soal kamu sama Kendra, jadi aku ambil kesimpulan kalau papa gak tau banyak soal kehidupan kalian." Rain mengangguk.

"Ya, papa memang gak tau banyak soal kami, selain karena ibuk membatasi komunikasi kami, papa juga jarang mampir ke rumah kami, sekalipun mampir pasti hanya satu atau dua jam setelah itu papa akan pulang ke surabaya karena Axel."
.
.
.
.
.
Jogja 2008

Rain kecil baru saja mendapatkan hadiah pertamanya dari sang ibu, lebih tepatnya hadiah yang sangat diinginkannya sejak lama.

Sebuah gitar berwarna hitam terpampang apik di dalam tas nya dan berhasil membuat Rain memekik senang, bahkan hal itu menular pada Kendra yang ikut memekik senang.

"Gitar nya buat Rain buk?" Milia mengangguk dan tersenyum lembut.

"Iya itu buat Rain, Rain bilang mau belajar main gitar kan?" Rain mengangguk kecil dan dengan semangat Rain mengambil gitar itu dengan tangan kecil nya.

"Ibuk ibuk, papa kapan kesini? Kendra kangen, papa janji mau datang." Milia tersenyum dan mengelus kepala putra bungsu nya.

"Nanti papa kesini, tapi Kendra harus jadi anak pinter ya?" Kendra mengangguk antusias, sebelum akhirnya beralih pada Rain yang sibuk memetik senar gitar nya asal.

"Kendra mau coba!" Rain langsung membiarkan Kendra memainkan gitar miliknya.

"Ibuk makasih, Rain suka." Milia kembali tersenyum.

Melihat senyum kedua putranya membuat hati Milia tenang, beberapa hari lalu Rain sempat sedih karena sang papa ingkar janji untuk mengambil raport miliknya, itulah alasan Milia membelikan sang sulung gitar sesuai kemauan putra nya itu.

"Sudah, nanti lagi main gitar nya, nanti minta ajari mas Hilham ya?" Rain dan Kendra mengangguk paham dan segera meletakan kembali gitar itu di tempat semula.

"Ibuk masak apa? Masak ayam gak?" Milia mengangguk.

Ibuk masak opor ayam sama sayur bayam, jadi siapa yang mau makan?" Kendra dan Rain langsung mengangkat tangannya serempak.

"Kendra mau makan buk!"

"Rain juga, tapi mau yang banyak ya buk!"
.
.
.
Jogja 2010

"Rain, jagain adek nya ya, nanti kalau pulang tunggu ibuk jemput." Rain mengangguk mengiyakan.

"Kendra, jangan jauh-jauh dari abang ya. Inget gak boleh ikut atau ngobrol sama orang yang gak di kenal." Kendra mengangguk-angguk.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang