16. Dua pilar

1.2K 181 17
                                    


.
.
.
.
.
Rain keluar dari kamar nya setelah memastikan jika Noah tenang dengan Bagas, kedua adik kembarnya itu ternyata menyimpan luka yang sama besarnya dengan Gala.

Rain menghela nafas panjang, sebisa mungkin dia akan berusaha agar sang papa tidak tau apa yang terjadi di rumah ini, itu lah kenapa Rain tidak pernah membalas atau terlihat marah pada Axel. Rain hanya tidak ingin adik-adik nya yang lain semakin membenci sang ayah saat sang ayah membela Axel.

"Rain." Rain menoleh saat mendengar suara Resta.

"Axel gimana?" Resta mendengus pelan saat mendengar Rain justru menanyakan soal Axel.

"Aku minta Aidan bawa Axel ke kamar tadi, Noah gimana?" Rain menatap ke arah pintu kamar nya yang tertutup.

"Udah tenang, Bagas juga udah tenang. Bisa aku ngobrol berdua sama kamu Res?" Resta mengernyit namun tetap mengangguk.

"Mau ngobrol dimana? Gazebo belakang?" Rain mengangguk, lagi pula semua adik mereka sedang ada di dalam kamar.

"Boleh." Resta berjalan lebih dulu saat Rain mengiyakan.

Resta tau ada yang ingin Rain katakan padanya, meskipun adik nya itu belum mengucapkan sepatah kata pun. Resta hanya berharap jika apa yang akan di katakan Rain bukan lah sesuatu yang buruk.

"Ada apa Rain?" Rain menatap Resta lekat.

"Soal si kembar." Resta langsung memasang wajah serius saat Rain mengatakan itu.

"Ada apa sama mereka? Mereka cerita sesuatu?" Rain mengangguk.

"Luka mereka lebih dari luka Gala."

Deg

Resta terkejut saat Rain mengatakan hal itu, karena dia sudah tau sedalam apa luka Gala karena pembullyan dan pengkhianatan sang sahabat.

"Apa yang mereka ceritakan?" Rain kembali menceritakan apa yang dia dengar dari Noah maupun Bagas.

Resta di buat tidak bisa berkata-kata oleh cerita Rain, dia tidak menyangka jika sang ayah akan lebih memilih Axel di banding anak-anak nya yang lain.

"Aku gak tau apa yang ngebuat Noah marah sama Axel, tapi aku tau itu pasti berhubungan sama papa. Karena Noah juga ikut meledak waktu Axel bawa-bawa kasih sayang papa waktu itu." Resta mengangguk, dia paham kenapa mereka semua marah saat Axel membawa soal kasih sayang sang ayah.

"Noah sama kayak Kendra, dia terlalu sering ngelihat papa milih Axel dari pada mereka. Padahal saat itu adalah jatah mereka bersama papa, aku gak bisa nyalahin Noah atau Kendra kalau mereka marah, tapi aku juga gak bisa nyalahin Axel. Karena aku tau pasti ada alasan di balik segala tingkah jahil Axel selama ini."
.
.
.
.
.
"Kendra." Kendra yang sedang bermain game di ponselnya langsung menoleh saat Gala memanggil namanya.

"Hm?" Kendra menatap bingung pada Gala, karena pemuda itu fokus menatap keluar jendela kamar mereka.

"Tadi kenapa? Axel cari gara-gara lagi sama kamu?" Kali ini Gala menoleh dan menatap ke arah Kendra.

"Bukan aku, tapi Noah. Gak tau deh mau nya anak itu apaan." Gala menghela nafas panjang.

"Ken, tadi bang Rain peluk aku." Kendra terkejut saat Gala mengatakan hal itu.

"Bang Rain?" Gala mengangguk.

"Iya, tadi ada masalah di kampus dan bang Rain meluk aku." Kendra tersenyum tipis saat mendengar penjelasan Gala.

"Bang Rain udah percaya sama kamu, bang Rain selalu panik saat di sentuh seseorang atau bersentuhan dengan orang lain, tapi saat bang Rain percaya sama seseorang, bang Rain gak akan masalah sama sentuhan orang itu." Gala terdiam sejenak, jadi Rain sudah mempercayainya.

"Ken, aku penasaran sama penyebab bang Rain jadi phobia. Maaf kalau aku kesannya gak sopan." Kendra tersenyum, baru kali ini ada yang bertanya tapi sambil meminta maaf padanya.

