31. Kabar duka

1.1K 185 22
                                    


.
.
.
.
.
Resta menatap adik nya satu persatu, pemuda itu menghela nafas saat melihat wajah babak belur Axel. Resta tau pukulan Noah tidak pernah bisa dianggap main-main, dan ini sudah kedua kali nya Axel babak belur karena Noah.

"Jangan hubungi ibuk bang." Ucapan Kendra membuat Resta yang baru saja akan membuka suara terkejut.

"Gimana kamu tau kalau gue mau minta kamu hubungi ibuk Ken?" Kendra yang setia menggenggam tangan dingin Rain langsung menatap ke arah Resta.

"Tapi kenapa Ken? Ibuk harus tau keadaan bang Rain saat ini kan?" Kendra mengangguk.

"Kalau kita hubungi ibuk sekarang, ibuk pasti panik. Aku gak mau ibuk panik terus mutusin nyetir sendiri ke sini, aku takut." Bagas menghela nafas dan menatap ke arah Resta.

"Terus gimana? Kalau papa? Gak mau di hubungi juga?" Kendra mengepalkan tangannya yang bebas.

"Papa harus tau, papa harus liat apa yang udah di lakuin sama anak manja kesayangannya." Noah mengangguk setuju dengan ucapan Kendra, sedangkan Aidan hanya bisa menggigit bibir bawahnya, dia tidak akan bisa melindungi sang kakak jika papa dan mama nya tau soal ini.

"Kalau gitu biar gue yang hubungi papa nanti, biar papa bisa langsung kesini. Terus soal ibuk gimana Ken?" Bagas menatap Aidan yang sedari tadi hanya terdiam.

"Gimana kalau gue sama Aidan yang kasih kabar ke ibuk? Kita berdua yang pergi ke jogja besok pagi, biar ibuk gak nyetir sendirian ke sini." Resta mengangguk.

"Boleh, kalau kalian gak keberatan tolong besok pagi jemput ibuk ya."
.
.
.
.
.
Bian tidak tau kenapa Resta tiba-tiba memaksa dirinya dan Nita untuk pergi ke solo sore itu juga, putra pertamanya itu hanya mengatakan jika ada hal penting yang harus dirinya dan Nita tau, bahkan Resta meminta mereka pergi menggunakan pesawat agar cepat.

Bian sebenarnya tidak mau menuruti anak-anak nya saat tidak tau alasannya, tapi mengingat jika yang meminta adalah Resta, maka mau tidak mau Bian dan Nita langsung terbang ke solo.

Resta adalah anak yang tidak akan memaksa Bian datang saat itu juga jika tidak benar-benar penting atau terdesak, Resta lebih memilih mengatasinya sendiri dan baru akan menggunakan kekuasaan saat di butuhkan.

"Ada apa ya mas? Kenapa kita tiba-tiba harus ke solo?" Bian menggeleng saat Nita bertanya, mereka baru saja turun dari pesawat.

"Aku juga gak tau, Resta gak bilang apapun kecuali minta kita langsung ke sini." Nita terdiam, entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak tenang.

"Sebentar biar aku hubungi Resta, kita cari taxi dulu saja." Nita hanya menurut saat mendengar ucapan Bian.

Bian sendiri sudah sibuk dengan ponselnya untuk menghubungi Resta.

Tut

Tut

Tut

"Halo Resta."

"Halo pa, papa udah berangkat?"

"Papa sama mama Nita udah sudah sampai solo, setelah ini papa sama tante Nita bakal langsung ke rumah."

"Gak usah ke rumah pa, percuma gak ada orang."

"Kalian dimana? Ada aoa sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba minta papa sama mama Nita untuk ke solo?"

"Papa sama mama Nita langsung ke rumah sakit Praja aja, nanti Resta jelasin semuanya disana."

"Siapa yang sakit? Kenapa kalian dirumah sakit?" Ucapan Resta sebelum nya jelas membuat Bian panik.

"Rain, sekarang papa kesini aja nanti Resta ceritain semua nya!"

Panggilan itu diakhiri sepihak oleh Resta, hal itu langsung membuat Bian segera menghampiri Nita yang sudah mendapatkan taxi.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang