43. Ketakutan Rain

996 150 15
                                    


.
.
.
.
.
Axel meruntuki dirinya sendiri saat tidak bisa melawan Bima, membiarkan Bima membawanya dan Rain ke sebuah rumah kosong di pinggiran kota solo.

Rain belum sadar, dan Axel cukup khawatir akan hal itu, terutama mengingat jika balok yang digunakan Bima untuk memukul Rain itu cukup besar.

"Bang Rain, maaf." Axel hanya bisa bergumam maaf saat ini.

"Bang, ayo cepet sadar, aku takut." Axel mengepalkan tangannya, jika saja dia lebih peka mungkin dia tidak akan mengajak bodyguard yang sudah membelot itu.

"Ugh." Axel dengan cepat mendekati Rain, sebenarnya Axel ingin memeluk Rain saat melihat kedua netra hitam Rain terlihat.

"Bang Rain." Rain mengerjap beberapa kali sebelum benar-benar fokus pada Axel.

"Axel." Axel menghela nafas lega saat mendengar suara Rain.

"Bang, maafin aku, maaf aku gak bisa ngelawan mereka." Rain menggeleng pelan, karena jujur saja kepalanya terasa sangat sakit sekarang.

"Om Bima?" Axel mengangguk.

"Hape kamu?" Axel menggeleng, dan itu sudah memberitahu Rain jika Bima mengambil ponsel milik Axel.

"Bang Rain gak apa?" Rain mengangguk.

"Gak apa, kamu tenang aja. Kita cuma berharap Resta cepet liat laptopnya dan sadar sama pesan yang aku tulis disana."

Axel menghela nafas panjang, tidak ada jalan untuk mereka lari disini. Hanya ada satu pintu yang terkunci dari luar dan pastinya Bima ada di luar sana.

"Aku gak tau kalau om Bima sejahat ini." Rain hanya diam saat Axel mengatakan hal itu, dulu dia juga tidak menyangka.

"Axel, mungkin aku gak bisa janji kamu bakal keluar dari sini dalam kondisi baik, tapi aku janji kalau aku bakal ngelindungi kamu dari om Bima."
.
.
.
.
.
Resta dengan cepat mengirim pesan pada Bian, setelah membaca pesan Rain. Seharusnya dia lebih peka dan memeriksa dengan seksama latar belakang para bodyguardnya, dengan begitu dia tidak akan kecolongan seperti ini.

Suasana rumah semakin runyam saat Axel tidak bisa di hubungi dan Rain tidak membawa ponselnya, belum lagi hari sudah semakin sore.

Bian dan Nita mengatakan akan langsung ke solo begitu Resta memberitahu mereka, begitu juga Lily, Fatma dan Salma.

"Kendra." Resta memilih memeluk Kendra yang terlihat sangat kacau saat mengetahui jika Axel dan Rain tidak bisa di hubungi.

Aidan juga dalam kondisi yang sama namun sudah ada Bagas dan Gala yang menenangkan pemuda itu.

"Bang Rain bakal baik-baik saja kan bang?" Resta hanya bisa mengangguk kecil saat Kendra menanyakan hal itu.

"Kita berdoa semoga mereka baik-baik aja." Kendra ingin menangis, namun dia jelas tidak mungkin menangis saat ini.

"Aku takut kak, bang Rain mungkin bisa terlihat tenang, tapi bang Rain pasti takut kalau ketemu om Bima." Resta mengangguk.

Sebenarnya Noah dan Aidan sudah ingin langsung mencari Axel dan Rain, namun Resta melarang mereka. Bukan karena apa, tapi Resta tidak ingin membuat keadaan semakin kacau.

"Kita tunggu kabar dari orang-orang papa."
.
.
.
.
.
Rain menatap tajam pada Bima yang baru saja masuk ke ruangan tempat dia dan Axel di sekap, jika boleh jujur sebenarnya Rain cukup takut saat melihat wajah Bima, mengingatkannya akan apa yang pernah bima lakukan padanya dulu.

"Apa kabar keponakan kesayangan om?" Axel mengepalkan tangannya saat melihat Bima mendekati Rain.

"Maksud om apa nyulik kita?!" Bima beralih menatap Axel.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang