10. Egois

1.2K 175 18
                                    


.
.
.
.
.
Noah menatap pada Kendra yang sibuk berbisik pada Rain, melihat bagaimana pemuda itu menenangkan kakak kandung nya.

Noah tau jelas bagaimana kekhawatiran Kendra saat melihat Rain seperti itu, karena dia pasti juga akan seperti itu jika terjadi sesuatu pada Bagas.

"Bang Rain liat gue, gak ada apapun disini, hewan itu udah gak ada." Kendra menangkup wajah Rain yang terlihat pucat dengan tatapan mata kosong nya.

"Abang, liat Kendra." Perlahan Rain beralih menatap Kendra, tatapan yang semula kosong itu perlahan berganti dengan tatapan sendu, terutama saat melihat air mata yang mengalir di pipi Kendra.

"Jangan nangis." Kendra mengangguk saat Rain berucap lirih.

"Iya, Kendra gak nangis, abang istirahat aja ya disini." Noah yang melihat Rain sudah sedikit tenang akhirnya berjalan mendekat.

"Minum dulu bang." Kendra menerima gelas dari Noah dan meminta Rain untuk minum terlebih dahulu.

"Makasih." Noah mengangguk dan memutuskan untuk duduk di kasur nya, dia tidak mungkin duduk di sebelah Rain saat ini.

"Bang Hujan, istirahat aja disini, jangan mikirin soal tadi." Rain hanya diam, terutama saat Kendra kembali memeluk tubuhnya.

"Gak usah ngerasa bersalah bang, semua itu bukan salah bang Rain, abang gak salah." Kendra terus saja berbisik sambil mengelus punggung sempit Rain.

"Bang Hujan tidur tuh Ken." Kendra mengangguk pelan, dia tau jika Rain memang akan tertidur jika terus di elus punggung nya.

"Keluar aja yuk No, biarin bang Rain istirahat." Noah mengangguk dan ikut melangkah keluar dari kamarnya.

"Mau ke kamar gue gak? Gue mau nerusin ngerjain tugas." Noah menggeleng, lebih baik dia diam di halaman belakang sambil menonton anime.

"Sorry ya, kamu jadi gak bisa istirahat di kamar mu." Noah menggeleng, pemuda itu mengusak rambut Kendra karena gemas.

"Gak usah minta maaf, gue tau rasanya khawatir sama saudara, apa lagi abang sendiri."
.
.
.
.
.
Resta melihat Axel pulang dengan membawa satu kantung berisi cemilan, Resta sengaja menunggu kedatangan Axel di ruang keluarga, karena bagaimana pun dia harus bertanya soal kejadian tadi pada Axel.

"Axel darimana?" Axel tersenyum manis pada Resta dan menunjukan kantung belanjaan nya.

"Dari minimarket bang, beli cemilan." Resta mengangguk dan membalas senyuman Axel.

"Xel, sini dulu deh, gue mau nanya sesuatu." Axel bersikap bingung saat Resta mengatakan itu, meskipun nyatanya saat ini Axel tengah was-was.

"Ada apa bang?" Axel menurut dengan duduk di sebelah Resta.

"Axel, kamu yang taruh kotak kue di atas meja makan?" Axel mengangguk tanpa pikir panjang.

"Iya bang, aku taruh disana pas mau keluar tadi, karena masih ada satu potong. Kenapa bang?" Resta menatap lekat pada netra hitam Axel yang terlihat polos.

"Kamu gak masukin cicak ke kotak itu kan?" Axel mengernyit dan menggeleng.

"Ngapain aku masukin cicak kedalam kotak yang masih ada isi nya bang." Resta terdiam saat melihat sedikit kegugupan di wajah Axel.

"Kamu yakin? Soalnya kotak kue punya kamu itu tadi kosong, dan isinya cuma cicak." Axel merengut saat Resta mengatakan itu.

"Ya mana aku tau bang, waktu aku tinggalin masih ada isinya kok." Resta menghela nafas saat Axel meninggikan suara nya.

"Ya kan gue cuma tanya, kamu gak perlu menaikan nada suara kamu kalau memang bukan kamu yang taruh cicak di kotak itu buat ngejahilin Rain." Axel berdecak.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang