20. Alun-alun

918 159 20
                                    


.
.
.
.
.
Kendra menatap Bagas yang baru saja masuk ke dalam kamarnya, mereka baru saja selesai makan dan istirahat, namun Bagas justru memilih ikut ke kamar nya.

"Kamar lo nyaman Ken." Kendra hanya tertawa mendengar ucapan Bagas.

"Bang Rain yang ngatur kamar ku Gas." Bagas mengangguk kecil dan memutuskan duduk di ranjang Kendra.

"Kapan-kapan lo sama bang Rain harus ikut gue sama Noah ke bandung Ken." Kendra mengangguk setuju.

"Nanti kalau libur aja, atau kalau kamu wisuda." Bagas ikut tertawa mendengar jawaban Kendra.

"Ken, nanti malem ke alun-alun mau gak?" Kendra menaikan sebelah alisnya saat Bagas mengatakan hal itu.

"Kamu mau ke alun-alun?" Bagas berdehem.

"Hm."

"Boleh, ayo nanti ajak yang lain. Sore aja, soalnya ramainya malem." Bagas tersenyum setuju.

"Gas, tadi selama perjalanan anak manja itu gak macem-macem sama bang Rain kan?" Bagas menggeleng.

"Gak, dia diem aja di mobil. Dia pasti juga mikir kalau dia bisa bikin adek nya celaka kalau dia ngejahilin bang Rain."

Lain Bagas dan Kendra, lain pula Noah yang sedang ikut menjajah kamar Rain bersama Resta.

"Lo suka gambar ya bang?" Rain menatap Noah yang sedang asik melihat beberapa gambar yang tertempel di dinding kamarnya.

"Aku lulusan teknik arsitektur No, sudah pasti aku suka gambar." Noah mengangguk paham, pantas saja beberapa waktu lalu dia melihat Kendra membeli alat gambar secara online.

"Gue pernah dengar dari papa kalau kamu double degree, itu bener?" Rain mengangguk saat Resta menatapnya.

"Iya, karena saya juga harus belajar bisnis buat bantu ibuk." Resta dan Noah saling pandang.

"Sekarang kamu kuliah s2?" Rain kembali mengangguk.

"Iya, kemungkinan dua bulan lagi aku lulus, diain aja. Biar aku bisa bantu kamu ngurus kantor papa dari solo Res." Resta tersenyum mendengar ucapan Rain.

"Pasti gue doain yang terbaik, biar gue cepet ada temennya ngurus kantornya papa." Noah tersenyum melihat interaksi dua kakak tertuanya, rasanya masih seperti mimpi jika melihat ini semua.

"Bang, Bagas ngajak ke alun-alun nanti malem, gimana?" Resta langsung mengangguk saat Noah menunjukan layar ponselnya.

"Boleh, kamu juga ikut kan Rain?" Namun Rain menggeleng.

"Aku gak ikut, terlalu banyak orang disana. Aku mau bantuin ibuk aja, siapa tau ibuk butuh bantuan ku."
.
.
.
.
.
Rain sebenarnya ingin pergi bersama saudaranya yang lain, tapi kondisinya membuat pemuda itu harus berpikir ulang untuk melakukannya.

Rain tidak ingin membuat saudara-saudaranya merasa terganggu dengan dia yang selalu menjaga jarak, dia juga tidak ingin membuat Kendra harus was was melindunginya.

"Rain, boleh ibuk masuk?" Rain sedikit terkejut saat sang ibu membuka pintu kamar nya.

"Ah...iya buk." Rain berjalan menghampiri sang ibuk nya dan mempersilahkan sang ibu untuk masuk dan duduk di ranjang nya.

"Kenapa gak ikut yang lain?" Rain menggeleng.

"Rain gak mau ngerepotin mereka buk." Milia menatap lekat pada putra sulung kebanggaannya itu.

"Semua baik-baik saja kan?" Rain mengangguk kecil.

"Semua baik-baik saja buk, ibuk gak perlu khawatir." Milia tersenyum tipis.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang