33. Keputusan mengejutkan Rain

1.3K 194 18
                                    


.
.
.
.
.
Noah keluar dari kamar setelah alarm ponselnya berbunyi, ini kali pertama Noah bangun tanpa di bangunkan oleh Bagas.

Noah menatap Kendra dan Gala yang masih tertidur, sebelum akhirnya memutuskan beranjak keluar kamar.

"Noah, udah bangun?" Noah melirik sekilas ke arah Nita yang kebetulan melihatnya keluar dari kamar.

"Iya tante, lihat bunda gak?" Nita tersenyum tipis dan menunjuk kearah kamar Rain.

"Di kamar Rain sama Bagas, baru saja masuk. Katanya mau ngecek keadaan Rain." Noah mengangguk dan berlalu menuju kamar Rain, tanpa menghiraukan ucapan Nita sedikit pun.

"Bagas sama Noah gak akan pernah bisa nerima aku." Nita bergumam pelan sebelum beranjak pergi.

Sedangkan Noah yang baru saja masuk ke kamar Rain langsung di sambut oleh tatapan bingung bunda juga kembarannya.

"Tumben kamu bangun tanpa di bangunin dek?" Noah merengut saat kembali mendengar panggilan dek dari sang bunda.

"Noah di sini juga abang loh bun, masih aja di panggil dek, cocok nya panggilan dek itu buat Kendra." Fatma tersenyum mendengar gerutuan sang anak.

"Sama aja lah, lo sama Kendra sama-sama dek." Noah semakin merengut saat mendengar balasan Bagas.

"Bun liat tuh si aa." Fatma tertawa pelan melihat tingkah kedua putranya.

"Oh iya bun, bang Hujan gak papa kan?" Alis Fatma menukik saat mendengar panggilan Noah.

"Bang Hujan?" Noah mengangguk.

"Noah manggil bang Rain, bang Hujan bun. Aneh nya bang Rain gak protes apapun, malah iya iya aja." Noah tertawa pelan sebelum duduk di pinggir kasur Rain.

"Rain gak papa, semalem memang sempat drop tapi pagi ini udah gak papa. Tapi mungkin dia nanti masih ngerasain pusing sama lemes, kamu bisa jagain abang nya disini Noah?" Noah langsung mengangguk tanpa pikir panjang.

"Bisa bun, mending sih Noah jagain bang Hujan dari pada ngeliat papa sama anak manja kesayangannya."
.
.
.
.
.
Suasana rumah minimalis peninggalan Milia tampak ramai karena banyak sekali pelayat yang datang, rekan kerja hingga teman-teman wanita itu juga datang, bahkan teman-teman Kendra juga ikut datang karena tau jika ibu temannya itu sangat baik.

Hanya Kendra yang ada di depan untuk menemui tamu yang datang, karena Rain benar-benar di larang keluar kamar oleh Fatma, ditambah lagi tubuhnya masih sangat lemas.

"Bang Kendra, disuruh mama Lily makan dulu." Kendra menoleh dan tersenyum tipis pada Aidan, karena memang sejak awal Kendra tidak pernah bermasalah dengan Aidan.

"Iya, habis ini." Aidan mengangguk namun memilih duduk di sebelah Kendra.

"Kenapa?" Aidan menggeleng.

"Bang, abang beneran benci sama bang Axel?" Kendra melirik sekilas sebelum menghela nafas pelan.

"Perlu aku jawab ya?" Aidan beralih menatap Kendra yang masih diam menatap lurus kedepan.

"Seandainya abang mu itu gak cari gara-gara sama bang Rain, aku gak akan semarah atau sebenci ini sama dia. Sejak kita tinggal di solo, aku udah coba nerima dia, tapi sayang nya dia terus aja cari masalah." Aidan menunduk mendengar kalimat panjang Kendra.

"Bang Axel sebenernya gak benci sama bang Rain bang, bang Axel cuma gak suka selalu di bandingin sama bang Rain." Kendra mengernyit dan menoleh pada Aidan.

"Maksud kamu? Siapa yang bandingin Axel sama bang Rain?" Aidan menunduk dan tersenyum sendu.

"Mama." Jawaban Aidan jelas membuat Kendra terkejut.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang