.
.
.
.
.
Axel menahan kekesalannya sejak mereka pergi ke jogja, pemuda itu selalu tidak memiliki waktu untuk menjahili Rain.Saat pulang dari jogja pun, dia tidak bisa menjahili Rain karena kedatangan sang papa. Axel kesal, dia marah dan cemburu, saat mengetahui jika Bian berbicara dengan Rain, ya meskipun bersama Resta juga.
Dia tau, dia memang tidak sejenius Rain yang bisa memiliki banyak piala bahkan piagam. Lagi pula menurut Axel hal itu tidak bisa di jadikan sebuah kebanggaan.
"Bang, ngapain?" Axel tersenyum saat mengetahui kehadiran Aidan di kamar nya.
"Aku lagi kesel! Kenapa semua orang selalu membela Rain?!" Aidan menggigit pipi bagian dalam nya, dia tidak ingin kelepasan menjawab dan berakhir menyakiti sang kakak.
"Abang gak ada niat buat jahilin bang Rain lagi kan?" Axel mendengus saat Aidan menanyakan hal itu.
"Kalau sekarang sih gak, gak tau nanti." Aidan menghela nafas panjang saat Axel berlalu masuk ke kamar mandi.
"Jangan lakuin lagi bang, abang pasti pernah denger kalau marah nya orang pendiam itu menakutkan kan? Tolong jangan lagi jahilin bang Rain, bukan karena aku belain bang Rain tapi aku gak mau abang di hukum bang Resta lagi." Aidan tidak tau Axel mendengar ucapannya atau tidak, tapi yang penting dia sudah menyampaikan isi pikirannya.
Aidan benar-benar tidak suka jika Axel di hukum atau lebih parah nya mendapat pukulan dari Kendra seperti waktu itu, Axel kakak kandung nya, jadi meskipun Axel yang bersalah Aidan tetap tidak akan tega.
Axel mendengar dengan jelas ucapan Aidan, tangan pemuda itu terkepal. Meskipun adiknya itu mengatakan dia tidak membela Rain, namun menurut Axel, Aidan tetap membela Rain.
"Sekarang kamu juga belain anak lemah itu dek?!"
.
.
.
.
.
Suasana rumah yang sepi membuat Axel dilanda bosan, bukan karena tidak ada orang di rumah tapi karena yang lain tengah sibuk dengan tugas mereka. Seperti Kendra dan Bagas yang sibuk kelas online, Noah yang tengah membantu Gala dengan tugas kuliah nya, bahkan Aidan pun sibuk dengan kelas online nya.Hanya Axel yang tidak punya kelas hari ini, di tambah dua orang tertua di rumah itu tengah keluar. Resta mengajak Rain pergi ke perusahaan agar bisa sedikit mengenal seluk beluk kantor itu sebelum resmi bekerja, karena Resta ingin Rain membantunya sebagai sekertaris nya, dengan begitu Resta bisa menjaga Rain agar tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain.
"Bosen." Axel yang sedang ada di ruang keluarga lantai dua menggerutu pelan. Jika saja wifi di lantai satu tidak mati, sudah pasti Axel tidak akan sudi berlama-lama di lantai dua.
"Anak lemah itu gak ada kan? Gue bisa bales dia hari ini." Axel bangkit dari duduknya dan berjalan pelan menuju kamar Rain dan Noah yang tertutup.
Axel tidak tau apakah ada barang berharga milik Rain disana, tapi dia jelas tau jika kamar itu tengah kosong saat ini, karena Noah sedang berada di kamar Gala dan Kendra bersama Bagas.
Cklek
Axel memperhatikan sekeliling kamar, kamar bernuansa biru dan abu-abu itu tampak rapih. Tidak jauh berbeda dengan kamar nya dan Resta sebenarnya, hanya saja perpaduan warna biru langit dan abu-abu membuat kamar itu terasa menenangkan, sama seperti suasana langit yang di hiasi awan mendung dan atau langit yang terlihat saat hujan.
Axel tidak bisa menemukan apapun disana, hanya ada laptop milik pemilik kamar yang berada diatas meja belajar masing-masing. Tidak ada yang menarik, Axel sudah ingin meninggalkan kamar itu saat netranya melihat sebuah gitar yang diletakan di dekat sofa kamar.
"Gitar?" Axel bergumam pelan, dia tidak tau gitar milik siapa itu, karena baik Rain ataupun Noah sama-sama menyukai musik.
"Punya Noah ya?" Axel tersenyum miring saat menyadari sebuah ukiran nama di leher gitar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
FanfictionKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...