"Gak perlu minta maaf Gal, tapi aku gak bisa kasih tau kamu banyak selain yang pernah aku bilang ke kalian, soalnya aku juga gak terlalu tau. Bang Rain sama ibuk nyembunyiin hal itu." Gala mengangguk.

"Bang Rain lagi ngomong serius sama bang Resta kayaknya." Kendra ikut berdiri dan mendekati Gala yang setia berdiri di depan jendela.

Memang jendela kamar mereka langsung mengarah pada halaman belakang rumah, jadi mereka bisa melihat Rain dan Resta yang ada di gazebo belakang.

"Aku harap bang Rain marah aja kali ini, kesel banget sama Axel!" Gala mengelus pundak Kendra pelan.

"Jangan gitu, tapi bang Rain memang gak pernah marah ya?" Kendra menggeleng.

"Bang Rain bukan gak pernah marah, dia cuma menahan agar gak marah, soalnya bang Rain serem kalau marah."
.
.
.
.
.
"Gue gak tau apa yang harus gue lakuin biar mereka akur, karena jujur aja nerima Axel sama Aidan itu udah cukup susah buat kita." Rain terdiam saat Resta mengatakan hal itu, karena Rain tau jika orang tua mereka berpisah karena kehadiran mama dari Axel dan Aidan.

"Sebelumnya mungkin cuma Kendra sama Noah yang susah buat akur, tapi sekarang yang lain pasti ikut susah buat nerima Axel sama Aidan." Resta menghembuskan nafas kasar setelah mengatakan hal itu.

"Axel sepertinya gak suka sama aku entah karena apa Res, dia cuma ngejahilin aku soalnya." Resta mengangguk, karena memang sejak mereka datang ke sini hanya Axel yang menatap Rain tajam.

"Gue juga gak tau kenapa Axel gitu Rain, padahal Aidan biasa aja ke kamu." Rain tersenyum tipis.

"Kamu juga marah sama Axel karena ucapan dia waktu itu kan?" Resta terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Gue memang marah, tapi gue gak bisa terang-terangan nunjukin itu kan?" Rain mengangguk.

"Papa pesen hal itu ke kamu juga ya?" Resta menatap bingung pada Rain saat mendengar ucapan pemuda mungil itu.

"Hah?"

"Buat jagain adek-adek dan jadi penengah buat mereka." Resta mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kembali mengangguk kecil.

"Papa pesen gitu juga ke kamu?" Rain mengangguk.

"Iya papa pesen gitu sebelum pulang ke surabaya." Resta yang mendengar ucapan tenang Rain justru menghela nafas kasar.

"Papa minta gue buat jagain Axel, gue marah waktu itu, karena cuma Axel yang di pikirin sama papa." Rain tersenyum tipis.

"Papa pasti punya alasan buat itu Res, lakuin aja apa yang papa minta, selama itu bukan hal yang buruk." Resta mengangguk kecil.

"Kamu gak keberatan soal itu? Padahal dia udah jahilin kamu terus Rain." Rain masih mempertahankan senyum nya.

"Kita anak tertua Res, tugas kita jaga mereka. Mau itu atas perintah papa atau bukan, kalau kita aja gak bisa akur sama mereka, gimana kita mau bikin mereka akur." Resta menunduk, dia sedikit tertampar dengan ucapan Rain, kenapa Rain bisa lebih dewasa di banding dia.

"Okey kalau itu alasan kamu, gue masih bisa terima. Sekarang kamu jujur sama gue, soal perasaan kamu sendiri, kamu marah gak sama Axel?" Rain terdiam sejenak.

"Marah, kamu udah lihat sisi ku yang lain saat di kampus Gala, jadi bakal percuma kalau aku bilang aku gak marah." Resta diam, dia ingin mendengarkan ungkapan Rain saat ini.

"Tapi aku tahan, aku gak mau Axel semakin benci sama aku. Aku juga nahan supaya papa gak tau tingkah Axel disini, aku gak mau adek-adek yang lain ikut kena imbas karena hal itu. Melihat selama ini papa selalu jadiin Axel prioritas, gak menutup kemungkinan papa bakal selalu belain Axel di banding yang lain."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat sore
Grantha up lagi ya..
Ada yang nungguin gak?
Bentar lagi bakal ada sesuatu nih...
Soal Rain sama Kendra...

Selamat membaca dan semoga suka...

See ya....

–Moon–

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang